Fadwi Hilmi
Ahad 25 Juli 2010 kemarin ratusan masa perindu tempat Isra kekasih tercinta Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam tumpah ruah ke jalan untuk melepaskan singa Al-Aqsha dan mengecam tindakan yahudi ekstrim. “Dengan nyawa dan darah kami tebus dirimu Al-Aqsha”. Di penjara Ramlah Syekh Raid Shalah akan mendekam selama lima bulan dalam rangka menjalani vonis penjajah Israel dalam kasus gerbang Magharibah tahun 2007. Padahal secara live kekejaman Israel dalam peristiwa itu disaksikan oleh mata telanjang bangsa Arab dan kaum muslimin di dunia. Pada saat itu buldoser-buldoser Israel dengan pongahnya menggusur jalan di gerbang Magharibah yang merupakan bagian dari masjid Al-Aqsha. Karena Syekh Raid Shalah adalah tokoh era Shalahuddin Al-Ayyubi maka ia keluar persis di depan gerbang Magharibah melawan kekejaman Israel itu. Tindakan Shalah ini menyulut girah para pemuda muslim membela tempat suci mereka bersama sang tokoh.
Atas latar belakang ini Israel mengadili kemudian menvonis Syekhul Al-Aqsha. Saat dibacakan vonis Syekh Shalah hanya berkomenter “vonis penjara untuk membela Al-Aqsha adalah kemuliaan”. Di depan pintu penjara Ramlah Syekh Raid Shalah menyampaikan pesannya “Saya berwasiat kepada semua tentang pentingnya menjaga kewajiban membela Al-Quds dan masjid Al-Aqsha yang dijajah Israel. Keduanya adalah amanat di pundak kita. Ini amanat besar di langit dan bumi. Di depan Allah nanti kita akan ditanya. Karenanya kita harus membebaskannya dengan harga apapun. Sebab ini masalah besar yang tidak mungkin dibayar dengan harga murah.” Wahai Syekh kita engkau benar. Darimu kami belajar bahwa mahar Al-Quds sangatlah mahal hingga dengan darah. Untuk membayarnya bahkan jiwa ini harus kehilangan nyawanya yang dianggap murah untuk diterima sangat Pencipta.
Sebab Palestina adalah semua Palestina. Tidak ada bedanya Gaza dan Al-Quds. Blokade adalah satu dan musuh adalah satu meski kepedihan tahanan sudah menanti. Gaza pun tak dilupakan dari wasiat Syekh Shalah. Ia mengingat “Tidak diragukan bahwa penjajah Israel terus melancarkan rencana jahatnya di level lokal berupa yahudisasi Al-Quds pengekangan Al-Aqsha untuk membangun kuil Solomon mereka. Pada saat yang sama Israel ingin yahudisasi Tepi Barat dan memblokade 15 juta jiwa di Jalur Gaza. Israel sudah berkali-kali memukul lonceng perang di Timteng. Tidak berlebihan jika Israel disebut sebagai pihak yang menyeret dunia kepada perang dunia III yang hasilnya tidak diketahui kecuali Allah.”
Syekh Al-Aqsha pun menyampaikan jalan keluar dari tenggelamnya umat ini. “Wahai ulama umat Islam dan Arab wahai rakyat Palestina pimpinan rakyat jangan lupa tahun 2010 adalah penentuan. Bisa jadi Israel akan melakukan tindakan bodohnya membagi masjid Al-Aqsha antara yahudi dan umat Islam dan membangun kuil mitos mereka dengan mengorbankan masjid Al-Aqsha. Haram bagi kalian hanya tidur dan bermalas-malasan membela Al-Quds dan Al-Aqsha. saya ingatkan ini adalah tahun penentuan.” Wasiat Shalah kepada umat.
“Menurut saya ini vonis remeh yang sama sekali tidak menggentarkan siapapun. Kami akan tetap membela memperjuangkan Al-Quds dan Al-Aqsha dan menang melawan penjajah Israel sebelum dipenjarah saat dipenjara dan setelah dipenjara hingga Israel hancur dan hilang dalam waktu dekat insyaAllah.” Tegas Shalah. Ya dari Shalah lah kita mampu mengambil sumber keshalihan umat melalui perjuangan melawan kedlaliman Israel.
Semoga engkau tetap dalam penjagaan Allah semoga Allah senentiasa meneguhkan perjuangan mu. Meski mimbar kami di bulan suci Ramadhan akan kehilangan seorang penasihat Al-Aqsha. “Setiap zaman adalah tokoh dan pahlawannya dan kini di tempat isra tercatat kepahlawan Syekh Raid Shalah.” (bn-bsyr)