Nawwaf Abu Haija
Ketika bicara soal jumlah kapal “kemanusiaan” dunia untuk menembus blockade Jalur Gaza barangkali akan terhenti pada angka 9. Namun angka 50 akan tetap berlaku karena ada aktivis solidaritas dunia dari 50 negara berusaha ikut serta dalam menembus blockade kejam Israel terhadap Jalur Gaza yang belum pernah ada sebelumnya dalam senjarah. Barangkali negara yang pelabuhannya mau disinggahi oleh kapal anti blockade ini terbatas beberapa negara seperti Kuwait Istanbul Yunani Irlandia Inggris dan Mesir dari laut Meditrania hingga Laut Merah. Mereka yang ikut serta dalam armada pembebasan ini hanya berbekal senjata kebenaran dan kemauan kuat menghadapi kebatilan. Meski hanya berbekal dada telanjang warga Palestina dalam menghadapi musuh Israel menghasilkan pendukung ratusan juta manusia yang simpati bahkan milyaran. Dari para simpatisan pendaftar yang ikut dalam armada ini dari kalangan Arab saja mencapai setengah milyar manusia sejak Jalur Gaza diblokade.
Pelabuhan-pelabuhan tempat berkumpul para solidaritas antara Irlandia Inggris Yunani dan Cyprus serta Turki semuanya telah menampung aspirasi “kemurkaan” atas diamnya dunia selama empat tahun terakhir terhadap genosida terhadap 15 warga Jalur Gaza setiap harinya. Mereka dihalangi untuk mendapatkan hak mereka dalam bernafas makan minum bergerak berobat jalan-jalan bepergian dan hak bekerja dan hidup. Sederhananya blockade memalukan ini terang-terangan menantang apa yang termaktub dalam konvensi Jenewa dan lainnya atau yang keputusan internasional yang resmi keluar pada tahun 1949 atau sebelum dan sesudahnya.
Apa yang terjadi sekarang ini tidak berarti hanya 9 kapal pengangkut dengan spirit dan tekad kuat hati-hati yang merindukan kebebasan dari 50 negara di dunia. Bukan saja terbatas kepada ratusan aktivis kebebasan keadilan cinta dan perdamaian. Apa yang terjadi adalah setiap diri kita – baik yang dekat dengan peristiwa itu atau jauh secara geografis -. Hari ini bola dunia saat ini hanya sebesar radio kecil di kantong atau meja kecil sangat dekat sedekat bantal cangkir kopi dan teh kita. Dari sini penulis tegaskan pertempuran yang terjadi sekarang dimulai dari gerakan kemanusiaan melawan blockade untuk pembebasan Gaza adalah hakikat dari rute dan peta untuk mewujudkan pembebasan kita semua dari penjara yang disebut Israel dan yang mendukungnya atau yang takut kepadanya. Padahal Israel dan kawan-kawannya terbukti kalah terhadap kekuatan kebenaran semenjak enam tahun terakhir tepatnya sejak musim panas 2006.
Kitalah yang menang ketika tangan-tangan brutal terlepas dari leher Palestina di Jalur Gaza – dengan kekuatan tekad kapal sipil dada dan hati yang dipenuhi cinta kebebasan harga diri dan kemanusiaan. Bukan Turki Irlandia Cyprus Yunani atau yang mau belayar ke Jalur Gaza yang menang. Tapi seluruh manusia yang menang ketika lembar hati-hati manusia yang terblokade di Jalur Gaza terbuka melihat hadiah kecintaan mereka yang datang dari jarak jauh ke pantai Gaza. Ini adalah pertempuran dua parit pertama di dalam parit itu musuh-musuh kehidupan kemanusiaan kehormatan harga diri yang penuh dengan kedengkian terhadap manusia. Parit kedua berhimpun manusia-manusia penyeru keadilan kebenaran kecintaan kekuatan. Mereka rela mengarungi lautan luas demi menghadapi musuh kemanusiaan. (bn-bsyr)