Ada tiga fase yang dilalui proses penyelesaian (perdamaian)setelah dibentuk Otoritas Palestina dengan dipastikan kegagalannya. Pertamatahun 1999 ketika berakhir fase peralihan tanpa ada solusi final. Ini menjadiindikator pertama bahwa Otoritas Palestina hanya akan berputar di posisinyatanpa ada harapan politik lebih baik berbeda dengan tujuan asasinya.
Fase kedua tahun 2002 ketika Israel kembali menginfasiwilayah zona &ldquoA&rdquo di Tepi Barat dimana proyek Otoritas Palestina mendapatkan &ldquoperhatianpolitik&rdquo yang memberikan indikasi peluang akan dikembangkan statuskedaulatannya menjadi sebuah negara. Akan tetapi invasi Israel ke wilayah &ldquoA&rdquoini bukan hanya menafikan &ldquoperhatian politik&rdquo saja namun Israel melepaskan diridari komitmennya terhadap perjanjian Oslo tahun 1993. Sehingga eksistensipenjajahan Israel semakin matang dan itu tanpa beban biaya.
Fase ketiga dari Konferensi Anapolis diikuti denganberbagai usaha &ldquomenghidupkan kembali proses perundingan damai&rdquo yang gagalsampai berakhir dengan &ldquoUndang-undang Penyelesaian&rdquo (pengesahan/legalitaspermukiman Israel) beberapa saat lalu oleh parlemen Knesset yang memustahilkansolusi dunia negara. Sebab secara politik wilayah Tepi Barat (tempatberdirinya negara Palestina nantinya sesuai dengan perundingan damai) diubah statusnyasebagai tanah tanpa warga.
Dengan usaha-usahah Israel itu permukiman yahudi di TepiBarat membuat solusi &ldquodua negara&rdquo dalam perundingan perdamaian akan mustahildicapai. Kecuali bila mengembalikan perimbangan kekuatan yang bisa membuat Israelmembekukan segala rencana kolonialisme permukiman di Tepi Barat.
Agaknya sejak kelompok kakan ekstrim Israel menjadipimpinan di Israel Otoritas Palestina mulai setuju secara teori &ldquopertukarantanah&rdquo dimana permukiman yahudi akan sah berdiri dan sebagian solusinya Palestinamasuk dalam konfederasi Jordania.
Selain itu secara mendasar proyek Otoritas Palestina akangagal menuju berdirinya negara Palestina dengan kedaulatan penuh. Sebab perimbangankekuatan sekarang masing timpang di sisi politik di lihat dari posisi TepiBarat dalam proyek zionis baik dari sisi idelogi zionis atau nilai strategis TepiBarat.
Kesalahan Palestina lainnya PLO (yang kini tokohnya diOtoritas Palestina) yang meneken Oslo dengan Israel telah mengakui &ldquoeksistensinegara Israel&rdquo tapi Israel tidak mengakui Palestina. inilah yang membuat Israelsemakin ekspansif dalam mencaplok wilayah Palestina dan memutihkan citranya didunia. Bahkan mampu menembus dunia Arab dan Islam dan mengubah modelkonfliknya.
Tepi Barat kemudian dalam konflik ini masih dianggap sebagaitanah sengketa setelah sebelumnya PLO mengeluarkan tanah Palestina di wilayahjajahan 1948 dari status tanah terjajah atau dibebaskan dari sengeketa dankonflik (diserahkan ke Israel). Perjanjian Oslo juga telah membubarkan danmembekukan sikap Arab dan Islam yang melawan Israel. wilayah Tepi Barat danAl-Quds pun dicaplok dengan lebih mudah. (at/pip)