Dr. Isham Shawer
Terkait masalah Palestina KTT Arab dalam pernyataan resminya hanya menyinggung kecaman atas pembangunan pemukiman Yahudi yang mengancam proses perdamaian. Namun ada sejumlah negara Arab yang patut diapresiasi.
Sejak Liga Arab dibentuk dan didirikan umat ini putus asa terhadap KTT-KTT Arab yang digelar dan segala resolusi yang diambilnya untuk bisa mengatasi masalah dan tantangan. KTT terakhir juga tidak berbeda dengan KTT-KTT sebelumnya kecuali hanya menambahkan perpecahan Arab bahkan di dalam tubuh Gabungan Negara-negara Kerjasama Teluk. Meski demikian ada yang patut mendapatkan apresiasi dari sebagian banyak negara Arab yang memalingkan punggungnya dari derita umat dan cita-citanya. Sementara ada sebagian negara Arab yang justru ikut konspirasi terhadap Palestina dan menghalangi usahanya untuk bangkit.
Usaha penuh berkah yang dilakukan negara Kuwait pimpinan Syekh Shabah Al-Ahmad sebelum dan pada saat KTT digelar di negara ini untuk menyatukan barisan negara-negara Teluk dan melampaui krisis berbahaya dan tidak ikut-ikutan dalam menarik dubesnya dari Qatar. Meski usaha Kuwait tidak sempurna mewujudkan usaha persatuan namun mereka mampu mencairkan sikap dan mendekatkan Saudi dan Qatar sampai kedua pimpinan negara ini berjabat tangan Emir Qatar dan pangeran Saudi.
Sambutan dan statemen resmi Emir Qatar Syekh Tamim bin Khalifah Aali Hamd sangat cemerlang terkait masalah Palestina kecamannya terhadap blockade Gaza dan dukungannya terhadap warga Gaza. Ia memberikan waktu cukup banyak dalam sambutannya kepada Palestina permasalahan yang mereka hadapi blockade dan perpecahan internal. Ia menegaskan tentang tidak adanya kredibilitas dalam proses perundingan damai dan bahwa apa yang mereka sebut sebagai perdamaian sudah diragukan oleh bangsa Arab. Ia menegaskan bahwa “Israel sebagai musuh” berusaha membiasakan masyarakat dunia agar terbiasa dengan kejahatan-kejahatan mereka terhadap Palestina dan bangsanya. Sang Emir juga menegaskan dukungannya terhadap Al-Quds agar warganya tetap tegar menjaganya dari proses yahudisasi dan pengoyakan yang dilakukan oleh penjajah zionis.
Pimpinan tertinggi Qatar ini bicara soal pedihnya penderitaan warga Jalur Gaza karena blockade. Tidak ada legitimasi kemanusiaan dan moral untuk mengurung memblokade mengisolasi dan memenjarakan sekitar dua juta manusia di Jalur Gaza tegasnya. Kami menyadari bahwa kerja nyata Qatar telah mendahului kata-katanya yang telah memberikan banyak dukungan kepada Palestina. Namun kita sedang menunggu nurani pimpinan negara Arab lainnya untuk bergerak demi Palestina. (bsyr)