Tahun 2018mencerminkan kondisi meningkatnya serangan Israel-Amerika pada issu Palestinadalam lingkungan politik Palestina yang terpecah-pecah dan terbagi lingkunganArab dan Islam yang lemah hancur dan disibukkan dengan krisis internalnya seertaupaya beberapa dari mereka untuk memuaskan Amerika meskipun denganmengorbankan Palestina atau mengorbankan rakyatnya.
Dalam artikelini kita pilih untuk merenungkan sepuluh persoalan dalam mengevaluasiperjalanan issu Palestina selama tahun 2018.
Pertama: Berlanjutnyakrisis proyek nasional Palestina
Situasi politikPalestina terus mengalami kebuntuan krisis politik yang menyebabkan terganggunyakemampuan untuk bekerja secara efektif tersia-sianya banyak potensi rakyat Palestinadan melemahkan kemampuannya untuk memobilisasi lingkungan Arab Islam daninternasional serta untuk mengambil manfaat darinya dalam melayani proyeknasional Palestina.
Krisis ini nampakdalam kepemimpinan Palestina sendiri yang belum mampu bangkit ke level pengorbananrakyat Palestina dan aspirasinya. Di sisi lain krisis ini juga nampak dalamlembaga-lembaga perwakilan dan lembaga lgislatif Palestina di mana terusterjadi kemunduran Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) penurunan dankegagalannya mengakomodasi komponen-komponen rakyat Palestina dankekuatan-kekuatannya tidak adanya institusi-institusi (PLO) dan departemen-departemennyayang bekerja dan berpegaruh di dalam dan luar negeri serta tergerusnya PLOoleh kepentingan Otoritas Palestina. Juga terus memburuknya kinerja OtoritasPalestina yang menahbiskan perannya untuk melayani maksud dan tujuan penjajah Israeljauh lebih besar dibandinng untuk melayani rakyat Palestina. Masalah ini telahmemperburuk proses pemilihan demokratis di PLO dan Otoritas Palestina denganterus berlanjutnya dominasi oleh satu faksi Palestina.
Di sisi ketigasituasi konflik skala prioritas dan jalur yang dipimpih antara perlawanan dan kompromipolitik dikaburkan oleh kinerja yang saling bertentangan satu sama lain salingmenuduh menghalangi dan mengganggu apa yang dilihatnya sebagai programnasional. Krisis ini tercermin pada struktur kelembagaan lain pada kerja-kerjaserikat dan profesional dan pada konflik medan di lapangan yang telahmeningkatkan krisis kepercayaan di antara pihak-pihak yang bertikai juga melemahkanpeluang koordinasi di lapangan dan kemampuan untuk menghadapi bahaya dantantangan.
Kedua: Kemunduranjalur rekonsiliasi Palestina
Situasi kemacetanrekonsiliasi berlanjut di sebagian besar tahun 2018 dengan kegigihan pimpinan Fatah(pimpinan Otoritas Palestina dan PLO) untuk terus melanjutkan pemberlakuan sanksipada Jalur Gaza dan “pemberdayaan penuh” pemerintahnya di Jalur Gazauntuk apa saja yang “di atas tanah dan bawah tanah”. Hal ini yangdilihat Hamas dan faksi-faksi perlawanan lainnya bententangan dengan perjanjianrekonsiliasi tahun 2011 serta berntentangan dengan perjanjian Kairo Oktober2017. Suasana panas saling tuduh juga terus berlangsung. Namun fakta bahwa pimpinanOtoritas Palestina menggunakan kekuatan Mahkamah Konstitusi agar mengeluarkankeputusan untuk membubarkan Dewan Legislatif Palestina telah mengakhiri tahun2018 dengan sebuah situasi kemunduran besar di jalur rekonsiliasi. Secarakhusus Mahkamah Konstitusi sendiri dipertanyakan dalam hal legitimasinyatelebih lagi bahwa pembubaran Dewan Legislatif bukan kewenangan MahkamahKonstitusi. Ditambah adanya ketentuan konstitusional kritis dalam Undang-UndangDasar Palestina yang mengharuskan Dewan Legislatif untuk melanjutkan tugasnya sampaiterpilihnya dewan baru.
Ketiga: Meningkatnyaisolasi politik pada Fatah dan jalur kompromi
Cara yangdilakukan Mahmud Abbas pimpinan Fatah PLO Otoritas Palestina Kerangka PimpinanSementara dan cara mereka mengelola rekonsiliasi secara praktis telahmenyebabkan gerakan Fatah pada tahun 2018 hampir menjadi satu-satunya di jaluryang menjadi kebulatan tekadnya.
Front Rakyatmemboikot tiga pertemuan Dewan Pusat PLO yang diadakan pada 2018 dan memboikot pertemuanMajelis Nasional yang diadakan pada akhir April 2018 di Ramallah yang bertentangandengan konsensus Palestina yang terjadi di Beirut pada awal 2017.
Front Demokratmemboikot dua pertemuan terakhir Dewan Pusat PLO. Komite Inisiatif Nasional jugamemboikot pertemuan terakhir Dewan Pusat PLO. Ada semacam konsensus Palestinauntuk menolak sanksi yang dikenakan oleh pimpinan Fatah terhadap Jalur Gazadan ada semacam konsensus Palestina pula untuk menolak pembubaran DewanLegislatif Palestina. Dengan demikian pada akhir tahun 2018 Fatah menemukandirinya sangat terisolasi dari lingkungan politik Palestina. di saat faksi-faksiini lebih dekat dengan kerangka politik Hamas dan sikap-sikapnya.
Keempat: Eskalasipenargetan al-Quds dan aktivitas pembangunan permukiman
Bersamaan dengankeputusan pemerintah Amerika yang mengakui al-Quds atau Yerusalem sebagaiibukota bagi entitas penjajah Israel dan dengan dipindahkannya Kedutaan BesarAmerika ke al-Quds terjadi eskalasi kampanye Zionis Yahudi yang bertujuan menargetal-Quds sepanjang tahun 2018 terjadi penyerbuan oleh 29.900 pemukim Yahudiselama tahun 2018 meningkat 17% dari tahun sebelumnya. Penyitaan tanahyahudisasi dan pembangunan permukiman Yahudi juga terus berlanjut di TepiBarat khususnya di al-Quds. Pemerintah Israel mengeluarkan tender untukpembangunan 5.618 unit permukiman Yahudi dan menyetujui rencana pembangunan3.808 unit permukiman lainnya sementara jumlah pemukim Yahudi melebihi 800.000jiwa mereka menikmati pengaruh politik secara signifikan di pemerintahan penjajahIsrael.
Kelima: Kerja perlawananterus berlanjut
Meskipun perlawananPalestina mengalami kesulitan terutama di wilayah-wilayah titik kontaklangsung di Tepi Barat akibat koordinasi keamanan antara dinas keamanan OtoritasPalestina dengan pasukan penjajah Israel yang menyebabkan banyak sel perlawananterungkap dan tercegahnya banyak aksi sebelum terjadi namun aksi-aksiperlawaman dalam berbagai bentuknya terus berlanjut. Selain ribuan peristiwa kontaklangsung dengan batu bom molotov dan lainnya telah tercatat setidaknya ada 400serangan senjata penikaman aksi-aksi penabrakan dll. Ditambah dengankonfrontasi perlawanan di JalurGaza dengan penjajah Israel terutama dalamperistiwa yang dikenal dengan &ldquooperasi mata pedang” akibat dari upaya sekelompokanggota keamanan khusus Israel untuk menembus Jalur Gaza. Selama tahun 2018 sebanyak16 warga Israel tewas dan sekitar 200 lainnya terluka. Sementara 312 wargaPalestina gugur dan 31.500 lainnya luka-luka. Otoritas penjajah Israel menangkap6.489 warga Palestina sementara jumlah tawanan di penjara penjajah Israel sekitar6 ribu orang.
Keenam: Pawai kepulangan
Pawai yangdimulai pada 30 Maret 2018 ini adalah salah satu tanda pembeda tahun 2018. Dalampawai ini termanifestasikan persatuan nasional Palestina dan kekuatan-kekuatan rakyatPalestina di Jalur Gaza bahu-membahu untuk menyukseskannya. Warga Jalur Gazayang menderita akibat blokade mengarahkan kemarahannya pada penjajah Israel. Meskipunpengorbanan yang dipersembahkan seama sekitar 40 pekan pawai ini sangat besar dimana sebanyak 253 warga gugur dan 25.477 terluka namun pawai ini telahmenggagalkan pertaruhan Amerika dan Israel untuk melaksanakan dan menerapkan dealof century di Jalur Gaza. Pawai ini menegaskan komitmen rakyat Palestina untukkembali ke tanah mereka di wilayah yang diduduki penjajah Israel pada tahun1948. Pawai ini juga mendukung pilihan rakyat dalam hak mereka untuk melakukanperlawanan dan komitmennya untuk tidak meletakkan senjata. Hal ini yang memaksapihak penjajah Israel meringankan blokade di Jalur Gaza dan mengizinkan pasokanbarang-barang ke Jalur Gaza. Pawai ini juga memberikan kontribusi besar padapembukaan penyeberangan dan memfasilitasi kemudahan pergerakan lalu lintas individu.
Ketujuh: Merosotnyasituasi ekonomi Palestina
Tahun 2018berakhir dengan situasi ekonomi Palestina yang memprihatinkan di (di Tepi Baratdan Jalur Gaza) dibandingkan dengan pihak Israel. Di mana PDB Israel mencapaisekitar $ 367 miliar untuk tahun 2018 sementara untuk Otoritas Palestina hanyasekitar $ 13.773 juta). Artinya PDB Israel 27 kali lipat lebih besar (2730%)dibandingkan PDB Otoritas Palestina. Sementara pendapatan per kapita Israeluntuk tahun yang sama berjumlah sekitar 41.300 dolar sedang pendapatan perkapita Palestina 3.030 dolar. Artinya pendapatan per kapita Israel 14 kali lipatlebih besar (1.363%) dibandingkan pendapatan per kapita Palestina. Hal ini mencerminkankebrutalan penjajah Zionis mengeksploitasi sumber daya dan kekayaan Palestina sertamencerminkan kebrutalannya dalam menghalangi setiap proses pembangunan danpengembangan Palestina. Hal ini juga sekaligusmencerminkan ketidakmampuan Otoritas Palestina dan salah urus ekonomi Palestina.Ini belum berbicara tentang luasnya area kemiskinan dan pengangguran Palestinajuga penderitaan akibat blokade dan kontrol penjajah Israel atas ekspor danimpor Palestina dan sebagainya.
Kedelapan: Ekstrimismekanan Israel meningkat
Di tahun 2018 trenmasyarakat Zionis ke arah ekstrim kanan dan agama meningkat. Sementara itukalangan “kiri” Zionis semakin lebur dan tercerai-berai. Bahkan cenderungke arah “kanan” dalam artikel-artikel dan tesis-tesisnya. Kelompok kiriyang sebelumnya berhimpun di fraksi Kamp Zionis ini diprediksi hanya akanmendapatkan sepuluh kursi dalam pemilihan umum berikutnya setelah sebelumnya memiliki24 kursi. Partai Likud diperkirakan juga akan mempertahankan kepemimpinan Netanyahudi posisi terdepan. Peluang kelompok kanan untuk membentuk poros mayoritas diKnesset dan membentuk pemerintahan masih kuat. Hal ini membuka kesempatan bagi Netanyahuuntuk membentuk pemerintahan kelimanya sehingga menjadi perdana menteri palingbanyak berkuasa dalam sejarah entitas penjajah Israel.
Kesembilan:Instabilitas Arab
Lingkungan Arabmasih mengalami kondisi ketidakstabilan kelemahan dan perpecahan keterbelakanganpolitik ekonomi dan ilmiah serta mengalami masalah antara rezim denganrakyatnya dan menipisnya kekayaan mereka. Hal ini jelas berdampak negatif pada persoalanPalestina. Ini nampak jelas terjadi pada tahun 2018 melalui pengalamansejumlah negara Arab yang merespon deal of century Amerika danketerbukaan mereka terhadap normalisasi dengan entitas penjajah Israel yangberupaya mengisolasi masalah Palestina dan mengarahkan kompas konflik (bukan untukkontra Israel) menjadi konflik-konflik sektarian dan etnis yang membuat wilayahArab semakin lemah terfragmentasi dan terpecah-pecah. Namun sejumlah negaraArab masih mendukung masalah Palestina bahkan kesadaran ketidakmampuanmelampaui batas perlawanan meningkat.
Kesepuluh:Hegemoni Amerika
Pihak Amerika masihterus mendominasi sistem internasional yang berkaitan dengan masalah Palestinaterlepas dari buruknya pemerintahan Trump dan krisis yang ditimbulkannya denganbanyak kekuatan internasional namun Amerika telah bergegas melakukan upayayang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengimplementasikan visi Zionis gunamengakhiri konflik dan penutupan issu Palestina karena apa yang disebut dengandeal of century tidak lain adalah ide-ide Likud dan kelompok kanan Israel.Tetapi bahayanya terletak pada upaya untuk menerapkan ide-ide ini di lapangantanpa menunggu persetujuan siapa pun. Dalam konteks ini terjadilah pemindahanKedutaan Besar AS ke al-Quds upaya-upaya untuk menghapus UNRWA upaya-upayauntuk mengutuk Hamas di PBB dan tekanan pada negara-negara Arab untuk melakukannormalisasi hubungan dengan entitas penjajah Israel.
***
Terakhir jikahasil tahun 2018 mencerminkan kondisi lemah pimpinan dan institusi Palestina makahasil itu juga mencerminkan tekad kuat rakyat Palestina untuk untuk tetap teguhdan perjuangan dan perlawanan meskipun mereka beroperasi di lingkungan Arabyang lemah dan tercera-berai dan dalam lingkungan internasional yang tidakmenguntungkan. Kemudian kondisi lokal regional dan internasional yang masihmengandung risiko masih mengandung peluang. Hal ini menuntut kepada pemilikhak Palestina untuk menghadapinya dengan cara efektif dan efisien dalamsuasana yang berbelit-belit dari sejarah issu Palestina dan sejarah bangsa ini.(was/pip)