Sat 10-May-2025

Perundingan Jarak Dekat dan 3 Kemungkinan

Jumat 14-Mei-2010

Majid Azzam

Perundingan jarak dekat – dan perundingan tidak langsung – antara otoritas Palestina dan pemerintah Israel menghadapi tiga kemungkinan tidak ada kemungkinan keempat kedua pihak bisa mewujudkan pendekatan sehingga akan dialihkan ke perundingan langsung dengan jadwal waktu terbatas untuk menyepakati masalah-masalah final dan strategi sulit dan sensitive selama 24 bulan atau 25 tahun paling lama.

Kedua menemukan kesepakatan berdirinya negara Palestina dengan perbatasan sementara sesuai dengan kondisi sekarnag di Tepi Barat dengan dilakukan revisi di sana-sini kemudian setelah itu dirundingkan masalah-masalah final seperti masalah Al-Quds hak kembali perbatasan final bagi negara Palestina. semunya sesuai dengan jadwal waktu tidak lebih dari dua tahun.

Ketiga (terakhir) gagalnya proses pendekatan sehingga tidak mungkin akan berlangsung dan berlanjut kepada perundingan langsung karena ada gap antara kedua pihak. Dari sini semua pihak menunggu respon dari pengawal perundingan dan mediator Amerika.

Agaknya kemungkinan pertama lemah atau bahkan semi mustahil karena masing-masing memiliki orientasi yang berbeda. Bukan saja dalam masalah-masalah final namun juga terhadap perundingan tak langsung baik dari sisi formalitas dan temanya. Pemerintah Netanyahu ingin perundingan ini sebagai pintu masuk pintas menuju perundingan langsung dan menolak pembicaraan soal masalah-masalah final (Al-Quds perbatasan dan hak kembali pengungsi) kecuali harus dibahas langsung. Ia ngotot memulai perundingan dengan berangkat dari membuat kebijakan keamanan dan masalah air. Tujuan Netanyahu adalah menenggelamkan perundingan dan mengulurkannya dan memberikan kesan bahwa masalahnya bukan di Israel.

Di sisi lain Otoritas Palestina ingin berangkat dari masalah perbatasan yakni dengan menyepakati jaminan masalah Al-Quds dan penghentian permukiman yahudi ingin agar ada pengkondisian menuju perundingan langsung yang dibatasi oleh waktu. Israel dan otoritas Palestina sepakat perundingan jarak dekat. Israel ingin perundingan langsung tanpa syarat untuk mendapatkan legalitas di satu sisi dan sisi lain menutupi niatnya melakukan tindakan apapun di lapangan. Sementara Otoritas Palestina berkeras menghentikan perundingan dan pembekuannya secra penuh menolak penentuan jadwal lebih dari dua tahun.

Kedua pihak sepakat dalam hal ini untuk tidak membuat Amerika marah atau menyelisihinya. Pemerintah Obama sebelumnya sudah memberikan solusi tengah bagi Israel baik soal pembekuan total pemukiman dan janji resmi tertulis soal ini menunda masalah Al-Quds hingga akhir perundingan.

Di tengah data-data ini agaknya kesepakatan yang akan dicapai sangat sulit. Untuk keluar dari dilemma dan mengelak dari tanggungjawab dan melemparkan tanggungjawab kegagalan kepada pihak Palestina bisa jadi Israel mengusulkan gagasan negara Palestina dengan perbatasan sementara sesuai dengan kondisi sekarang dan mengusulkan perundingan dalam situasi lebih kondusif. Usulan ini didukung kuat oleh presiden Israel Simon Perez dan Menhan Ehud Barack termasuk Netanyahu. Namun agaknya Mahmud Abbas tidak menyetujui usulan ini karena percobaan perundingan panjang yang selalu tidak berujung mengenakkan bagi Palestina.

Jadi mustahil atau sulitnya pihak Palestina menyepakati berdirinya negara sementara akan berujung kepada kemungkinan kegagalan. Perundingan lanjutan secara langsung tidak akan terjadi. Dengan tidak adanya kemungkinan disepakati secara final melalui dialog langsun karena otoritas Palestina yakin tidak akan bisa solusi tengah dengan Netanyahu maka akan terjadi situasi kondusif yang memungkinkan intervensi Amerika atau Tim Kuartet sesuai dengan piagam Bil Clinton tahun 2000 yang mencakup pendirian negara Palestina dengan ibukota Jerusalem dengan perbatasan wilayah jajahan Juni 1967. Jika pemerintah Israel menolak rencana ini maka Otoritas Palestina akan ke DK PBB untuk mendapatkan pengakuan internasional soal negara mereka dan melakukan perjuangan di berbagai level untuk memaksa Israel tunduk kepada keputusan internasional.

Itulah sekenario paling dekat. Ini juga yang diprediksi oleh Ehud Barack dan Tsipi Livni. Maka Barack sudah membicarakan pentingnya mengubah pemerintah koalisi Israel sekarang yang mencakup gambaran masalah final dengan payung yang luas dan berusaha mencari solusi tengah. Ini hampir sama dengan kemungkinan hancurkan pemerintahan Israel di tengah tarikan dan tekanan luar dan dalam. Sehingga Israel akan segera menggelar pemilu dini untuk bisa meraih harapan atau bisa juga akan menggelar perang baru untuk memperkeruh masalah dan menggiring perundingan ke titik nol. (bn-bsyr)

Short Url:

Coppied