Penasehat Presiden Obama untuk Timur Tengah Daniel Shapiro menyatakan bahwa negosiasi tidak langsung antara pihak Israel dan Palestina telah menciptakan kemajuan. Ia menegaskan kesenjangan antara kedua pihak menyusut. Ia menambahkan sulit untuk menentukan jadwal kapan transisi ke langkah berikutnya namun kemajuan sangat menggembirakan tegasnya.
Sementara itu Ketua perunding Palestina dalam masalah ini “Kami minta klarifikasi Amerika soal apa yang diumumkan di Gedung Putih soal kemajuan dalam pembicaraan perundingan tidak langsung dan kita menunggu untuk mendapatkan jawaban.”
Jika pengumuman Shapiro benar Otorita Palestina adalah orang terakhir yang tahu. Ini sesuai dengan pepatah Arab “suami adalah orang terakhir yang tahu.” Meskipun utusan AS Mitchell dalam pertemuan baru-baru ini dengan Mahmoud Abbas Kamis 1 Juli Juli tidak memberikan sikap baru apapun dari sisi Israel pada masalah keamanan dan perbatasan atau masalah yang terkait dengan status akhir.
Apa yang diumumkan oleh penasihat Obama soal kemajuan tujuannya adalah manuver politik AS semata. Pertama untuk menunjukkan bahwa kemajuan sedang dibuat di putaran kunjungan Mitchell. Juga bertujuan tekanan terhadap Otorita Palestina untuk migrasi ke negosiasi dan perundingan. Disamping itu juga memperbaiki situasi ketegangan dengan Netanyahu selama kunjungannya ke Washington yang bertemu dengan Presiden Obama. Selain itu juga mencoba untuk mendorong Arab dimana Washington berusaha untuk menyatukan mereka kepada sikap Amerika terutama berkaitan dengan Iran.
Untuk masalah ini pemerintah AS melakukan kampanye politik secara buru-buru menenangkan suasana di semua lini berupa penunjukan Petraeus sebagai komandan baru pasukan NATO (termasuk Amerika Serikat) di Afghanistan kunjungan Wakil Presiden Joe Bidden ke Irak dalam upaya mendesak semua pihak dalam perjanjian membentuk pemerintah Irak banyak melakukan kunjungan oleh Menteri Luar Negeri Hillary Clinton ke beberapa negara kemudian kunjungan Mitchell ke wilayah Arab untuk membuat kemajuan mutlak bahkan meski sederhana dalam negosiasi tidak langsung Palestina – Israel. Amerika Serikat telah menawarkan baru-baru ini kepada Otorita Palestina untuk melakukan negosiasi langsung dengan Israel dengan konpensasi perpanjangan penghentian pembangunan pemukiman yahudi dengan periode baru.
Pemerintah fasis Israel saat ini dalam bidang politik tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menjadi benar-benar representatif dari gerakan Zionis dalam sikap mereka. Sehingga ia tidak memiliki kemungkinan betapapun kecilnya untuk memberikan konsesi meski dalam bentuk paling kecil dalam proses perdamaian. Beberapa saat lalu Komite Pusat Likud telah menvoting dan mendukung memulai kembali pembangunan permukiman yahudi di Tepi Barat dalam skala besar setelah habis batas waktu tenggat sepuluh bulan yakni pada bulan September depan. Anggota parlemen Likud di Knesset dan aleg-aleg fraksi partai kanan ekstrim dan fasis lainnya melakukan aliansi dan mengajukan rancangan resolusi melalui Komisi untuk segera melakukan legislasi yang menetapkan pentingnya menyetujui pembangunan pemukiman jika sudah diajukan ke Knesset.
Washington berbicara tentang kemajuan dalam perundingan. Namun dalam waktu yang sama pemerintah kotamadya Yerusalem untuk ratifikasi pendirian 60 unit rumah baru di pemukiman yahudi “Pisgat Zeev”. Pada saat yang sama pula Israel mengungkapkan proyek sebuah permukiman yahudi dalam KTT Summit Sheikh Jarrah soal pembangunan 138 unit rumah yang dibiayai sumbangan pembangunan jutawan yahudi Arvin Moskovic dimana akan menjadi fokus ketegangan dan konflik baru di Yerusalem (Al-Quds terjajah).
Washington berbicara tentang kemajuan dalam perundingan pada saat Israel mengusir aleg-aleg Palestina dari Yerusalem (Al-Quds terjajah) tanpa mempedulikan mereka berstatus sebagai anggota parlemen dari kota di Dewan Legislatif Palestina.
Sebenarnya tidak ada kemajuan riil dalam perundingan. Inilah yang diumumkan oleh pejabat Otoritas Palestina pimpinan Presiden demisioner Abbas melalui Perdana Menteri Salam Fayyad dimana pertemuannya dengan Barak di Yerusalem dilakukan sebagai sikap melanggar sikap Otorita Palestina sendiri hingga cara Saeb Erekat dan para pemimpin otortas lainnya.
Di sisi lain Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Aboul Gheit mengatakan soal tugas Mitchell “Diperlukan sepuluh tahun sehingga mereka bisa mewujudkan kemajuan.” Ini belum termasuk sambutan Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa dimana ia berada di balik keputusan Komite Pemantau Tinggi Arab dan tentu di belakangnya negara-negara Arab bahwa dirinya menyetujui Otoritas Palestina melakukan negosiasi tidak langsung dengan Israel tapi dengan syarat empat bulan.
Semua data dan teori serta praktek para pemimpin Israel dari Netanyahu hingga pejabat resmi terkecil di pemerintah Israel menunjukkan bahwa perundingan Palestina dengan Israel baik secara langsung atau tidak langsung adalah negosiasi tidak berguna ilusi fatamorgana yang orang haus mengiranya air. Namun ketika datang ternyata bukan air. Persis dengan kata-kata kemajuan dalam pembicaraan yang diumumkan oleh penasihat Obama Presiden AS Daniel Shapiro. (bn-bsyr)