Dua pemimpin partaibesar Israel partai Likud yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu dan partai Biru-Putihyang dipimpin oleh Benny Gantz telah mengumumkan kegagalan mereka dalam membentukpemerintahan baru meskipun waktu yang diberikan kepada mereka telah habis. Denganpengumuman kegagalan pembentukan pemerintah baru ini maka telah dimulai hitunganmundur untuk menggelar pemilu ketiga pada bulan Maret 2020.
Sampai pada saatitu Israel diperkirakan akan tetap berada dalam kondisi kelumpuhan pemerintahandan politik. Kondisi ini akan berdampak pada hubungan Israel dengan Palestina. Apakahitu hubungannya dengan Otoritas Palestina yang mana diperkirakan akan memburuk.Atau hubungannya dengan Hamas baik kecenderungannya ke arah eskalasi militerterhadap Hamas atau meneguhkan kesepahaman-kesepahaman kemanusiaan dengannya.
Kurang dariseratus hari kita akan mendapatkan hasil dari pemilu ketiga Israel yangrencananya dilaksanakan pada 3 Maret 2020. Di tengah-tengah persaingan partai terjadinyaperkembangan silih berganti yang mungkin mencakup penggulingan Netanyahu yang menyebutdirinya sebagai “Raja Para Raja Israel” dan masuknya pekerjaPalestina dengan kuat di tengah-tengah kampanye yang sengit dan panas yangsecara jelas nampak dalam perkembangan keamanan selama hari-hari terakhir diJalur Gaza Tepi Barat dan al-Quds.
Mengenaisituasi di Jalur Gaza dan dampaknya pada pemilu Israel serta dampak pelilutersebut pada Jalur Gaza maka orang-orang Palestina di masa lalu ketika telah dipersiapkanpemilu Israel mereka mengulangi ungkapan yang sudah terkenal bahwa “darahPalestina akan menjadi harga di atas altar kotak pemungutan suara Israel”.Sebuah frase yang mengandung banyak relevansi dan kredibilitasnya dalam sikluspemilu-pemilu Israel sebelumnya. Akan tetapi bukan berarti benar dan konsistendalam setiap siklus pemilu.
Pada titik inimasalahnya bukan hanya tentang pihak Israel. Karena orang-orang Israel maksudsaya para pembuat kebijakan mereka tahu bahwa harga untuk melakukan petualanganmiliter dengan Palestina khususnya di Gaza mungkin kontraproduktif bagimereka yang memprakarsainya terutama di musim pemilu yang sengit.
Setiap langkahIsrael menuju Gaza dengan melakukan eskalasi adalah untuk memenangkan posisipemilu tidak lagi hanya berjalan-jalan di akhir pekan saja. Karena perlawananselain memiliki kemampuan militer dan persenjataan besar mereka telah memilikikematangan lebih besar. Mereka memahami dengan cermat sifat dan karakter yangmembentuk arena politik dan kepartaian Israel sebagaimana dibuktikan dalamputaran eskalasi yang terjadi baru-baru ini. Perlawanan menyadari bahwa mereka tidakakan menjadi bahan bakar dan kayu bakar untuk pertempuran pemilu di antara orang-orangIsrael.
Oleh karenaitu bobot logika rasional mengatakan bahwa Israel harus mempertahankanperbatasan yang ada di Gaza sampai dilaksanakan pemilu. Jangan ada eskalasimiliter besar yang mengarah ke perang yang akan menjadikan gambar-gambar dan adeganmerusaknya di dalam Israel gara-gara roket-roket perlawanan sebagai propagandapemilu terburuk di depan para pemilih Israel. Juga jangan ada penadatanganangencatan jangka panjang dengan Hamas yang membuat oposisi Israel bertambahkuat terhadap pemerintah saat ini bahwa pemerintah sekapat dengan gerakan (Hamas)yang menyerukan penghancuran (Israel).
Dengan semuaasumsi ini yang tersisa adalah pertanyaan sejauh mana keteguhan ini akanberlangsung hingga Maret mendatang karena takut akan terjadi kejutan-kejutantak terduga di front Gaza yang selalu tegang. (was/pip)