Fri 9-May-2025

Posisi Arab di Papan Catur Nuklir

Rabu 14-April-2010

Dr. Ahmad Qadidi

Koran Al-Sharq Qatar

Analis politik dikejutkan oleh langkah Benjamin Netanyahu membatalkan perjalanan yang dijadwalkan ke Washington dan membatalkan partisipasinya dalam konferensi pengurangan senjata nuklir yang diselenggarakan oleh sekutu “Israel” terbesar Amerika Serikat. Konferensi ini adalah salah satu capaian paling berharga dan prestasi Presiden Obama setelah penandatanganan di Praha dengan presiden Rusia ke sebuah perjanjian Start-3 tanggal 8 April sebagai kulminasi upaya simbolis upaya Presiden Barack Obama sehingga dia layak mendapatkan Nobel Hadiah Perdamaian. Presiden Amerika kulit hitam ini berusaha menutupi wajah negaranya di bidang ini sejak menyatakan ambisinya untuk mencapai dunia tanpa nuklir dan memberikan kompensasi bagi persaingan ultimatum antara negara menjadi keberimabangan saling kepercayaan.

Dengan demikian menjadi pasti bahwa negara Yahudi Israel mulai menduduki posisi barunya barunya sebagai puhak yang keluar dari hukum internasional (karena dianggap sebagai negara pembelot). Yang lebih lebih serius berbahaya Israel dianggap keluar dari koalisi Amerika yang merupakan paru-parunya untuk bernafas. Alasan pembatalan Israel dalam konferensi nuklir ini adalah penolakan Israel kalau senjata nuklirnya akan menyulut kebijakan yang tidak berpihak kepadanya. Ini setelah Turki menegaskan melalui pimpinannya Recep Tayyib Erdogan yang berniat menyampaikan laporan kepada konferensi mengenai ancaman “Israel” terhadap perdamaian dunia (seperti yang disampaikan di Paris minggu ini).

Yang penting bagi Arab adalah posisi Israel yang dalam peta hubungan internasional yang dianggap terbuang (secara relative) oleh masyarakat internasional. Tapi yang perlu kita perhatikan sebelum itu adalah apa yang diisyaratkan oleh surat kabar Yediot Aharonot edisi 7 April ini bahwa Obama meminta kepada Netanyahu untuk membekukan aktivitas permukiman dan memberikan kesempatan bagi Palestina untuk membangun negara sebagai mukadimah penting untuk menyerang Iran. Apakah Obama menyembunyikan di Timur Tengah berupa gempa bumi berkekuatan 7 skala richter? Saya memperkirakan skenario ini sesuai dengan laporan sejumlah pakar Amerika dan Eropa. Arab harus berhati-hati.

Pidato Presiden Amerika itu disampaikan pada Senin lalu tentang doktrin nuklir baru mendapatkan sambutan negara-negara besar khususnya Republik Rusia yang memiliku kepedulian langsung dalam doktrin ini. Obama telah memulai membuktikan janjinya pada saat pemilu yang paling penting dalam kebijakan luar negeri sejak dua tahun lalu yakni mewujudkan sebuah dunia yang bebas senjata nuklir setelah berhasil mewujudkan janji yang paling penting dalam pemilunya dengan menandatangani Undang-Undang Kesehatan Masyarakat yang memberikan asuransi sosial terhadap 40 juta warganya Amerika. Setelah pidato tersebut presiden Amerika dan Rusia menggelar pertemuannya di Praha pada Kamis 8 April lalu dan menandatangani Konvensi Strart III yang akan membatasi armada senjata nuklir yang strategis hingga 74% dibanding dari apa yang ditandatangani di perjanjian START II.

Meskipun Menteri Luar Negeri Rusia meragukan maksud sebenarnya dari Washington soal ini dunia tampaknya lebih aman dari dua kekuatan raksasa negara dunia ini. Kita tidak boleh lupa bahwa Rusia saat ini masih mempertahankan seluruh (Medvedev – Putin) selama seluruh persenjataan nuklir warisan dari Uni Soviet. Para ahli militer menilai bahwa perbedaan antara kedua kekuatan terbesar di bidang nuklir Amerika dan Rusia dalam bidang nuklir (yaitu jumlah hulu ledak atom yang ada di pucuk rudal balistik antar benua) adalah perbedaan tidak signifikan. Perang Dingin yang berlangsung tujuh puluh tahun antara keduanya memaksa Washington dan Moskow untuk membangun ribuan hulu ledak hingga pada tingkat fase perdamaian dan rekonsiliasi saat ini yang berubah menjadi besi tua yang dijual ke beberapa negara inferior keduanya mengawasi secara bersama-sama dari hasil yang disepakati.

Langkah selanjutnya dalam hal ini adalah mengadakan konferensi internasional pada tanggal 12 April dan 13 di Washington dan dengan restu PBB untuk menandatangani perjanjian yang sama antara negara-negara nuklir (Amerika Serikat dan Rusia tentu saja bersama dengan Perancis Inggris Raya Cina India dan Pakistan) dan tiga puluh negara-negara lain mungkin memimpikan nuklir untuk tujuan damai atau militer. Di sini kita dapat menafsirkan misi tersembunyi Washington melalui statemen Obama dan Hillary Clinton kepada Iran dan Korea Utara agar keduanya merendahkan sayapnya bukan karena kasihan tetapi karena rasa takut. Harap dicatat bahwa misi ini diabaikan oleh “Israel” yang tidak diragukan lagi mereka memiliki sekitar 445 hulu ledak nuklir siap diluncurkan.

Yang menjadi perhatian bangsa Arab dalam hal ini sikap tidak peduli terus menerus terhadap persenjataan nuklir Israel yang melibatkan dua negara raksasa. Seakan ini hanya kejadian yang mudah berlalu dalam hubungan internasional atau seolah-olah dunia nyaman dengan niat dari semua negara Israel. Di sini tampaknya ada sikap anomaly Barat yang jelas. Sebab Washington berbalik ke posisi agresif dengan sekutu Israel ketika pimpinan militer Amerika dan NATO menyatakan bahwa setiap langkah pemerintah Israel penuh kesombongan pembunuhan perusakan di Palestina maka itu mendekatkan ajal tentara Amerika Serikat dan sekutu Barat di Irak dan Afghanistan Pakistan Somalia dan Chechnya. Harus kita tegaskan kembali peringatan motif tersembunyi dari persiapan perang Israel – Amerika terhadap Iran. (bn-bsyr)

Koran Al-Sharq Qatar

Short Url:

Coppied