Tue 6-May-2025

Rohingya; Karena Mereka Korban Bukan Karena Mereka Muslim

Selasa 12-September-2017

Nestapa Rohingya di provinsiArakan (Rakhine) di Myanmar Asia tenggara bukanlah hal baru. Ini sudah terjadi40 tahun lalu. Sikap acuh di level internasional juga bukan barang baru.

Jelas bahwa tidak ada satupunnegara dunia yang memiliki kepentingan dalam memberikan simpati kepadaRohingya termasuk negara-negara di Asia Tenggara. Indonesia dan Malaysiabeberapa tahun lalu menunjukkan simpatinya dan mengkhawatirkan atas kondisimereka. Namun ketika kekerasan brutal bernuansa etnis agama dan politikkembali terjadi selama dua pekan terakhir kedua negara di atas hanya diam.Sementara negara tetangganya Bangladesh justru sengaja menutup perbatasanmereka.

Sementara pemerintah Myanmarsendiri justru militer dan milisi ekstrimis budhis menutup-nutupi apa yangterjadi setelah puluhan ribu mereka diusir dan rumah mereka dibakar. Minoritasmuslim Rohingya ini sejak pertengahan abad lalu. Hanya saja PBB tidakmemberikan kepedulian secara khusus kepada mereka.

Berbedadengan seruan para pimpinan lembaga-lembaga Islam agar umat Islam bangkitmembela muslim tertindas di Myanmar seruan di sini tertuju kepada seluruh lembaga-lembagaHAM dan kemanusiaan dan setiap yang masih menghargai kehidupan manusia dariseluruh pimpinan dunia internasional. Mereka ini diminta agar intervensi danberhenti menjadi penonton atas nestapa yang terus berulang-ulang terjadimembela korban yang berstatus sebagai benar-benar korban terlepas dari afiliasiagama mereka.

Ketertindasan yang dialamimuslim Rohingya ini karena warisan kekuasaan militer dictator dan karena merekapenganut agama minoritas di tengah mayoritas penganut Budha. Lebih dari itu adadiskriminasi etnis dan hegemoni kelas. Mereka ini berprofesi sebagai pekerjakasar yang keras. Muslim Rohingya juga tidak mendapatkan hak menjadi warganegara. Sebagian besar mereka berasal dari Muslim India dan Cina. Sebagian kecilmereka berasal dari keturunan Arab beberapa abad lalu.

&nbspJumlah Muslim Rohingya lebih dari 2 jutawarga. Pemerintah Myanmbar di tahun 2014 sengaja separuhnya tidak masuk dalamhitungan penduduk Myanmar. Bahkan tanpa rasa segan pimpinan Myanmar (duluBurma) Aung San Suu Kyi (72) peraih nobel perdamaian dan memiliki sejarahperjuangan melawan rezim militer mengingkari adanya persoalan Rohingya ini. Suumenilai ada penyesatan seakan tidak peduli dengan fakta-fakta temuan soalRohingya.

Bahkan Suu dan partainya IkatanNasional Demokratik yang mengendalikan pemerintah Myanmbar terjebak dalamtudingan terorisme seperti halnya rezim Iran dan Rusia yang menghabisi rakyatSuriah atas alasan terorisme. inilah yang kemudian memicu di jejaring sosialseruan untuk menarik nobel penghargaan dari Aung San Suu Kyi. Sebab ia takmengerti sama sekali tentang minoritas ini sepanjang sejarahnya bagaimanamereka akhirnya membentuk organisasi bersenjata untuk melawan dan membela diri.Tindakan itu yang kemudian mereka sebut sebagai terorisme.

Setiap orang yang memberikansolidaritas kepada mereka dari kalangan sipil bukanlah karena Rohingya Muslimakan tetapi mereka sebagai korban. Seandainya mereka berafiliasi kepada agamalain tetap harus ada solidaritas.

Kecamanwajib kepada pimpinan dunia yang diam seperti kuburan atas nestapa ini. Bisajadi karena mereka tidak memiliki kepentingan dengan Muslim Rohingya. Ini menjadimotiv terkuat. Atau karena korban itu adalah Muslim. Sebab selama beberapatahun belakangan ini menjadi trend politik yang cukup laku untuk tidakmelakukan solidaritas kepada mereka.

Berbeda dengan seruan parapimpinan lembaga-lembaga Islam agar umat Islam bangkit membela muslim tertindasdi Myanmar seruan di sini tertuju kepada seluruh lembaga-lembaga HAM dankemanusiaan dan setiap yang masih menghargai kehidupan manusia dari seluruhpimpinan dunia internasional. Mereka ini diminta agar intervensi dan berhentimenjadi penonton atas nestapa yang terus berulang-ulang terjadi membela korbanyang berstatus sebagai benar-benar korban terlepas dari afiliasi agama mereka.

Harus ada usaha antidiskriminasi berlatar belakang agama dari satu kelompok atas kelompok lain. Agargelombang normalisasi dengan barbar tidak terjadi. Kini dunia kita sedangdigiring kampanye anti terorisme dan kebencian kepada Amerika seperti&nbsp yang dilakukan Rusia dan Iran dan jugadilakukan Israel dalam memerangi pejuang Palestina.

Di tengah suara diam itupresiden Turki Receb Tayib Erdogan meminta Suu Kyi sebagai pemimpin riil diMyanmbar agar menghentikan kejahatan itu mengecam yang terjadi. Negara-negaraIslam dikatakan Erdogan sangat khawatir atas kondisi ini. Suu Kyi dituding &ndashdengan ucapannya &ndash tidak peduli dengan 123 ribu warga Muslim Rohingya yangmengungsi dalam dua pekan terakhir.

Erdogan berjanji akanmenjadikan Rohingya sebagai prioritas kepeduliannya selama September ini dalam pertemuanMajlis Umum PBB. Erdogan adalah pemimpin satu-satunya yang bergerak sampai saatini dan menyampaikan kecaman resmi.

Kecaman wajib kepada pimpinandunia yang diam seperti kuburan atas nestapa ini. Bisa jadi karena mereka tidakmemiliki kepentingan dengan Muslim Rohingya. Ini menjadi motiv terkuat. Atau karenakorban itu adalah Muslim. Sebab selama beberapa tahun belakangan ini menjaditrend politik yang cukup laku untuk tidak melakukan solidaritas kepada mereka. Sepertiyang pernah terjadi terkait sikap diam dunia terhadap penistaan ektrimis Israelterhadap masjid Al-Aqsha salah satu tempat paling suci umat Islam. (Al-arabiJadid/pip)

Short Url:

Coppied

Lebih banyak dari: Mahmud Rimawi