Dr. Khalid Khalidi
Jika diperhatikan dalam sejarah Al-Quds selalu menjadi pusat pergolakan dan konflik antara kebenaran dan kebatilan. Pejuang kebenaran dan kebatilan silih berganti menguasainya. Al-Quds akan berada dalam pangkuan pejuang kebenaran (Al-Haq) selama mereka beriman kepada Allah komitmen dengan agama berjihad di jalan-Nya. Namun jika iman mereka melemah berpaling dari ajaran agama meninggalkan jihad maka Allah akan memberikan kekuasaan kepada pengekor kebatilan untuk mengalahkan mereka dan memaksa. Kekuasaan kebenaran tidak akan kembali kecuali jika sekelompok mukmin komitmen untuk berjihad. Namun jika mereka kembali berpaling Allah akan menguasakan kepada ahli kebatilan atas mereka.
Al-Quds berada di bawah kekuasaan pejuang al-haq di tahun 1900 SM. Saat itu diperintah oleh raja Yubusi Kan’an seorang raja adil dan jujur yang masuk Islam di tangan Nabi Ibrahim alaihissalam. “Dan ketika Tuhan menguji Ibrahim dengan beberapa kalimat maka ia menyempurnakannya.” (Al-Baqarah: 124)
Setelah wafat sang raja Al-Quds masih dalam kekuasaan pejuang Al-Haq sebab kepemimpinan masih di bawah anak-anak Ibrahim Ishak dan Ya’kub.
“Dan Kami menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) lshak dan Yaqub sebagai suatu anugerah. Dan masing-masing Kami jadikan orang yang saleh. Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan melaksanakan shalat menunaikan zakat dan hanya kepada Kami mereka menyembah.” (Al-Anbiya: 72)
” berdasarkan data kuat sejarah Ya’kub yang meninggalkan Al-Quds ke Mesir sekitar tahun 1700 SM tidak dibiarkan dikuasai oleh pejuang kebatilan bahkan diserahkan dan dikuasai oleh penguasa dari pengikutya.
Al-Quds berada di bawah kekuasaan pejuang al-haq sampai mereka menyimpang dari agama mereka. Maka Allah menguasakan kepada orang-orang kafir yang disebut Al-Quran dengan kaum penguasa otoriter atas kota suci itu. Ketika Allah menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya dari kejaran Firaun dan pasukannya sekitar tahun 1234 SM Allah memerintahkan kepadanya agar memerintah kepada kaumnya agar memasuki tanah suci yakni Al-Quds. Sebab tidak seharusnya pembela al-haq yang memiliki kekuasaan membiarkannya jatuh ke tangah pendukung kebatilan. Namun ketika mereka maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada musuh maka mereka tidak layak mendapatkan kemenangan atas ahli kebatilan. Maka Allah memberikan sanksi dengan terusir dan kehinaan dari Al-Quds ke wilayah Sinai selama 40 tahun. Akibat kekufuran Allah mengharamkan Al-Quds. Sebab keberhakan mereka atas Al-Quds bersyarat yakni taat kepada Allah dan nabinya yakni Musa. Generasi penakut dari kaum Nabi Musa itu kemudian punah.
Lahirlah generasi baru. Allah mengutus Yusa’ bin Nuun yang menyerukan kepada iman dan mendorong mereka berjihad. Namun sebagian mereka menolak ajakan jihad dan sebagian lagi memenuhi panggilan jihad itu. Allah kemudian memastikan bahwa yang membebaskan Allah hanyalah orang-orang bertakwa yang hatinya terpaut dengan akhirat dan mereka yang terpaut hatinya dengan dunia dijauhkan dari Al-Quds. Mereka yang mukmin itu jumlahnya sedikit itulah yang diberikan kesempatan Allah membebaskan Al-Quds sekitar tahun 1190 SM.
Tentang Nabi Yusa bin Nun dan usahanya membersihkan pasukannya dari segala macam penyimpangan Nabi Muhammad mengabarkan kepada kita dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Beliau bersabda “Seorang nabi dari para nabi Allah telah berperang dan mengatakan kepada kaumnya “Jangan mengikuti aku diantara kalian seorang laki laki yang ingin memiliki beberapa perempuan yang ingin ia nikahinya jangan pula mengikutiku seorang yang sedang membangun rumah-rumah dan belum dibangun atapnya atau seorang yang membeli kambing yang sedang menunggu anaknya lahir. Maka Nabi tersebut berperang dan ketika mendekati sebuah desa tibalah waktu shalat asar atau mendekati shalat asar. Maka dia berkata kepada matahari “Anda diperintahkan dan saya juga diperintah. Ya Allah tahanlah matahari itu atas kami.” Maka Allah menahan matahari sampai Allah memenangkan memberikan kemenangan kepadanya.
Al-Quds terus berada dalam kekuasaan kaum muslimin dari pengikut Nabi Yusa’ sampai 40 dekade. Setelah meninggal keluarlah generasi yang menyimpang yang hidup berfoya-foya dan takut berperang. Berlakulah kepada mereka sunatullah orang orang yang menyimpan. Allah memberikan kekuasaan kepada orang orang yang menghinakan mereka. Tanah air mereka dirampas dan ditimpakan siksaan yang pedih. Generasi yang berkuasa itu adalah Jalut dan pasukannya yang kemungkinan besar mereka dalam sejarah disebut dengan Asyuriun. Hal itu terjadi pada sekitar tahun 1150 SM.
Al-Quds masih tetap berada di tangan kekuasaan Jalut dan pasukannya sampai Allah mengembalikan kepada penduduk Al-Quds agama mereka dan mereka kembali bersih. Sekelompok orang orang mukmin rabbani yang merupakan pejuang kebenaran yang dipimpin oleh raja Thalut mengembalikan mereka untuk berjihad. Di antara pasukan dari Raja Thalut ini adalah seorang pasukan mukmin yang bernama Daud Alaihissalam. Hal itu terjadi pada tahun 1020 5 SM. Mereka itulah orang yang layak untuk membebaskan Al-Quds. Hanya orang-orang yang sholeh orang orang yang bertakwa orang orang yang jujur yang membebaskan Al-Quds. mereka membersihkan pasukannya dan generasinya dari orang-orang yang lemah iman.
Kemudian Thalut memberikan ujian kepada mereka dengan berbagai macam ujian agar mereka lulus untuk melepaskan Al-Quds. Maka Thalut hanya menemukan beberapa orang mukmin saja yang benar-benar tulus berjuang yang lulus dalam berbagai tahap pengujian dan seleksi.
Setelahnya Daud dan anaknya Nabi Sulaiman berhasil mendirikan Khilafah Islamiyah di Syam dengan ibu kota Al-Quds dan masa inilah dianggap sebagai era keemasan. Yang menunjukkan bahwasanya negara ini adalah negara Islam ada balasannya seluruh nabi adalah orang orang yang muslim. Ketika menyerukan kepada Ratu Balqis yang saat itu menguasai Saba Nabi Sulaiman menyerukan untuk mengikuti agama Islam dan mengirim kepadanya surat dengan isi surat Bismilillahhirrahmanirrahim ini berasal dari Sulaiman dan jangan engkau menyombongkan diri atasku dan datanglah kepadaku dalam keadaan Muslim.” Ketika Ratu Balqis memutuskan untuk masuk dalam agama Sulaiman mengatakan “Saya Islam bersama Sulaiman kepada Robb yang menguasai seluruh alam.”
Kekuasaan Daud dan Sulaiman berlangsung selama 80 tahun antara 920 SM – 1004 SM. Kemudian Bani Israil menyimpang dari akidah para nabi yaitu Islam. Krajaan Sulaiman terpecah menjadi tua yang dikenal salah satunya dengan kerajaan Israel sementara yang lain disebut dengan kerajaan Yehuda. Kedua negara ini mengalami kerusakan ideologi dan moral dan tersebar di sana. Penyimpangan kehidupan foya-foya yang menyebabkan kelemahan di bidang militer dan politik. Maka berlakulah bagi mereka sunatullah seperti halnya yang berlaku terhadap orang orang yang menyimpang sebelum mereka. Maka Allah menguasakan kerajaan Israel kepada kerajaan Asyuri Sarjon II. Maka kerajaan Israel dihabisi pada tahun 721 SM dan para penduduk mengungsi ke Kurdistan dan Persia. Al-Quds ini kemudian di tempati kelompok Armenia.
Kerajaan Yehuda dihancurkan oleh Allah subhanahu wa taala dan dikuasakan kepada Nabukhat Nasr pada tahun 586 SM. Sebanyak 40 ribu orang mereka ditawan di istana Babil. Allah mengutus sejumlah nabi kepada bani Israel yang menyimpang itu agar mereka kembali mendapat petunjuk dan kembali kepada Islam agama para nabi mereka dan agar mereka layak untuk menghuni tanah suci di Palestina. Akan tetapi mereka mendustakan dan memperlakukannya secara buruk bahkan membunuh sebagian besar para nabi itu. Maka mereka tetap bertahan dalam kehinaan dan penyembahan terhadap selain Allah.
Kemudian imperialisme Persia Qurs II berhasil menguasai Al-Quds setelah menghancurkan negara Babilonia tahun 539 SM dan mengembalikan sebagiannya kepada orang-orang Yahudi mengembalikan sebagian orang yahudi sebagai balasan telah membantu melawan kelompok atau bangsa Babilonia. Akan tetapi mereka tetap hidup di bawah kekuasaan Persia dengan cara yang hina.
Kemudian Al-Quds dijajah kembali oleh Iskandar Maqduni tahun 332 SM masehi. Yahudi tunduk di bawah kekuasaan bangsa Yunani. Mereka terpecah pecah dalam kelompok yang banyak karena mereka berusaha merebut simpati pemimpin-pemimpin.
Kemudian pada tahun tahun 37 SM masehi Al-Quds jatuh dalam kekuasaan Romawi. Atas provokasi yahudi mereka membunuh Nabi Yahya dan ayahnya Nabi Zakaria. Orang Yahudi menuduh Maryam anak perempuan Imron melakukan perzinahan dan mereka ingin membunuh Nabi Isa dan mereka mengira bahwa saya sudah berhasil membunuhnya akan tetapi Allah menyelamatkannya dan mengangkatnya kepadanya.
Al-Quds tetap berada di dalam genggaman penjajahan Romawi sampai Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan masjid Al-Aqsha dijadikannya sebagai kiblat yang pertama. Rasulullah diisrakan ke sana dan dijadikan aku sebagai titik tolak Miraj Rasulullah ke langit untuk menerima perintah shalat. Maka disinilah kita mengetahui keutamaan dan kedudukan Al-Quds.
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan kabar gembira kepada warga Al-Quds Palestina mereka akan berhasil menaklukkan nya kembali merebut kembali dari orang Romawi. Rasulullah menghasung mereka untuk berjihad agar membebaskan Al-Quds. Beliau menyiapkan pasukan bala tentara Usamah bin Zaid ke pinggiran wilayah-wilayah Syam. Beliau memberikan wasiat agar membela pasukan Usamah bin Zaid sebelum. Maka para shahabat menjaga wasiat itu. Beberapa bulan kemudian setelah wafatnya Rasulullah pasukan Usamah bin Zaid berhasil menaklukkan Syam dan kemudian Allah memberikan kemudahan kepada mereka dalam kepada Umar bin Khattab sehingga bangsa Romawi menyerahkan kunci-kunci Al-Quds itu kepada Umar bin Khattab di tahun 16 H atau pada tahun 637 M.
Demikianlah Al-Quds kembali kepada genggaman para pejuang kebenaran Al-Haq dengan para pemimpin dan pasukan yang terbina dalam sekolah kenabian yang senantiasa komitmen dengan keimanan dan jihad. (bsyr)