Izzuddin Ahmad
Walau kita berusaha untuk selalu husnuzan terhadap gerakan Fatah dalam hal rekonsiliasi Palestina namun kenyataan yang terjadi di lapangan bertolak belakang dari sikap ini. Maka tak heran bila banyak pertanyaan tentang hakikat tujuan dari gerakan ini terkait koalisi nasional.
Bukan pertama kalinya sejumlah pimpinan Fatah dan pejabat otoritas Oslo berbenturan dengan sikap keras kepala Zionis setelah sekian lama melalui proses perdamaian hingga mereka memutuskan untuk kembali ke pangkuan nasional melalui pinu rekonsiliasi dan konsen dalam kepentingan rakyat yang lebih tinggi.
Putaran terakhir dari sejumlah pertemuan dengan pimpinan Hamas atas permintaan dari pihak Mesir pada saat perundingan Palestina menjalani jalan buntu dan gelap. Mereka kembali kepada apa yang mereka anggap sebagai kekuatan energy. Setelah tampak pada dunia bahwa mereka begitu mudahnya menyerah pada keinginan penjajah yang mereka persembahkan dengan “nampan emas”. Setelah itu mereka tampak sangat antusias untuk menggapai rekonsiliasi nasional dengan orang-orang yang selama ini tunduk pada Zionis.
Kalau seandainya Amerika berhasil menundukan kepongahan Zionis dan dapat meyakinkanya agar menghentikan perluasan permukiman selama dua bulan ke depan apakah para pemimpin Fatah akan tetap semangat menuju rekonsiliasi ?? Terutama kaitanya dengan media Fatah yang tak mau memblow up sejumlah pertemuan para pemimpinnya dengan Hamas. Tidakkah ini meragukan ?.
Jika pertemuan terakhir di Damasqus muncul akibat meningkatnya eskalasi penangkapan terhadap para pendukung Hamas hingga penganiayaan terhadap symbol konstitusi Palestina semisal para alegnya apakah Fatah akan tetap sigap menuju rekonsiliasi ??
Sayang sekali sejumlah perundingan yang dilakukan para pemimpin Fatah dan otoritasnya sepanjang dasa warsa kemarin tak satupun melahirkan keberhasilan ataupun perolehan hak rakyat. Malah mereka semakin tenggelam dalam perundingan demi perundingan tanpa akhir. Apakah mereka akan mengorbankan air mata rakyatnya demi pangkat dan jabatan VIPnya ?.
Tidak menutup kemungkinan bila apa yang kami utarakan ini benar adanya. Jika kami katakan pergerakan Fatah menuju rekonsiliasi saat ini hanyalah sebuah maneuver politik. Bahkan menurut kami tindakan mereka merupakan bagian dari siasat politik yang diadovsi Fatah untuk menyelematkan air mukanya setelah melalui serangkaian penyerahan hak serta ketundukan pada Zionis.
Saat ini bola berada pada Hamas. Fatah telah menendangnya. Mereka telah berhasil menggapai tujuanya dari pertemuan terakhir mereka yaitu membentuk opini umum Palestina bahwa Fatah serius rekonsiliasi. Sementara Hamas pada pase menunggu. Apakah pihak lain akan membuat langkah baru terhadap kesepakatn ini atau tidak ?.
Jawabanya tergantung pada sedekat apa keyakinan Amerika bahwa tuan Netanyahu akan setuju menghentikan permukimanya selama dua bulan ke depan.
Perlu disebutkan kembali bahwa makalah ini bukan berarti menolak ide rekonsiliasi untuk dapat mengakhiri perpecahan yang tentunya merugikan kita semua. Akan tetapi belum ada alasan yang kuat yang dapat meyakinkan bahwa mereka tidak sedang memperdagangakan rekonsiliasi untuk kepentinganya sendiri. Atau memperlakukanya seperti sebuah pispot kamar mandi untuk membuang kotoran politik lalu melemparkanya ke tempat sampah terdekat untuk memberikan hak-haknya lebih banyak lagi. (asy)
Harian Jordania