Patric Cell
Kunjungan Bush terakhir ke Timur Tengah adalah peluang mahal bahkan mungkin peluang terakhir untuk menyelamatkan air muka negaranya dengan mewujudkan perdamaian dan stabilitas keamanan di kawasan tersebut.
Namun Bush menyia-nyiakan peluang itu. Dengan arogansi tidak logis. Tapi itulah ciri khas pemerintahan Amerika. Di Teluk pidato Bush menyerang Iran. Bukan berusaha meminimalisir ketegangan. Tapi Bush memperuncingnya. Di Israel dan wilayah jajahan Palestina pidato Bush penuh dengan ketidakjelasan dan ketidakjelasan padahal seharusnya pidatonya jelas dan kuat. Bush gagal sudah dalam menggulirkan roda perdamaian Palestina – Israel.
Amerika Serikat sangat sempoyongan dalam mengatasi soal Timur Tengah dan konflik yang ada. AS menghadapi ancaman dan kebencian yang tidak pernah ada sebelumnya. Kesalahan AS yang tak terampuni yang dikecam oleh dunia adalah tindakannya melakukan invasi atas nama perang terhadap terorisme dan keberpihakannya terhadap sekutunya Israel. Sebenarnya jika AS berhasil memberikan solusi tokcer di Timteng perlawanan terhadap negara paman Sam di dunia bisa diredam. Konflik-konflik yang ini sebenarnya adalah merupakan konflik politik yang tidak cukup diselesaikan dengan sarana militer saja. Pemecahan solusi politik memiliki urgensi nasional bagi AS sendiri dan bagi korban politiknya.
Bisa diasumsinyakan bahwa kunjungan Bush sepekan di Timteng tidak untuk memberikan gagasan rinci soal solusi terhadap konflik ini. Padahal Bush memiliki bargaining melakukan itu.
Di Teluk Bush memiliki peluang mengubah peta masalah yang ada. Sebenarnya ia mampu mengusulkan politik komitmen dan dialog dengan Iran tanpa merevisi sikap pembelaan Amerika. Prakarsa semacam ini akan mendapatkan sambutan baik dari negara-negara Timteng dan bisa mencairkan kebekuan dan ketegangan di sana.
Seharusnya AS juga bersikap sejalan dengan laporan terakhir CIA yang mengatakan bahwa Iran sudah menghentikan program nuklir militernya di tahun 2003. Juga seharusnya bersikap mendukung upaya Muhammad Al-Bardai ketua Badan Nuklir Dunia yang akan mengungkap aktifitas nuklir Iran.
Alih-alih mendukung itu semua AS justru mengatakan “Iran adalah pelindung terorisme dunia dan kerjanya mengancam keamanan negara-negara di pelosok penjuru”.
Tidak ada orang waras mendukung uncapan ini terutama di Teluk. Kampanye ini justru akan berimbas negatif kepada AS sendiri. Warga Timteng menilai AS kekanak-kekanakan dan pendedam di Teluk. AS lah yang menghancurkan Irak dengan memicu kebencian antar kelompok Sunni dan Syiah.
Negara-negara Teluk hanya ingin hidup damai dengan Iran dan melakukan kerjasama perdagangan seperti yang dilakukan bertahun-tahun. Banyak keluarga perdagangan penting di Teluk dari Iran. Setengah juta orang Iran hidup di Dubai. Ada 25 penerbangan setiap hari antara Dubai dan Iran. Perjanjian perdagangan sangat besar antara Dubai dan Abu Dabi di satu sisi dan dengan Iran di sisi lain.
Karenanya upaya Bush menekan negara-negara teluk agar memutus hubungan dagang dan investasi dengan Iran tidak akan disambut dan tidak ada hubungan dengan realitas. Misi ini tidak diinginkan oleh negara Teluk untuk didengar.
Komisi Kerjasama Teluk menyerukan presiden Iran Mahmod Ahmadi Nejad agar melakukan pertemuan bulan Desember lalu kemudian kerajaan Arab Saudi mengundangnya untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.
Bush menghapus harapan di Israel dan wilayah Palestina sebagaimana di Teluk. Semua pihak menyadari bahwa Israel dan Palestina tidak akan berdamai selamanya kalau keputusan hanya untuk mereka berdua. Penyebabnya sederhana. Israel adalah pihak lebih kuat yang tidak butuh perdamaian namun butuh tambahan wilayah di Palestina.
Kekuasaan Israel di tanah-tanah Tepi Barat agaknya tidak ada tanda-tanda yang akan menyulut kemarahan. Bahkan sikap Israel ini akan mengancam hubungan AS – Arab dan Umat Islam. Dan tentu negara Palestina yang layak terancam diaborsi. Padahal pendirian negara ini adalah jaminan satu-stunya bagi keamanan Israel jangka panjang.
Padahal hanya AS yang bisa menghentikan tindakan Israel ini. Hanya Bush yang bisa mengatakan kepada Israel”Cukup dengan perbatasan jajahan tahun 1967 bagi Al-Quds dengan Palestina hentikan aktifitas permukiman berdamailah untuk gencatan senjata jangka panjang dengan Hamas dan Hizbullah dengan pertukaran tahanan yang paling penting adalah ajukan perdamaian dan hubungan normal dengan dunia Arab dengan cara menarik diri dari wilayah jajahan 1967.
Kalau Bush memiliki keberanian cukup untuk mengatakan ini maka citra AS akan berubah. Pasti ia akan meraih nobel.
Orang harus memahami bahwa AS tidak mungkin menentukan bentuk masa depan negara Palestina.
Di tengah kondisi seperti ini Israel terus membantai rakyat Palestina tanpa ada kecaman dari Washington. Di tahun 2007 Israel membantai 373 warga Palestina 53 di antara mereka bocah kecil 131 warga sipil yang tidak memiliki kaitan dengan konflik. Di tahun yang sama Palestina hanya membunuh 13 warga Israel enam di antaranya adalah militer dan 7 warga sipil. Dan angka ini keluar dari Organisasi HAM Israel Betselem yang tahun sebelumnya Israel membantai rakyat Palestina mendekati 675 warga.
Sementara Jalur Gaza masih dalam cengkraman blokade dan kelaparan. Tak seorang pun bisa masuk atau keluar dari wilayah ini. Di Tepi Barat 459 titik wilayah menjadi pos pemeriksaan 102 pos milik militer. Kondisi di setiap pos pemeriksaan sangat ketat dan tidak manusiawi. Sementara jalan-jalan sepanjang 300 Km diblokade Israel dan hanya diperkenankan untuk dilalui oleh warga Israel. Warga Israel di Tepi Barat dan Al-Quds timur kini berjumlah 450 ribu. Sampai kapan dengan kondisi seperti ini???
*Kolumnis Inggris khusus masalah Timur Tengah