Wed 7-May-2025

Permainan Berakhir Nasib Palestina Masih Tak Jelas

Senin 23-Desember-2019

Husam Shakir

Pemerintah Amerikamenyatakan sikap mendukung kebijakan Israel membangun permukiman Yahudi di wilayahPalestina dan berusaha memperoleh legalitas internasional palsu. 50 tahunsetelah dikecam dunia internasional akibat kebijakan ini Menlu Amerika MikePompeo (18 November) menyatakan bahwa permukiman Israel tidak bertentangandengan undang-undang internasional.

Amerika &ndashsebagai promotor perdamaian &ndash menegaskan saat ini bahwa pihaknya berlepas dariberdirinya negara Palestina dan pihaknyamendukung penguasaan Israel untuk selamanya terhadap wilayah negara yangdijanjikan (Palestina ) yang sampai saat ini masih tercabik-cabik yang tidak memilikikemerdekaan dan kedaulatan.

Ini akhir menyedihkanbagi janji-janji proses perdamaian Timur Tengah dan berakhir pula teka-teki maknaKesepakatan Oslo dan habis pula proyek Tim Kuartet (Amerika Rusia Uni Eropadan PBB) yang membuat formula Peta Jalan Damai sampai berdiri negara Palestina yang layak hidup dengan aman dan damai dengan Israelsetelah Presiden Amerika George W. Bush soal arah ini di tahun 2002.

Namun realitanyasejak saat itu rute terbalik yang ditempuh penjajah Israel terus berlanjut. Permukimanyahudi yang ditempuh Israel dengan menyita tanah-tanah Palestina dan mencabik-cabik integrasi geografis antarakoloni-koloni pemukiman warga Palestina.

Setelah janjiberdirinya negara Palestina danmengabaikan syarat-syarat berdirinya dalam dunia nyata pemerintah Trumpmemastikan sikapnya dengan mengumumkan bahwa Jerusalem (Al-Quds) adalah ibukotaIsrael dan akan memindahkan kedutaan besar AS ke sana. Padahal presiden-presidenAS sebelumnya tidak pernah berani. Dengan langkah ini Washington ingin memutusjalan bagi nasib Al-Quds yang ditinggalkan proses perdamaian hingga perundinganStatus Final.

Amerika jugamengumumkan bahwa dataran tinggi Golan Suriah yang dijajah Israel juga. Kemudianstatemen Pompeo soal permukiman Yahudi yang menjadi pukulan bagi &ldquosolusi duanegara&rdquo yang jelas sebagai ilusi besar yang dipromosikan kepada Palestina selama seperempat abad.

Ini semuamenandakan bahwa Trump ingin menghapus Palestina dari peta. Harian La Monte Perancis (20November) menulis bahwa &ldquopermainan sudah berakhir&rdquo. Apa yang ditawarkan kepadarakyat Palestina saat ini adalah memilihantara berbagai model &ldquohidup berdampingan&rdquo selamanya di bawah penjajah denganberbagai nama baru dengan realita pemerintah otonomi terbatas misalnya. Untuk memberikankesan sudah pada tahap solusi akhir.

Harus diingatbahwa apa yang terwujud sampai saat ini sesuai dengan kesepakatan yang diteken antaratahun 1993-1994 adalah tahap transisi tidak lebih. Seharusnya lima tahunsetelah itu (1999) adalah perundingan tahap akhir. Nyatanya rakyat Palestina hanya melihat bendara Palestina di bawah penjajah badan-badan keamanan Palestinaditugasi melayani badan keamanan Israel dengannama koordinasi keamanan.

Situasi saatini sangat nyaman bagi Israel penjajah. Banyak beban-bebannya terbebas. Segala bentukIntifadah baru atau kerja perlawanan bisa dihadapi dengan berbagai jenis cara. Apalagipemerintah otoritas Palestina menyatakanbahwa perundingan sebagai satu-satunya pilihan.

Mereka yangmeneken kesepakatan dengan Israel sampai kini sepenuhnya masih memegangkeputusan resmi Palestina semisal Mahmod Abbas yang disebut arsitek kesepakatandan dialah yang menandatangani di Gedung Putih pada 13 September 1993. Ia sendirimenghindar dari tanggungjawab dari rakyatnya atas tidnakan ini. Abbas juga takutakan digelar pemilihan presiden sejak berakhir masa jabatannya pada Januari2009.

Israel menemukanelit Palestina yang lemah menjadi peluangemas untuk melanjutkan program &ldquomemaksakan status quo&rdquo setelah Yaser Arafatdihabisi dengan cara yang sangat misterius. Otoritas Palestina saat ini mengandalkan anggarannya kepadanegara donatur internasional dan agaknya tidak berdaya mencari alternative strategislain.

Harus diakuibahwa Eropa berperan mempromosikan ilusi bagi Palestina selama seperempat abad. Mereka selalumeyakinkan bahwa negara Palestina kedepan akan layak hidup. Namun Eropa yang menentang pendirian tembok Israel di wilayahnegara yang dijanjikan juga terus mengkritik permukiman Yahudi di Palestina dan penggusuran rumah-rumah Palestina justrutidak melakukan tekanan kepada Israel yang memiliki hubungan kerjasama dalamberbagai bidang dan lebel dengan Uni Eropa dan negara anggotanya.

Agaknya setelahseperempat abad hasilnya tanpak jelas Amerika menghianati janji prosesperdamaian dan mengaku bahwa tidak ada partner bagi Israel dalam prosesperundingan tak ada peluang proyek dua negara. Sementara arstitek kesepakatan masihsibuk dengan musuh internalnya di Palestina sendiri melupakan krisis utamanya.

Janji-janjibesar runtuh di depan mata dunia. Generasi-generasi Palestina yang murka selama seperempat abad tidakmelihat kecuali permainan menyesatkan besar-besaran untuk menipu dan mengelabuielit politik mereka dan mempermainkan isu mereka serta menggiring ke perangkap.(tir/Arabi21)

Short Url:

Coppied