Tue 6-May-2025

Palestina dan Faktor-faktor Pengaruh Arab

Kamis 22-September-2016

Beberapahari lalu kita mengenang peringatan 34 tahun pembantaian Sabra dan Shatila.Penulis terkenang dengan pemandangan seorang perempuan di atas tumpukan jasadmayat-mayat sementara hawa kematian dan kehancuran di tempat tersebut begitumengerihkan. Perempuan itu berteriak &ldquoDimana bangsa Arab?&rdquo

Iaberusaha merangkum situasi perasaan keterikatan persoalan Palestina dengankondisi Arab yang menjadi target konflik berdarah konspirasi penjajahan jugakisah tentang kepahlawanan harapan kesyahidan mereka dan seluruh sejarahbangsa Arab.

Pemandanganberulang di Intifadhah Al-Aqsha ketika para tawanan Palestina di salah satukamp pengungsi di Tepi Barat seorang laki-laki mencela Arab di depan sebagianchanel televise mereka. Mau atau tidak Arab bertanggungjawab bukan hal kecil.

Dengansituasi yang menggeleyuti bangsa Arab sepanjang sejarah menjadi factor pengaruhtama dalam persoalan Palestina meski belakangan negara yang berpengaruhterfokus kepada Iran dan Turki. Namun factor Arab masih menjadi penentu palingutama terhadap kondisi Palestina dan cara menyelesaika konflik.

(1)&nbsp&nbsp&nbspAkhir Kesultanan AwalPersoalan

PersoalanPalestina mulai muncul pada fase kelemahan dan rapuhnya secara cepat kesultananOtoman dan bangkitnya nasionalisme di Eropa yang mengalami kemajuan disampingsisi militer dan rencana imperialisme yang dimanfaatkan lahirnya gagasanzionisme dimana Yahudi di Eropa saat itu memiliki posisi strategis.

Saatitu bangsa Palestina memang tidak memiliki naungan nasionalisme di kawasan dantidak memiliki identitas nasionalisme independen. Dan ini juga berlaku baginegeri-negeri Arab dan seluruh negeri yang berada di bawah Dinasti Otomanselama berabad-abad. Sebab Palestina berada di bawah kekuasaan Otoman selamabeberapa abad yang memiliki negara kuat selama 600 tahun. Apalagi memang tidakada gagasan pemisahan nasionalisme kebangsaan dalam makna politik dan budayasaat itu. Usaha satu-satunya di jaman Otoman untuk memiliki keistimewaan danciri khas politik militer dan ekonomi dilakukan Syekh Dhahir Umar Zaidani diabad 18.

(2)&nbsp&nbsp&nbspImperialisme Bentuk Lain

Pasca perangdunia I (1914-1918) dinasti Otoman tidak lagi memiliki wilayah kekuasan dikawasan Arab selain Irak negeri Syam dan semenanjung Arab. Akibat perang duniaI in kawasan Arab masuk dalam colonial Inggris dan Perancis.

Namun Palestinasaat itu memiliki situasi tersendiri dan berbeda dalam rencana imperialisme. AdaDeklarasi Balfour dan kemudian pemerintah (penjajah) mandataris Inggris di Palestina.Ini berarti militer Inggris di Palestina memberikan peluang kepada Yahudi untukmembangun pemukima di Palestina dengan mengorbanan Palestina secara geografisdan sejarah. Ini yang berbeda dengan negeri Arab lainya yang menjadi jajahandari Inggris atau Perancis atau Italia atau Spanyol.

(3)&nbsp&nbsp&nbspJaman Negara-negara Arab

Perlawananrakyat yang keras ditambah factor internal negara-negara penjajah akhirnyanegeri-negeri Arab satu persatu merdeka. Pasukan penjajah hengkang dari wilayahArab. Identitas politik yang didasarkan kepada nasionalisme negeri yangterbatas secara geografis pun mengalami pematangan (kristalisasi) meskimengibarkan slogan nasionalisme Arab bahkan keutaman terkadang. Negara-negaraArab baru pun mendirikan pemerintah-pemerintahan yang komitmen menjagaperbatasan geografis usai fase invasi kolonialisme. Secara perlahan punidentitas nasionalisme terbatas pun menguat.

Sementaraitu bangsa Palestina masih belum mampu mengkristalkan entitas politik yangmengekspresikan kepalestinaan mereka sebabpasukan invator belum hengkang dari Palestinasebab bangsa Palestina dari pimpinan hingga publiknya tidak melihat persoalan Palestinadan konspirasi atas eksistensinya terpisah dari negara-negara Arab dan islamilainnya. Sikap ini 100% murni dari sisi teoritis. Terutama para mujahidin yangdatang dari luar Palestina mereka berhamburan membela Palestina dan rakyatnyabahkan rela menumpahkan darah mereka. Juga karena gagasan mendirikan entitasasing (zionis) di kawasan akan mentarget negeri-negeri Arab lainnya.

Aliran-aliranpolitik yang tumbuh di Palestina semuanya masih terarah dalam satu poros inginmenyelamatkan Palestina seluruhnya atau sebagian yang bisa diselamatkan. Namun merekasemua masih terikat dengan negeri-negeri Arab. Karena itu bangsa Palestina sebagianbesarnya atau seluruhnya kecewa ketika menemukan sebagian besar negara-negaraArab secara resmi tidak memberikan pengaruhnya untuk memperjuangkan Palestina. (at/pip)

Short Url:

Coppied

Lebih banyak dari: Sari Samur