Fahmi Huwaidi
Al-Khaleej Amiret
Apa yang terjadi di wilayah jajahan “ Israel ” tidak bisa dipercaya. Tapi gemanya di dunia Arab tidak lebih baik dari itu.
(1)
Senin (5/11) seorang pemuda Palestina Bassam Hamdi Hararah meninggal dengan menderita gagal ginjal. Ia meninggal akibat “ Israel ” melarangnya pergi berobat ke Mesir. Bassam (36) pernah bermimpi bisa sampai di Mesir untuk melakukan operasi pencangkokan ginjal yang bisa menyelamatkan hidupnya. Selama dua bulan keluarganya meminta izin kepada “ Israel ” agar dipermudah keluar dari Palestina. Namun dalam kondisi embargo prosedur seperti ini berlangsung panjang dan bertele-tele. “ Israel ” memang ingin mempermainkan Palestina dan memberi sanksi. Tentu Bassam tidak sendirian menjadi korban kekurangan stok obat akibat embargo dan tekanan “ Israel ”. Berdasarkan informasi dari Depkes Palestina sedikitnya tujuh warga Palestina meninggal sejak Juni lalu karena sebab yang sama. Itupun masih ada 1000 pasien dan penderita terancam kematian akibat tersedianya obat yang dibutuhkan di dalam Palestina.
Kejamnya ada sisi lain penghinaan yang dilakukan “ Israel ”. Israel mensyaratkan sebagai pasien menjadi agen mereka jika ingin mendapatkan pengobatan. Mingguan Al-Ahram Weekly menurunkan laporan edisi (7/11) yang ditulis oleh Shalih Naami. Ia mengisahkan wartawan Bassam Wahidi (30) yang membutuhkan operasi mata untuk mengembalikan jaringan mata. Jika tidak ia akan kehilangan penglihatannya. Setelah selesai prosedur di RS Al-Quds ia ingin menyeberang lewat Eirez untuk ke RS. Namun personel Shabak (badan intelelijen dalam negeri “ Israel ”) menahannya. Ia dihina dan ditelanjangi bulat-bulat sebelum akhirnya di jebloskan ke bagian introgasi. Di akhir introgasi “Israel” menyatakan tidak akan diperkenankan berobat kecuali jika mau “kerjasama” dengan “Israel” dengan memberikan informasi soal perlawanan Palestina dan kadernya. Namun Basam lebih memilih kehilangan penglihatannya daripada bekerja sama dengan “ Israel ”. kisah yang sama dialami oleh Dr. Kami Mugni dekan fakultas seni di Universitas An-Najah (65).
Tidak sampai di sini sejak “ Israel ” menganggap Jalur Gaza sebagai entitas musuh pemutusan pelan-pelan dari dunia luar dilakukan. Dari pemutusan pasokan bahan bakar listrik air bahan makanan obat-obatan dan lain-lain. Jelas sanksi bagi sipil Palestina di Jalur Gaza yang berjumlah 15 juta orang ini bertetangan dengan konstitusi internasional. Anehnya Sekjen PBB delegasi Uni Eropa Rusia Perancis dan sekjen OKI mengecam tindakan “Israel” namun pemerintah negara-negara Arab resmi diam!!!
(2)
2 November lalu harian Al-Ahdats yang terbit di kota Nasherah melansir wawancara dengan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Salomet Aloni. Ia menyerukan agar Menhan Ehud Barak dan mantannya Dani Haltus diseret ke pengadilan internasional di Denhag karena melakukan pembantaian bengis kepada rakyat Palestina dan Libanon. Aloni juga pernah melontarkan kata mengomentari sanksi massal atas Palestina di Jalur Gaza ”Sanksi massal adalah kejahatan kemanusiaan” (Abu Mazen dan elit pemerintah Palestina di Ramallah tidak pernah ngomong begini).
Aloni mengungakap bahwa Dani Haltus mengeluarkan intruksi agar melepaskan bom Incsitor yang dilarang oleh dunia internasional di wilayah berpenduduk sipil. Jadi ini cukup menyeretnya menjadi penjahat perang. Tahun 2002 Haltus juga memerintahan agar meledakkan bom seberat 1 ton ke rumah Syaikh Shalah Sahadah pimpinan Al-Qassam yang akhirnya menyebakan 15 syahid 9 di antaranya anak-anak dan 70 orang luka-luka.
Aloni menceritakan bahwa dirinya di depan para komandan keamanan di Tel Aviv mengajak agar “ Israel ” tidak mencela Palestina jika melakukan aksi bom syahid. Sebab mereka melemparkan bom arah “ Israel ” sebagaimana “ Israel ” melemparkan bom kepada mereka. “sementara kalian memiliki pesawat tempur dan Palestina tidak memiliki apa-apa. Karenanya mereka meledakkan diri mereka sendiri untuk menyerang “ Israel ”. pada saat itulah seorang komandan “ Israel ” menyahut:”Bagaimana anda membandingkan darah bangsa Yahudi dengan darah bangsa Palestina?” Aloni menjawab:”Warnanya sama-sama merah dengan darah Yahudi” (bn-bsyr)