Presiden AmerikaSerikat Donlad Trump mengakui al-Quds atau Yerusalem sebagai ibu kota Israel.Kemudian memutuskan untuk menahan dana lebih dari separuh kewajiban AmerikaSerikat kepada Badan Bantuan dan Pemberdayaan PBB untuk Pengungsi Palestina diTimur Dekat (UNRWA). Akankah dia melanjutkan ke arah ini yang ditujukan untukmasalah status akhir? Dengan demikian bersama dengan kebijakan dan praktik penjajahIsrael di lapangan apakah ini akan menyebabkan diberlakukannya status akhirisu Palestina?
Berita terbaruGedung Putih menolak ucapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yangmenyatakan bahwa sejak beberapa waktu telah dilakukan pembicaraan denganpemerintah AS mengenai kemungkinan memperluas cakupan kedaulatan Israel untukmemasukkan permukiman-permukiman Yahudi di Tepi Barat ke wilayah Israel. Iniadalah indikasi yang jelas tentang penolakan pemerintah Trump paling tidakuntuk penetapan langkah berbahaya ini. Tapi yang tersisa pertanyaan tentangkemungkinan untuk itu di masa depan.
Dalam sebuah wawancaradengan Israel Hayom sebuah surat kabar yang dekat dengan Netanyahuketika ditanya tentang tanggal rencana perdamaiannya Trump mengatakan bahwaorang-orang Palestina tidak tertarik untuk melakukan perdamaian saat ini. Diajuga tidak sepenuhnya yakin bahwa Israel tertarik untuk melakukan perdamaian. Karenaitu dia melihat terpaksa menunggu. Ketika ditanya tentang permukiman-permukimanYahudi di Tepi Barat dia mengatakan: bahwa permukiman-permukiman tersebut selalumemperumit proses melakukan perdamaian. Karena itu Israel harus bertindakdengan sangat hati-hati dalam segala hal yang berkaitan dengannya. Trump tidakmenyerukan penghentian permukiman-permukiman tersebut seperti yang dilakukanpendahulunya Barack Obama meskipun duta besarnya untuk Israel DavidFriedman menyatakan bahwa menjadi hak negara penjajah Israel untuk tinggal diTepi Barat karena itu adalah tanahnya. Bahkan dia mengkritik surat kabarIbrani Haaretz karena menolak penjajah Israel tinggal di wilayahPalestina.
Di Knesset(parlemen) Israel para legislatif dari koalisi pemerintah berusaha mendorongRUU yang bertujuan untuk menerapkan kedaulatan Israel di semua wilayahpermukiman Yahudi di Tepi Barat. Namun RUU yang dikenal dengan nama &ldquoUUKedaulatan&rdquo ini ditarik sebagaimana ditegaskan jurubicara anggota seniorkomite legislasi berdasarkan keputusan Netanyahu dengan tujuan untuk mengulurwaktu guna mengkoordinasikan langkah-langkah dengan Gedung Putih terlebihdulu.
Sikap Palestinaterhadap penerapan kedaulatan Israel atas permukiman-permukiman Yahudi diwilayah Palestina (Tepi Barat) disampaikan Jurubicara Kepresidenan Nabiel AbuRadina dengan menolak langah sepihak ini. Dia menegaskan bahwa langkah initidak akan merubah realita sedikitpun karena permukiman Yahudi yang ada diPalestina semuanya adalah ilegal.
Hukuminternasional sudah jelas dan tegas menetapkan keilegalan permukiman-permukimanYahudi di Tepi Barat. Namun para pemimpin Israel meyakini tanah secara penuh.Karena itu mereka tidak meyakini sebuah negara Palestina di barat sungai Yordan.Sebagaimana dinyatakan sebelumnya oleh Netanyahu. Yang diingkari oleh ayahnya.Yang kala itu mengatakan dalam pidato yang disampaikan di Universitas Bar-Ilandi Tel Aviv pada bulan Juni 2009 dia mengumumkan kesiapannya untuk menerimasebuah negara Palestina asalkan dengan syarat negara tersebut adalah negarayang dilucuti senjatanya (demiliterisasi) dan harus dengan jaminaninternasional. Syarat berikut tidak ada hak kembali pengungsi Palestina yangseharusnya menurut Netanyahu masalah mereka dipecahkan di luar”Israel”. Dia juga mensyaratkan orang-orang Palestina harus mengakuikeyahudian negara “Israel” dan Yerusalem atau al-Quds tetap menjadiibukota bersatu bagi negara penjajah Israel. Syarat-syarat yang tidak mungkintersebut beserta faktor-faktor lain telah membuka jalan baginya untukmenolak menerima negara Palestina kemudian dia benar-benar menarik kembalidari menerima menerima negara Palestina tersebut dan tidak mengecewakan keyakinanayahnya.
Belakangandalam acara “The Jerusalem Conference” yang diselenggarakanoleh organisasi berhaluan kanan Israel &ldquoBishvah&rdquo Presiden Israel ReuvenRivlin menyatakan bahwa dia mendukung aneksasi dan pencaplokanTepi Barat. Dia mengatakan”Sebagai Reuven Rivlin saya lahir dengan keyakinan bahwa Tanah Israeladalah milik kami sepenuhnya.” Namun dalam kapasitas sebagai pribadi diamelihat bahwa aneksasi tersebut memerlukan pemberian kewarganegaraan penuhkepada orang-orang Palestina. Rivlin sangat antusias untuk tidak menyebut pendapatnyaini bersifat resmi. Dia tahu besarnya penolakan pada pendapatnya tersebut. Karenamasalah yang berkaitan dengan pencaplokan penuh Tepi Barat ke dalam wilayah “Israel”adalah dilema demografis Palestina dan bahayanya bagi keyahudian negara tersebut.
Lantas apa kira-kirasikap Trump? Ucapannya bahwa pembangunan di permukiman-permukiman Yahudi diTepi Barat tidak akan membantu dalam mewujudkan perdamaian memberikan beberapa penjelasanterhadap langkah Netanyahu yang menarik RUU yang mengizinkan aneksasi kawasanpermukiman Yahudi di Tepi Barat. Oleh karena itu tidak mustahil Trump akan cenderungmenunda langkah ini dan menyarankan kepada Israel untuk mempertimbangkan masalahpermukiman ini berdasarkan kondisi kawasan dan orang-orang Palestina agartidak memperparah faktor ledakan dan agar tidak membahayakan”Israel” itu sendiri. (Jika kita asumsikan ada rasionalitas tertentu)seperti yang diisyaratkan dalam wawancara di atas yang mengatakan bahwaperdamaian adalah demi kepentingan negara penjajah Israel dan sangat baikbaginya maka Israel harus memberikan konsesi di samping orang-orang Palestina.Namun Netanyahu yang telah berhasil menghindari tekanan mantan Presiden ASBarack Obama akan lebih mampu melanjutkan pembangunan permukiman Yahudi inidengan seorang presiden Amerika yang menyatakan penolakannya untuk menekanIsrael atau berusaha atau mengizinkan kecaman padanya dan akan lebih mampudengan lingkungan resmi Arab yang mayoritas berlomba melakukan normalisasidengan “Israel” di tengah-tengah perpaduan dalam normalisasitersebut dari para wartawan dan jurnalis Arab di tengah-tengah langkah yangmemburu orang-orang yang mengekspresikan penolakannya terhadap normalisasi iniseperti yang terjadi pada aktivis hak asasi manusia Arab Saudi Nuha Balawiyang ditangkap setelah mengkritik normalisasi dengan negara penjajah Zionis.
Inti gagasan inisesungguhnya pemikiran beberapa orang Arab yang bertujuan untuk menempatkankeseluruhan telur di keranjang “Israel” bukanlah pemikiran yang amansama sekali. Karena ini bukanlah kapasitas absolut (hal itu nampak misalnya dalamhal lebih mendahulukan gencatan setelah pesawatnya dijatuhkan di wilayahSuriah). Dan Israel sendiri sebagai sebuah negara pendudukan dan dengankesadarannya dengan dunia Arab dan Islam sekitarnya yang mengalami prosesperubahan terus-menerus dan bukan kesadaran yang dangkal ia berusahamengurangi permusuhan padanya di sekitarnya. Israel berusaha dan berharap dapatlebih diterima oleh bangsa-bangsa Arab akankah penguasa Arab dan elit Arabmemilih arah yang berlawanan: mengisolasi diri dari rakyatnya dan menyingkirdari lingkungan mereka agar mereka dapat hidup dengan musuh yang telah menutupinisiatif Arab dan mengatasinya dengan konsesi-konsesi dengan negara penjajahZionis sementara itu penjajah Zionis sedang dalam tahap agresinya yang palingbrutal?!
Secara umum sikapAS tetap tidak menghalangi dengan tegas terhadap kebijakan penjajah Zionis danjuga terhadap kecenderungan untuk menganeksasi permukiman-permukiman di Tepi Baratasalkan persekongkolan ini didasarkan pada metodologi de facto dan pada faktor waktu.(was/pip)