Mon 12-May-2025

Perundingan Penyelesaian Darah dan Tanah Air

Kamis 16-September-2010

Amjad Arar

(El-Haleej Emiret)

Orang-orang yang lugu di antara kita biasanya saat ini menanti-nanti kejahatan Israel karena dua faktor Idul Fitri dimana biasa Israel mengubah hari raya bagi sebagian warga Palestina dari “ijazah” (liburan) menjadi “janazah”. Setelah Benjemen Netanyahu menutup teleponnya mengucapkan selamat idul fitri kepada elit Otoritas Palestina Israel melepaskan roket-roket mematikan kepada warga Palestina yang dianggap sebagai teroris. Tiga orang petani Palestina meninggal di pinggiran Jalur Gaza.

Faktor kedua perundingan damai yang akan digelar kembali setelah Idul Fitri. Israel selalu setia dalam mengirim pesan berdarah kepada perundingan Palestina.

Kita menunggu dunia mengatakan sesuatu atau mengomentari kejahatan Israel ini. Namun seperti biasa dunia bungkam ketika yang menjadi korban adalah Palestina atau Arab atau kelompok solidaritas meski dari Amerika.

Di awal-awal kita bisa memahami pertimbangan para pemimpin politik yang berat sebelah padahal itu mengorbankan darah Palestina. Dunia ini sudah membiasakan kepada kita untuk cuek dengan darah Palestina dan Arab seperti air yang mengalir di selokan.

Barangkali kita meyakini bahwa korban Syahid Husam Abu Said (17) yang tubuhnya tercabik-cabik oleh misil Israel sebagai sosok teroris atau penyelundup rudal “roti” dan amunisi “susu” melalui terowongan. Atau bahkan nama Husam menjadi pembenar untuk menghabisinya. Tapi apa salah kakeknya (91) teroriskah dia??

Abdullah Abu Said kakek tua renta itu luluh lantak tubuhnya ketika nyawanya memang sudah dekat. Kita menerima kritikan pedas dari dunia pasca operasi serangan di Hebron yang menewaskan warga penjajah Israel. Namun Israel justru mendapatkan acungan jembol ketika membunuh kakek Palestina berusia 91 tahun? Bukankah diam atas kejahatan adalah kejahatan lebih berat?

Diam adalah kemunafikan dan kedajalan ketika Israel mengumumkan resmi memulai pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat padahal pembangunan itu berlangsung pada masa pembekuan pemukiman yang disetujui sendiri oleh Netanyahu.

Itulah rambu-rambu penyelesaian damai dalam perundingan “darah Palestina tumpah secara biasa oleh tangan Israel” tanah air dan tempat sucinya diinjak-injak oleh penjajah Israel dan warga pemukim. Sementara bangsa Palestina seluruhnya hanya dianggap menjadi problem keamanan semata. Namun kesepakatan damai tidak akan terwujud dengan penandatanganan kesepakatan antar kekuatan yang tidak berimbang. Jika bangsa-bangsa tidak yakin dengan masa depannya maka kesepakatan itu hanya moment tanpa makna. Karenanya perundingan penyelesaian ini tidak butuh terhadap perlawanan atau oposisi Palestina atau Arab untuk menggagalkannya. Sebab Israel sudah menggagalkan sendiri. (bn-bsyr)

Short Url:

Coppied