Sat 10-May-2025

Perundingan Tanpa Referensi dan Tanpa Legitimasi

Rabu 25-Agustus-2010

Abdul Bari Athwan

(Al-Quds Arabi London)

Sejak Mahmud Abbas memegang mandate presiden otoritas Palestina di Ramallah sejak ia melanggar janji-janji dan kata-katanya satu demi satu kredibiltasnya dan kredibilitas bangsa Palestina semuanya hancur di mata dunia Arab dan dunia internasional.

Abbas berjanji tak mau menggelar perundingan-perundingan setelah konferensi Annapolis jika permukiman yahudi terus dibangun tapi akhirnya dia pergi berunding. Ia berkata tidak akan berpindah dari perundingan tidak langsung kepada perundingan langsung kecuali jika ada kemajuan sementara. Namun kini ia siap pergi ke Washington untuk memenuhi undangan perundingan tanpa mempedulikan syarat yang ia buat sendir.

Kita tak mengerti bagaimana Abbas meminta agar ada refensi perundingan yang akan diikutinya sekarang. Padahal perundingan itu memang tidak memiliki referensi. Namun meski ada satu referensi tetap itu tidak dihormatinya dan anggota-anggotanya. Karenanya tidak berlebihan jika dikatakan Abbas tidak pernah menghormati bangsa Palestina dan aspirasinya. Apakah Abbas lantas mengakui bahwa bangsa Palestina ini ada.

Dulu Abbas merujuk kepada Dewan Eksekutif PLO namun kini ia tidak terikat lagi dengan dewan ini. Ia pun pergi menuju ke perundinga menentukan nasib bangsa Palestina dengan keputusannya sendiri mungkin ia akan menandatangani kesepakatan damai atas namanya sendiri.

Hanya 9 anggota DPP PLO yang hadir dalam pertemuan terakhir. Meskipun TV Palestina resmi milik Otoritas Palestina merekam gambar ruangan penuh dengan anggota yang dipimpin Abbas untuk mengelabui bahwa kuota penuh dan keputusan itu legal. Ini salah satu proses paling berbahaya dalam politik yang dialami oleh bangsa Palestina tapi berlangsung terus menerus.

Jika Abbas tidak mendapatkan dukungan dari Front Rakyat Front Demokrasi Partai Rakyat Palestina dan Front Pembebasan Arab dan Palestina apalagi dari 10 faksi Palestina di Damaskus dari Hamas Jihad Islami Qiyadah Ammah dan semua gerakan perlawanan di Jalur Gaza juga Forum Ekonomi Palestina atau Club Pebisnis Palestina lantas siapa yang member dukungan kepada Abbas? Abbas merepresentasikan siapa dalam perundingan?

***

Sehari setelah menyetujui pergi berunding ke Washington ada bocoran berita bahwa Abbas murka ketika Hillary Clinton mengumumkan resmi bahwa perundingan yang akan digelar tanpa syarat di depan. Bahkan Hillary mengulang-ulang tuntutan Benjemen Netanyahu dalam perundingan itu. Menurut bocoran itu murka Abbas mereda setelah pembicaraan dengan kementerian luar negeri AS. Kemudian setelah itu Shaib Urekat perunding Palestina menegaskan bahwa Abbas tidak akan kembali berunding jika satu batu di bangun di pemukiman Israel.

Dr. Shaib Urekat lupa semua “tidak akan” nya Abbas tentang syarat-syarat Palestina yang masih terekam jelas di situs You Tube. Sayangnya semua “tidak akan” itu menjadi “oke” yang diikuti oleh penjelasan dan pembenaran yang tidak meyakinkan.

Bukan kebetulan jika setiap kali Abbas menyatakan mundur dari satu dari sebagian syarat perundingan atau kembali ke perundingan gaji pegawai pemerintah otoritas (160 ribu pegawai) terlambat. Kemudian kita membaca laporan panjang soal deficit anggaran dan ancaman tidak dibayar gaji bulan depan jika tuntutan-tuntutan Amerika tidak didengar.

***

Capaian paling berbahaya Otoritas Palestina adalah warga Tepi Barat dan sebagian warga Jalur Gaza menjadi “budak gaji” dan menjadi obyek pemerasan bulan-bulanan dan setiap bulan. Yang kita khawatirkan perbudakan ini akan menyebabkan semua Palestina akan diserahkan kepada Amerika.

Generasi baru di Tepi Barat tidak mengenal Intifadhah dan tidak mengenal alternative lain bagi bangsa Palestina selain perundingan untuk melanggengkan pendapatan gaji mereka di akhir bulan. Generasi baru itu tidak paham situasi nenek moyang mereka sebelum otoritas Palestina. Situasi waktu itu jelas dibanding sekarang: penjajah Israel dan bangsa Palestina yang melawan dengan kuat.

Sekarang ada penjajah dan ada wakil-wakil lokalnya di sana. Para wakil penjajah itu begadang semalam suntuk menjaga ketenangan pemukiman yahudi dan mengadang dengan galak semua orang yang hendak mengganggu mereka. Bahkan suara adzan dan bacaan Al-Qur’an dibatasi. Pasukan keamanan Palestina menadi perpanjang badan keamanan Israel dan menggelar koordinasi dalam melawan mereka melawan Israel. bahkan Menteri Wakaf otoritas Palestina mengeluarkan fatwa merespon tuntutan warga yahudi.

Netanyahu berbohong kepada semua pihak. Baik bangsa Arab atau Amerika. Tapi kepada konco dan koalisinya di pemerintahannya atau kepada warga Israel Netanyahu tidak pernah berbohong. Sebab ia pasti akan evaluasi dan kredibilitasnya jika tidak komitmen dengan program politiknya saat kampanye. Sementara tidak seorang pun yang mengevaluasi Abbas. Abbas terus memutuskan sesuai kehendaknya seakan ia bertindak mewakili orang yang memilihnya.

***

Gedung Putih memahami realitas ini dengan baik. Mereka memahami detail kelemahan orang-orang Abbas satu persatu (bukan titik kekuatan). Karenanya Gedung Putih menekan mereka. AS langsung mengeluarkan intruksi dan tanpa sanggahan dari Abbas berupa “tapi”.

Inilah pembantaian politik baru bagi Palestina yang didukung oleh pemimpin moderat dari kalangan bangsa Arab yang akan bersanding di Washington dalam perundingan mendatang.

Bukan hal baru bila perundingan ini menghasilkan hal yang tidak adil. Sebab tayangan perundingan kali ini tujuannya menyiapkan pentas perang baru kepada sebuah negeri Islam.

Yitshak Shamir mantan PM Israel mengatakan dirinya ikut KTT perdamaian Madrid tahun 1991 yang digelar untuk memberikan legitimasi infasi ke Irak yang menelan korban ratusan ribu warganya dia berunding dengan Arab lebih dari 20 tahun ke depan tanpa memberikan sejengkal pun tanah yang dijajah Israel kepada Arab.

Padahal tangan kanan Shamir di Madrid waktu itu adalah Netenyahu. Ya ramalan Shamir terbukti. Setahun lalu setelah perundingan damai Arab – Israel – tepat 20 tahun Shamir melontarkannya – hasil perundingan itu jelas tanpa diperjelas kembali.

Netanyahu akan melanjutkan rute yang ditempuh gurunya Shamir dan akan mewujdkan keinginannya selama “budak gaji” itu menerima perdamaian ekonomi dan lebih memilih roti ketimbang harga diri serta melupakan bahwa mereka anak-anak dari generasi Intifadhah paling agung di sejarah modern ini. (bn-bsyr)

Short Url:

Coppied