Fakher Syuraitah
Paus Benediktus XVI saat ini adalah pemimpin spiritual bagi sekitar 1 milyar Kristen Katolik di dunia. Ia pernah mengunjungi Al-Quds dua kali untuk berhaji. Pertama tahun 1964 dan kedua tahun 1992 pada hari kelahirannya ke 65. Seperti diketahui kunjungan Paus-Paus ke tanah suci Al-Quds dan pendekatannya kepada Yahudi merupakan factor pendukung proyek pengkultusan Yahudi dan Kristen. Karenanya Paus Benediktus ke XVI dengan rekonsiliasinya kepada Yahudi dimana ia menegaskan penolakan gereja terhadap gerakan anti Semit dengan berbagai bentuknya. Ia juga menegaskan bahwa gereja komitmen untuk “melakban” luka yang telah mencederai hubungan antara pemeluk Kristen dengan Yahudi karena peristiwa Holocaust yang dinilai sebagai kejahatan atas tuhan dan kemanusiaan. Paus Paulus juga menegaskan bahwa gereja membuang jauh-jauh anti Semit dan komitmen membangun hubungan baik jangkah panjang dengan Yahudi. Sebelum itu mending Paus Johana Paulus II pernah berdiri di depan tembok ratapan di Al-Quds meminta ampun kepada tuhan atas kedlaliman yang dialami oleh Yahudi.
Kunjungan Paus Vatikan ke XVI ke Timur Tengah bukan saja untuk berhaji ke tempat-tempat suci Kristen di Betlehem Nazaret dan Al-Quds namun juga akan mengujungi tempat-tempat beragama kaum Muslimin seperti masjid Al-Aqsha dan masjid Qubbatusakhrah tempat suci bagi Yahudi seperti tembok ratapan dan lembaga korban Nazi. Paus akan meletakkan “surat” yang diselipkan di retakan tembok ratapan seperti yang dilakukan pendulunya Paus Yohana II ketika berkunjung kesana tahun 2000 dalam rangka mencari simpati Yahudi.
Sebenarnya factor kunjungannya ke Timur Tengah bukan sekedar misi agama bukan sekedar politis namun Paus ingin mempercepat langkah kesepakatan sipil dengan Negara-negara yang ingin dikunjunginya untuk memberikan fasilitas dan memudahkan kehidupan kaum Kristen mengembalikan sejumlah tempat suci kepada agama Kristen. Kunjungan ini dilakukan pada saat situasi politik begitu rumit di kawasan meski berkali-kali kunjungannya ditunda. Kunjungan ini juga dilakukan setelah Israel diisolasi dunia internasional akibat agresinya ke Jalur Gaza yang menimbulkan korban di pihak sipil Palestina dan menghancurkan rumah ibadah rumah sakit dan sekolah.
Menurut jadwal akan digelar sejumlah pertemuan penting antara pemerintah agama dan pemerintah sipil di setiap wilayah yang dikunjunginya di Timteng baik di Jordania Al-Quds dan Palestina memperkuat hubungan diplomasi antara utusan di Al-Quds dengan kedubes Israel di Vatikan. Selain itu juga memperbaiki hubungan perundingan untuk menemukan kesepakatan komperhensif soal masalah kontroversi antara kedua pihak (Kristen dan Yahudi) dan memudahkan urusan sipil Kristen dimana mereka sudah saling bertukar dubes tahun 1994.
Melalui kunjungan ini Paus juga ingin mengembalikan gereja yang disita oleh Israel seperti gereja Kaisari di kota Kaisaria yang pernah dihancurkan dan disita tahun 50an membebaskan pajak memberikan pengakuan resmi tambahan terhadap hak-hak hukum terhadap tempat sucinya mengembalikan wewenang bagi enam tempat suci dalam bidang managemen dan keorganisasian seperti gereja Bisyarah di Nazaret Jabal Tathwibat gereja Khubz gereja Samak dekat kota Thabaria gereja Thabur aula Isya gereja Jatsaminah di Al-Quds pengakuan sipil penuh kepada gereja dan semua badan hukumnya meletakkan indepensi kepada sekolah-sekolah dan RS milik gereja. Semantara itu Kementerian dalam negeri Israel menolak untuk mengalah dari tempat-tempat di atas sebab itu akan mengganggu kedaulatan Israel.
Yang membuat keberatan Yahudi belakangan adalah karena Paus Benediktus mengangkat pada 24 Januari lalu atas uskup Inggris Richard Wilson menjadi salah satu orang penting di gereja Vatikan. Padahal uskup ini meyakini bahwa Holocaust yang diyakini Yahudi hanya memakan korban tidak lebih dari 300 ribu Yahudi saja yang disiksa oleh Nazi ia juga meragukan ruang gas yang sering didengungkan Yahudi sebagai tempat menyiksa nenek moyang mereka. (bn-bsyr)