Wed 7-May-2025

Operasi Syahid Al-Quds dan Mukjizat Kesinambunan Perlawanan

Minggu 9-Maret-2008

Yaser Zaaterah

Ad-Dostor Jordania

Sejak operasi “pagar pengaman” Israel Juni 2002 yang kemudian disambut dengan perang kamp Jenin kelompok perlawanan mengalami berbagai tindakan represif pengusiran sehingga menelan ratusan nyawa syuhada dan ribuan lainnya ditahan.

Operasi sejenis Israel tidak pernah kenal berhenti dan jeda. Buktinya serentetan aksi invasi penangkapan dan pembunuhan serta perusakan. Yang lebih buruk dimensi baru Otoritas Palestina ngotot ingin menerapkan pasal pertama dari Peta Jalan Damai yang isinya menghentikan terorisme dengan segala bentuknya.

Dalam kontek ini OP tidak main-main dalam menerapkan pasal itu. Bahkan mereka memperoleh sertifikat berkelakuan baik dari aparat keamanan Israel yang tidak pernah mereka peroleh di masa Oslo. Sebab sebagian kelompok perlawanan percaya dan menyerahkan senjata mereka. Sementara mereka menudin senjata yang dimiliki oleh gerakan Hamas adalah untuk kudeta terhadap pemerintahan yang sah dan bukan untuk melawan penjajah Israel.

Jadilah pejuang perlawanan Palestina berada di antara palu godam penjajah dan taring-taring aparat keamanan. Selama 9 bulan terakhir sejak Hamas memegang kendali Jalur Gaza situasi diwarnai oleh banyaknnya aksi invasi dan penangkapan.

Represif Israel ini semakin menjadi karena peluang yang diberikan oleh tim Oslo untuk melakukan tindakan pelarangan terhadap warga untuk keluar dan melakukan aktifitas. Dengan bebas Israel membunuh menangkap dan menggeledah tanpa ada kerugian di pihak Israel sedikitpun. Sebab mereka menggunakan warga sipil Palestina sebagai tameng dalam menghadapi pejuang perlawanan Palestina. Di tengah operasi ini Israel mendirikan tembok pengaman di sekeliling Tepi Barat. Kinerja perlawanan Palestina akhirnya melemah. Ditambah gugurnya korban syahid dan tertangkap dalam jumlah besar. Hanya saja rakyat Palestina masih memiliki keimanan yang dibanggakan. Operasi perlawanan bersenjata masih berlanjut tanpa ada putus asa dan kebosanan.

Belakangan ini unsur perlawanan Palestina tercatat melakukan operasi penting dan efektif. Yang kita maksud di sini adalah operasi yang digelar dari Tepi Barat dan bukan dari Jalur Gaza yang memiliki sejumlah keistimewaan. Misalnya operasi serangan perlawanan di Hebron beberapa pekan lalu. Disusul operasi syahid di Dimona yang menelan kerugian nyawa dalam jumlah lumayan di barisan penjajah Israel. Kemudian dilanjutkan dengan operasi di Al-Quds yang menyerang sekolah agama Yahudi. Operasi serangan yang dilancarkan oleh mereka yang menolak komitmen dengan gencatan senjata gratis ini mampu membuat gentar Israel. Operasi ini sebagai bentuk penolakan terhadap tindakan spekulasi sia-sia melalui perundingan dengan Israel. Sebab perundingan itu hanya akan memberikan kepada Palestina jauh lebih sedikit dari yang pernah ditawarkan di Camp David di tahun 2000. Operasi Al-Quds kali ini lebih cemerlang. Sebab mereka sangat lihai dalam menunaika tugasnya. Sasarannya lebih besar. Ini membuktikan perlawanan Palestina sangat tangguh dalam membalas serangan Israel terakhir ke Gaza. Operasi ini pula yang mendorong Israel melakukan serangan kembali. Namun tentu rakyat Palestina akan semakin simpati kepada Hamas yang tidak ragu-ragu dan tak tanggung-tanggung dalam memperjuangkan kebebasan meski nyawa yang harus dikorbankan.

Bagaimanapun perjuangan perlawanan Palestina jauh lebih efektif dibanding perundingan. Tujuhh tahun Oslo tidak berhasil membekukan permukiman di Jalur Gaza dan tak bisa memberikan apapun kepada rakyat Palestina. Namun itu bisa dilakukan oleh perjuangan perlawanan. Perundingan ibarat tindakan onani yang sepintas menyenangkan. Bahkan lebih jahat dari itu ia seperti tindakan zina bagi yang tidak bisa menikah. Seperti yang sering diungkapkan oleh Syaikh Ahmad Yasin. (bn-bsyr)

Short Url:

Coppied