Dengan meningkatnya pembicaraan pihak Amerika tentang kemungkinanmelanjutkan negosiasi Palestina-Israel data politik Israel menunjukkan bahwapemerintah-pemerintah Israel sebelumnya mungkin telah melewatkan kesempatanterakhir untuk melakukan perundingan kompromi dengan Palestina sesuai dengan solusidua negara untuk mengakhiri konflik dengan Palestina terutama karena wacanayang diperluas di publik Israel menganggap bahwa solusi ini telah dilarangmeskipun solusi itu selama proses Annapolis pada 2007-2008 pihak-pihak yangmewakini negosiasi telah bertemu dan memberikan peluang emas untuk mencapai kesepakatan.
Meskipun ketenangan keamanan yang berkembang setelah tahun-tahunintifadhah kedua dan hubungan kepercayaan antara Perdana Menteri Ehud Olmertdan Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas telak meletakkan cetak biru untuknegosiasi bersama di antara mereka yang memungkinkan bagi pemerintahan Bidenyang berupaya mempertahankan opsi solusi dua negara untuk mengambil manfaatdari pelajaran yang dipetik jika ingin melanjutkan negosiasi.
Di tengah-tengah serangkaian krisis dalam hubunganIsrael-Palestina dan kegagalan model negosiasi yang diupayakan untuk melakukankompromi permanen yang mencakup semua persoalan yang disengketakan termasuksolusi dua negara pendudukan Israel saat ini memiliki banyak fakta lapangan ditangannya yang paling penting dari itu adalah stabilitas keamanan penguasaanLembah Yordan dan menjaga kebebasan kerja militer di semua wilayah Tepi Barathal ini memungkinkan pendudukan Israel memburu infrastruktur yang digunakanuntuk melakukan serangan gerilya (berani mati).
Di sisi lain penghentian perundingan Palestina-Israel diimbangidengan peningkatan kemampuan militer Israel untuk menghadapi potensi ancamaneksternal dengan kontrol penuh atas udara dan darat dan perlintasan-perlintasanpenyeberangan menuju Tepi Barat serta adanya kerjasama keamanan denganYordania Mesir dan Otoritas Palestina yang berhubungan dengan aspekpemerintahan sipil memperhatikan kebutuhan sehari-hari masyarakat Palestinadan menghilangkan beban ini dari pundak pendudukan Israel.
Terlepas dari semua ini sesungguhnya solusi dua negara dalamjangka panjang adalah yang paling stabil dan memperkuat tujuan keseluruhan(Israel) untuk menjadi negara Yahudi sehingga tantangan dan skenario masadepan dapat diatasi karena dengan berlanjutnya status quo hari ini berarti ilusibesar dan ketergelinciran secara bertahap ke dalam realitas satu negara dimana Israel terus memperluas dan mengendalikan permukiman-permukimannya sertamenjaduhkan orang-orang Palestina dari area zona &ldquoC&rdquo di Tepi Barat (secaraadministratif dan keamanan di bawah kontrol penjajah Israel).
Begitu juga berlanjutnya realitas yang ada saat ini mencakupsimulasi sejumlah alternatif mungkin yang paling penting adalah: dua negarauntuk dua bangsa satu negara dengan hak yang sama untuk semua warganya satunegara tanpa hak yang sama yakni sistem apartheid persatuanPalestina-Palestina persatuan Israel-Palestina persatuan Yordania-Palestinadua negara dalam satu ruang dengan perbatasan terbuka atau penarikan sepihak(Israel) dari Tepi Barat seperti yang terjadi di Gaza.
Ada obsi-obsi lain seperti mencapai kesepakatan regional solusimultilateral untuk konflik selain obsi mendirikan negara Palestina di dalamperbatasan sementara sebelum disepakati semua persoalan kompromi permanenberdasarkan &ldquopeta jalan&rdquo. Ada kemungkinan runtuhnya atau disintegrasi OtoritasPalestina di Tepi Barat. Sementara alternatif lain yang tetap ada adalahmelanjutkan pengelolaan konflik dan kebijakan-kebijakan beradabtasi denganperubahan-perubahan dalam situasi saat ini. (was/pip)