Yaser Zaaterah
Ad-Dostor Jordania
Sejak operasi “pagar pengaman” Israel Juni 2002 yang kemudian disambut dengan perang kamp Jenin kelompok perlawanan mengalami berbagai tindakan represif pengusiran sehingga menelan ratusan nyawa syuhada dan ribuan lainnya ditahan.
Operasi sejenis Israel tidak pernah kenal berhenti dan jeda. Buktinya serentetan aksi invasi penangkapan dan pembunuhan serta perusakan. Yang lebih buruk dimensi baru Otoritas Palestina ngotot ingin menerapkan pasal pertama dari Peta Jalan Damai yang isinya menghentikan terorisme dengan segala bentuknya.
Dalam kontek ini OP tidak main-main dalam menerapkan pasal itu. Bahkan mereka memperoleh sertifikat berkelakuan baik dari aparat keamanan
Jadilah pejuang perlawanan Palestina berada di antara palu godam penjajah dan taring-taring aparat keamanan. Selama 9 bulan terakhir sejak Hamas memegang kendali Jalur Gaza situasi diwarnai oleh banyaknnya aksi invasi dan penangkapan.
Represif
Belakangan ini unsur perlawanan Palestina tercatat melakukan operasi penting dan efektif. Yang kita maksud di sini adalah operasi yang digelar dari Tepi Barat dan bukan dari Jalur Gaza yang memiliki sejumlah keistimewaan. Misalnya operasi serangan perlawanan di Hebron beberapa pekan lalu. Disusul operasi syahid di Dimona yang menelan kerugian nyawa dalam jumlah lumayan di barisan penjajah Israel. Kemudian dilanjutkan dengan operasi di Al-Quds yang menyerang sekolah agama Yahudi. Operasi serangan yang dilancarkan oleh mereka yang menolak komitmen dengan gencatan senjata gratis ini mampu membuat gentar Israel. Operasi ini sebagai bentuk penolakan terhadap tindakan spekulasi sia-sia melalui perundingan dengan Israel. Sebab perundingan itu hanya akan memberikan kepada Palestina jauh lebih sedikit dari yang pernah ditawarkan di Camp David di tahun 2000. Operasi Al-Quds kali ini lebih cemerlang. Sebab mereka sangat lihai dalam menunaika tugasnya. Sasarannya lebih besar. Ini membuktikan perlawanan Palestina sangat tangguh dalam membalas serangan Israel terakhir ke Gaza. Operasi ini pula yang mendorong Israel melakukan serangan kembali. Namun tentu rakyat Palestina akan semakin simpati kepada Hamas yang tidak ragu-ragu dan tak tanggung-tanggung dalam memperjuangkan kebebasan meski nyawa yang harus dikorbankan.
Bagaimanapun perjuangan perlawanan Palestina jauh lebih efektif dibanding perundingan. Tujuhh tahun Oslo tidak berhasil membekukan permukiman di Jalur Gaza dan tak bisa memberikan apapun kepada rakyat Palestina. Namun itu bisa dilakukan oleh perjuangan perlawanan. Perundingan ibarat tindakan onani yang sepintas menyenangkan. Bahkan lebih jahat dari itu ia seperti tindakan zina bagi yang tidak bisa menikah. Seperti yang sering diungkapkan oleh Syaikh Ahmad Yasin. (bn-bsyr)