Sun 11-May-2025

Pengakuan Negara Palestina dan Pilihan Alternatif

Kamis 20-Januari-2011

Ali Badwan

Pengakuan dari sejumlah negara terhadap negara Palestina terakhir dari Chili adalah langkah maju menuju terwujudkan proyek nasional Palestina. Capaian itu bukan hasil kerja politik di kawasan tapi karena perjuangan nasional bangsa Palestina secara umum. Juga karena inisiatif dunia menolak penjajahan Israel dan legitimasi oleh Amerika terhadap proyek pemukiman yahudisasi di Palestina. Sebabagaimana itu merupakan reaksi langsung atas politik jahat Israel dan ketidakberdayaan AS dalam menekan Israel.

Pengakuan dunia itu secara praktis terjadi sesaat setelah deklarasi Aljazair dari Majlis Nasional Palestina dalam pertemuan rutinnya ke 18 pada 15 November 1989. Ketika itu sebagian besar negara dunia mengakui deklarasi Palestina saat itu dari Yaser Arafat. Kebanyakan negara yang mengakui adalah negara-negara Amerika Latin dari Kuba hingga Chili dan Argentina. Selain karena deklarasi itu dukungan juga dipengaruhi oleh bangkitnya perlawanan nasional Palestina dengan naiknya Intifadhah Palestina I.

Pasca deklrasi itu lebih dari 100 negara dunia mengakui kemerdekaan Palestina. Meski deklarasi itu diikuti pembukaan kedutaan besar Palestina di negara-negara yang mengakui namun pengakuan hitam putih. Sebab visi strategi Palestina menjadi hilang karena Palestina secara resmi memilih pilihan baru karena tekanan dan dikte perkembangan peristiwa pasca perang telik II dan jatuhnya posisi Arab sehingga Palestina dan Arab harus pergi ke Konferensi Madrid.

Deklarasi Aljazair saat itu disambut oleh Majlis Umum PBB dengan suara dukungan. 108 negara mengakui negara Palestina. seharusnya pengakuan ini dimanfaatkan untuk mengukuhkan negara Palestina sebab perjanjian Montebvideo tahun 1933 seperti kata pakar hukum internasional dimana pengakuan negara-negara kepada negara lain tanpa syarat apapun dan tidak bisa ditarik. Sayangnya kesepakatan Oslo berikutnya telah melalaikan semua pengakuan ini. Bahkan Oslo pun tak mengisyaratkan apa-apa soal hak Palestina menentukan nasib dan hanya menunda tema-tema penting seperti perbatasan penghentian pemukiman pengungsi dengan cara yang tidak jelas.

Pengakuan dunia terhadap Palestina saat ini harus diarahkan kepada realitas dengan membangun entitas nasional Palestina secara penuh di tanah Palestina dengan merdeka dan bebas. Ini membutuhkan politik baru berbeda dengan politik sebelumnya.

Sayangnya saat ini pengakuan itu tidak diikuti dengan gerakan diplomasi politik dan media Palestina yang aktif yang bisa mentransisi dari jalan perundingan sia-sia saat ini kepada harapan lebih cerah. Lebih penting dari itu adalah membuat bargaining kekuatan di tangan Palestina.

Pengakuan itu akan berarti bila dilanjutkan kepada langkah dan rencana Palestina yang jauh dari perundingan engan Israel. Sehingga para pemimpin harus menegaskan secara resmi pasca pengakuan itu bahwa perundingan dengan Israel sudah gagal sehingga harus beralih kepada langkah serius membangun Palestina. Jika tidak maka pengakuan itu hanya menjadi legitimasi terhadap sikap Israel yang terus menunda-nunda komitmennya dalam perundingan. (bsyr)

* Kolumnis Palestina

Short Url:

Coppied