Antek-antek penjajah Israel lebih membenci rakyat Gaza dibandingkanpenjajah Israel itu sendiri. Antek-antek penjajah Israel mengorganisir kampanyefitnah dan pencemaran nama baik secara keji terhadap perlawanan Gaza dan keteguhanwarganya. Antek-antek penjajah Israel memanfaatkan situasi kehidupan yang sulitdi Jalur Gaza untuk menikam kehormatannya. Mereka menyebarkan kebohongantentang anak-anak perempuan Gaza yang disebutnya menjual diri dengan imbalan uang20 shekel. Bahkan dengan tidak malu kebohongan itu disampaikan kepada beberapa supirtaksi untuk berbicara tentang seorang wanita yang menawarkan dirinya kepadanyadengan imbalan sepiring kacang atau sepiring buncis!
Kata-kata murahan serta berbagai kampanye pencemaran nama baik danfitnah dilakukan sebagai bagian dari metode intelijen Israel yang bertujuanuntuk menikam perlawanan dan membuatnya dituduh sebagai yang bertanggung jawabatas memburuknya kondisi kehidupan di Jalur Gaza. Maka menikam kehormatan paraanak perempuan Gaza sebagai pintu masuk untuk menikam kehormatan perlawanan.
Untuk itu saya tidak heran ada jaringan antek-antek penjajahIsrael yang terorganisir. Tujuan jaringan entek-antek teroganisir ini adalah untukmenjatuhkan para siswi dan mahasiswi serta menjerumuskan mereka kemudian menghubungkanmereka dengan jaringan mata-mata.
Masalah seperti ini bisa saja menimpa mereka yang kaya sebelum yangmislin. Terjerumusnya mereka itu terkait dengan pendidikan lingkungan dan moraltidak ada logika untuk menghubungkan antara kemiskinan dan kemerosotan. Tidak mungkinseorang gadis terhormat menjual dirinya dengan imbaran dua puluh shekel sebagaimanayang dipropagandakan sebagian orang betapa pun dia mengalami kesempitan jalanuntuk bisa melanjutkan pendidikan ke universitas seperti yang mereka inginkan.
Seseorang yang waras tidak menyangkal bahwa Gaza menderita kemiskinandan pengangguran. Bahwa Gaza diblokade dan berada dalam kesulitan dan himpitan hidup.Tidak ada yang menyangkal bahwa Gaza membutuhkan jutaan dolar untuk pekerjaanpendidikan perkawinan pembangunan dan kehidupan yang layak. Akan tetapi tempatpenyimpanan gandum di Gaza belum kosong. Kendi-kendi minyak belum habis. Di sanaada organisasi-organisasi lembaga-lembaga kementererian UNRWA urusan sosialdan orang-orang baik. Kami adalah keluarga besar yang saling simpatik. Di sana adabanyak donatur yang siap berbagi setiap saat. Ada uang yang digelontorkan kedalam Gaza. Saya tahu secara pribadi ada orang yang melakukan inspeksi diantara rumah-rumah warga untuk mencari orang yang benar-benar kelaparan.
Inilah yang membedakan warga Gaza dari penduduk bumi lainnya. Karenaitu Anda tidak akan melihat di Gaza ada keluarga yang tidur malam hari sambilmemasak batu di atas tungkut api. Cukup sebagai bukti adalah bahwa para penjualternak korban di Gaza telah kehabisan sapi kurban tahun ini seminggu sebelumIdul Adha.
Hari Selasa sebelum Idul Adha saya melakukan jalan-jalan pagi dijalan-jalan Khan Yunis. Saya dikejutkan oleh antrian para pegawai yang berdiridi gerbang bank sejak tengah malam ribuan pegawai berlomba untuk menerimasetengah dari gaji mereka dan ribuan orang yang membutuhkan menunggu bantuan. Tidakdiragukan lagi antrian panjang yang berada di ambang pintu bank-bank tersebut mensimulasikankeperluan dan kebutuhan akan uang tetapi itu mensimulasikan kurangnyakepercayaan pada Otoritas Palestina.
Para pengagai berlomba untuk menerima gaji mereka karena takut bank-bankditutup dengan alasan apa pun dan karena takut kehilangan rekening mereka dibank karena alasan apa pun hal itu sudah pernah terjadi sebelumnya. Hal ini meninggalkanpertanyaan kepada kita: siapa yang membuat rakyat ke keadaan terengah-engah untukmendapatkan setengah gaji kecemasan atas gaji dan mencium tangan agar tidak gajitidak dipotong?
Dulu para wanita Gaza berjalan tanpa alas kaki. Mereka hanya punyasatu pakaian untuk bekerja penampilan tidur dan bertemu para tamu. Dulu kamitidur dengan lapar menunggu sepotong roti dari pusat-pusat pemberian makanUNRWA. Namun kami memimpikan dimensi yang lebih baik. Para wanita Gaza mempertahankankehormatan dan agama mereka. Masyarakat siap menahan lapar dan menolak untuktunduk. Seperti halnya di Gaza hari ini yang memilih jalan jihad dan hanyabergantung kepada rahmat Tuhan sementa alam. (was/pip)