Dr. Ibrahim Hammami
Peristiwa pilu dan sangat disayangkan terjadi di kota Rafah selatan Jalur Gaza karena pemuda-pemuda yang hilang dan (potensinya) dihilangkan. Padahal energy mereka seharusnya dimanfaatkan untuk arah yang benar dan positif. Semua orang mulia pasti tidak menginginkan itu tejadi dimana darah Palestina harus ditumpahkan di Rafah atau di wilayah Palestina lainnya. Namun kejadian itu bukanlah lahir secara spontan. Kejadian itu bukan buatan dan ciptaan orang yang mendeklarasikan berdirinya Emirat atau Khilafah yang mendeklarasikan diri menantang pemerintah dan akhirnya ia terbunuh. Namun peristiwa itu dirancang dalam semalam.
Banyak kesaksian yang perlu direnungkan untuk memahami kejadian di Rafah. Kenapa? Bagaiman? Untuk kepentingan siapa? Kapan? Dimana? Berikut sejumlah hasil investigasi media massa terkait kejadian di Rafah deklarasi emirat Islam oleh kelompok Jundu Ansharullah.
Rentetan Sejarah
Rakyat Palestina khususnya di Jalur Gaza mayoritas Muslim Sunni yang terbentengi dari pemikiran dan aliran lain. Banyak pihak yang memberikan gambaran sebaliknya. Namun kita tidak menyerang pemikiran dan aliran lain betapapun perbedaannya.
– Setalah upaya Muhammad Dahlan gagal dalam mengkudeta pemerintah Hamas di Jalur Gaza – padahal itu didukung Abbas dan Amerika serta Israel atau dikenal dengan rencana Dayton dimana laporan lengkapnya di lansir di harian Vaniti Fair Amerika dan tidak ditampik oleh tim investigasi Abbas pimpinan Taeb Abdur Rahem – upaya model baru ditempuh untuk mengguncang keamanan dan stabilitas Jalur Gaza. Dari shalat di tanah terbuka (tidak mau shalat di masjid) mogok kerja upaya peledakan memprovokasi marga tertentu membuat kerusuhan di pentas seni dan lain-lain.
– Di antara sekian upaya itu adalah ngototnya mereka mengklaim bahwa Al-Qaidah masuk dan sudah ada di Gaza dalam rangka memprofokasi Jalur Gaza dan pemerintahnya dan menggiring warga dunia untuk memusuhi Jalur Gaza. Ini pernah ditegaskan oleh Abbas pada 27 Februari 2008 kepada harian El-Hayat London namun tanpa bukti apapun. “Saya yakin Al-Qaidah ada di Palestina tepatnya di Gaza dan yang membawanya adalah gerakan Hamas. Keduanya bersekongkol” tegas Abbas saat itu.
– Statemen Abbas ini disampaikan sehari setelah elit Israel mengeluarkan statemen serupa. Misalnya dari ketua bidang intelijen militer Israel Amos Yadlen ketika bertemu dengan Komisi Internasional dan Keamanan di parlemen Knesset. Ia menegaskan bahwa “unsure-unsur Al-Qaidah menyusup ke Jalur Gaza setelah tembok pembatas di perbatasan Jalur Gaza – Mesir rubuh.
Upaya-upaya Israel
– Mantan PM Israel Ariel Sharon pernah mengumumkan di koferensi persnya Desember 2002 bahwa Tandlim Al-Qaidah mengkader orang-orang Palestina dan membentuk sel-sel di Gaza untuk menyerang Israel.
– Elit Otoritas Palestina pada waktu menolak pernyataan Israel total dan dinilai sebagai upaya Israel secara terbuka menjelekkan citran rakyat Palestina. Yaser Arafat merespon statemen Sharon dalam jumpa persnya di tempat tinggalnya di Ramallah Tepi Barat dengan menyebut tudingan adanya Al-Qaidah di Palestina adalah “kebohongan sangat besar Israel untuk menutupi kejahatan mereka terhadap rakyat Palestina”. Bahkan Menteri Informasi Yaser Abduh Rabbih yang dikenal sangat memusuhi Hamas mengatakan “Ada agen-agen Israel mengeluarkan intruksi dari Mossad untuk membentuk sel-sel atas nama Al-Qaidah di Jalur Gaza untuk sebagai alasan untuk menyerang Jalur Gaza dan operasi militer pasukan Israel di sana.”
– Sementara menteri pemerintahan dalam negeri Palestina Shaib Areqat menegaskan bahwa Sharon berusaha mengaitkan perlawanan Palestina dengan Tandzim Al-Qaidah sebagai permulaan untuk menyerang Gaza dan menjajahnya kembali secara utuh serta berusaha mencari alasan agar pasukan internasional turun di sana.
– Sementara pejabat hubngan internasional di Otoritas Palestina Dr. Nabel Syats menegaskan bahwa semua diplomat dan konsulat asing menyampaikan kepadanya bahwa Israel berusaha merekrut warga Palestina dan membentuk organisasi atas nama Al-Qaidah.
– Syats menambahkan dalam siaran persnya bahwa Tandzim Al-Qaidah sudah menjadi gaung jaman modern dan setiap tudingan keterkaitan dengan kelompok akan ditimpakan kerugian. Karenanya Israel berusaha sejak awal mengaitkan antara perjuangan perlawanan Palestina yang legal melawan Israel dengan serangan 11 September 2001 yang dikecam dunia internasional.
– Mantan Kepala Badan Intelijen Preventif di Jalur Gaza Rasyid Abu Syabak pernah mengatakan dalam sebuah jumpa pers Desember 2002 menjawab tudingan Sharon soal ini bahwa selama sembilan bulan belakangan kami dirugikan dalam beberapa kasus agen Israel yang merekrut warga Palestina di Jalur Gaza untuk membuat jamaah Tandzim Al-Qaidah.
– Abu Syabak mengungkap adanya delapan kasus warga Palestina yang dikontak dengan komandan intelijen Israel yang mengesankan seakan mereka (warga Palestina) adalah bagian dari Tandzim Al-Qaidah. Abu Syabak menampik adanya anggota Al-Qaidah di wilayah Palestina.
Tudingan Semakin Bertambah Setelah Gaza Dikuasi oleh Hamas
– Majalah Midle East Line mengungkap dalam investigasinya Juni 2007 bahwa Mesir tidak mempedulikan gelagat Hamas menguasai Jalur Gaza secara keseluruhan setelah badan keamanan Mesir yakin bahwa Muhamad Dahlan terlibat dalam kegiatan yang merugikan keamanan nasional Mesir terutama di Sinai. Investigasi majalah yang konsen dengan masalah persenjataan dan pertahanan strategi menyebutkan bahwa aparat intelijen barat memantau perkembangan tindakan intel Mesir terhadap prilaku badan keamanan di bawah kendali Dahlan.
– Menurut investigasi majalah Mesir yakin bahwa jika Hamas menguasai Jalur Gaza maka justru akan membantu menghentikan atau mengurangi penyusupan ke gurun Sinai untuk melakukan aksi “terorisme” yang mentargetkan kepentingan Mesir di sana.
– Sejumlah sumber menegaskan bahwa kepala biro politik Hamas Khalid Misyal beberapa pecan lalu membahas dengan pihak keamanan Mesir soal strategi ancaman yang diterapkan Fatah terhadap keamanan nasional Mesir dan Hamas akan menghentikan Dahlan.
Investigasi mengisyaratkan bahwa kepala intelijen Mesir Umar Sulaiman menegaskan bahwa Dahlan dan sejumlah sekutuhnya terlibat dalam pekerjaan dan kerjasama dengan Tandzlim Al-Qaidah dan Fatah akan memberikan kemudahan kepada unsure Al-Qaidah untuk menyusup Jalur Gaza melalui Sinai untuk menyerang razim Mubarak.
Terkait informasi ini Sulaiman memanggil Dahlan mengkonfirmasi masalah ini. Pertemuan itu dikabarkan sangat menegangkan. Dahlan sendiri tidak mampu menampik tudingan ini.
– Harian Al-Quds Al-Arabi edisi 4 Agustus 2007 menyatakan bahwa TV 2 Israel menayangkan dalam redaksi sorenya Jumat sebuah film documenter pendek yang diyakini sebagai gambar latihan Tandzim Al-Qaidah di Jalur Gaza. TV 2 menegaskan bahwa Jamaah Al-Qaidah di Jalur Gaza mulai melakukan latihan militer terang-terangan beberapa hari ini.
– Harian menambahkan bahwa personel Al-Qaidah datang ke Jalur Gaza melalui Sinai dan tinggal di Rafah dan kota Khan Yunis. Mereka – kata TV 2 – berafiliasi kepada kelompok Salafi Ekstrim. TV menambahkan bahwa pemerintah Mesir mengungkapkan keresehannya atas perkembangan anggota Al-Qaidah ini karena bisa melalukan aksi terror di wilayah Mesir akibat kudeta keamanan di perbatasan Palestina – Mesir.
– Peneliti Israel soal gerakan Islam dalam wawancara dengan kantor berita Reuters edisi 9 September 2007 menegaskan bahwa Tandzim Al-Qaidah mulai menggunakan marga-marga di Palestina yang berpengaruh untuk mengukuhkan eksistensinya di Jalur Gaza dan akan terus menggunakan cara seperti ini.
– Kepala Proyek Penelitian soal gerakan Islam Roven Baz dalam konferensi bertajuk “pengaruh mondial terorisme” yang digelar oleh Lembaga Internasional Anti Terorisme di Hertezelia dekat Tel Aviv memberikan contoh marga Dagmas yang terkenal salah satu orang darinya yang dipanggil Mumtaz memimpin Jaisyul Islam. Marga ini menculik wartawan Inggris Alan Jonson dan ditahan selama 114 hari dan turut pula menculik serdadu Israel Gilad Shalit pada Juni 2006. Baz menegaskan bahwa dirinya wawancara dengan Dagmas dan mengaku setuju dengan strategi Al-Qaidah dan berniat menyerang Israel serta mengakui Usamah bin Laden sebagai symbol. Seperti diketahui bahwa Mumtaz memiliki hubungan erat dengan Dahlan.
– Situs Aljazeera.net editi 16 Agustus menurunkan laporan dengan judul “Orang Dekat Dahlan Dicurigai Danai Jundullah”. Sumber dipercaya Palestina menyebutkan bahwa jamaah ini menerima dana dari intel negara-negara Arab dan orang dekat Dahlan.
– Investigasi lain menyebutkan bahwa Abdul Lathif Musa pimpinan “Jundu Ansharullah” adalah dokter yang menerima gaji dari Ramallah sebagai dokter. Sejumlah personel jamaah ini adalah pernah menjadi aparat keamanan di Badan Keamanan Otoritas Palestina dan masih memiliki kaitan erat dengan pimpinannya yang lari ke Tepi Barat pasca peristiwa musim panas 2007 (keputusan Hamas menguasai Jalur Gaza). Ini yang aneh kenapa mereka mengkafirkan pemerintah Hamas dan tidak menyenggol pemerintah di Ramallah sumber gaji mereka.
Kenapa Ngotot Ada Al-Qaidah di Jalur Gaza?
Investigasi dari sejumlah media di atas memancing pertanyaan apa tujuan hakiki Otoritas Palestina Ramallah menduning ada Al-Qaidah di Jalur Gaza. Kengototan ini tanpak sangat jelas dari pernyataan yang keluar dari faksi-faksi PLO komite Pusatnya ketika pasca kejadian di Rafah. Dua hari sebelum deklarasi “Emirat Islam di Sekitar Baitul Maqdis” pejabat-pejabat Fatah kepada media dan di pidatonya sama persis dengan statemen Netanyahu.
Ini menegaskan sejumlah target dan tujuan mereka:
– Menggring masyarakat internasional kepada opini bahwa Al-Qaidah – jika ada di Jalur Gaza – maka harus diberantas.
– Menambah kegelisahan pemerintah Mesir agar Gaza menjadi ancaman keamanan nasional mereka dari dua sisi Ikhwan dan Al-Qaidah.
– Rafah dipilih sebagai tempat agar bisa memisahkan dari semua wilayah Jalur Gaza sehingga Hamas kehilangan jalur akses dana utama dari terowongan dan kemudian jalur akses akan dialihkan ke Betlehem seperti keinginan Fatah.
– Kelompok ini bisa digerakkan untuk meledakkan atau membunuh elit Hamas dan pemerintah Haniyya di Jalur Gaza. Apalagi setelah Jundu Ansharullah marah dan melakukan aksi balasan pasca peristiwa Rafah. Dalam banyak pernyataan atas nama mereka di internet bahwa mereka akan melakukan aksi balasan.
– Memberikan kesan bahwa Hamas menurun popularitasnya karena digambarkan seakan kelompok ini sempalan Hamas yang kecewa dengan banyak nama Jaisyul Islam Jaisyul Ummat dan Jaljat dan lain-lain.
– Memberikan keraguan bahwa pemerintah Hamas gagal mengendalikan keamanan. Mengaitkan apa yang mereka sebut “islamisasi masyarakat Palestina” dengan fenomena ekstrimis.
– Melibatkan pemerintah Palestina di Gaza dengan pertempuran berdarah dengan orang yang berbeda pendapat dengannya baik dengan kelompok Islam atau lainnya. Mereka ingin menggambarkan bahwa Hamas seakan ingin menyingkirkan semua pihak selain mereka melalui tindakan represif pembunuhan dan kekerasan.
Sudah jelas bahwa Jalur Gaza dan pimpinannya di sana menjadi target sehingga perlu diwaspadai terjadinya peristiwa kekerasan. Jadi kejadian di Rafah bukan spontn namun bagian dari rentetan panjang yang ingin mengembalikan Gaza dengan segala cara kepada Otoritas Palestina pimpinan Mahmod Abbas dan Fatah. (bn-bsyr)