Raed Shalah
Narasi Netenyahu merupakan narasi politik munafik. Dia mengatakan kepada warga Israel mereka memiliki hak penuh menggerebek masuk masjid Al-Aqsha untuk melakukan ritual Talmudnya memiliki hak penuh menghadapi siapapun dengan cara apapun yang menghadang mereka. Israel memiliki kedaulatan penuh atas Masjid Al-Aqsha. Namun kepada selain warga Israel Netenyahu mengatakan dirinya memerangi peristiwa kerusuhan dan keonaran serta kekacauan yang dilakukan sekelompok warga Palestina untuk menciptakan ketenangan.
Siapa kelompok pengacau Palestina di mata Netenyahu? Statemen Netenyahu di TV Israel pada 4 November lalu jelas-jelas mengatakan “Kami tahu bahwa Hamas dan gerakan Islam pimpinan Raed Shalah berada di balik unjuk rasa dan aksi menentang di jalanan. Mereka semua berafiliasi kepada Ikhwanul Muslimin yang ingin mengacaukan dan menciptakan instabilitas di kawasan dengan meledakkan isu Al-Quds.”
Netenyahu menuding tiga pihak dalam semua kejadian kekacauan di Al-Quds dan di Masjid Al-Aqsha yakni Hamas Gerakan Islam Palestina 48 dan Ikhwanul Muslimin yang eksis di seluruh dunia. Bahkan tak cukup tiga pihak dalam sidang pekanan bahwa “Israel tidak akan terima jika unjuk rasa terus dilakukan di jantung kota kami atau dikibarkannya bendera Hamas atau ISIS atau diteriakkan “dengan nyawa dan darah kami tebus engkau Palestina”.
Ya Netenyahu menuding lagi ada pihak ketiga ISIS. Ini artinya PM Israel ini mengumumkan perang atas Islam namun tidak terang-terangan. Bahkan ia mengancam akan mencabut kewarganegaraan dari warga Palestina 48.
Keempat pihak yang disebut mengingatkan pada statemen Netenyahu terakhir yang disampaikan di PBB bahwa gerakan Ikhwanul Muslimin dan ISIS berasal dari satu pohon. Apa pohon itu? Yang jelas adalah Islam. PM Israel ini ingin menggalang kekuatan poros dunia untuk memerangi Islam meski itu tidak disampaikan terang-terangan. Ini berarti Netenyahu mendeklarasikan perang agama atas umat Islam dunia Arab dan bangsa Palestina. Hanya saja ia ingin menyembunyikan hal itu dengan menyatakan perang kepada keempat kelompok tersebut lain tidak.
Netenyahu juga bekerjasama dengan media massa dan lembaga kajian Israel untuk memperkuat posisinya. Seperti Koran Makor Rishon Israel yang menyatakan bahwa peristiwa konflik di Al-Quds dan Al-Aqsha merupakan konspirasi yang dirancang oleh Jamaah Ikhwanul Muslimin untuk mengadu pemerintah penjajah Israel dan negara-negara Arab dan memicu perang di kawasan untuk tujuan kelompok.
Pusat Kajian Jerusalem untuk Masyarat dan Negera yang diketuai oleh Daori Gold yang dekat dengan Netenyau menilai Ikhwanul Muslimin merencanakan eskalasi kekerasan di Al-Quds setelah Abdul Fattah Al-Sisi mengkudeta Muhammad Mursi.
Hal yang sama diklaim oleh peneliti Pinhas Amber di situs kajian di atas bahwa Ikhwan merencanakan kekerasan di Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha untuk menyulut perang dunia dan meralat pandangan mereka terhadap aliran Islam garis keras. Menurutnya Ikhwan berharap bisa melaunching khilafah Islam yang mereka pimpin.
Tak ragu-ragu wartawan Israel Ben Darur menulis di Koran Yediot Aharonot 19 November lalu bahwa Al-Quds adalah pusat gerakan provokatif yang dikendalikan oleh kepala bagian “jihad global” di Israel yakni Syekh Raid Shalah sejak bertahun-tahun lamanya dengan jargon “Al-Aqsha dalam Bahaya”. Padahal itu jargon hak cipta mufti Palestina Amin Husaini dan diadopsi oleh Raed Shalah.
Media massa Israel tak pernah melewatkan seharipun kecuali memprovokasi bahwa Gerakan Islam Palestina (GIP) 48 melanggar undang-undang. Lembaga-lembaga di bawah GIP ini berkali ditutup Israel. Kemudian Israel berencana menutup GIP. Sudah jelas ini perang terhadap Islam. Meski Israel berkedok perang melawan Hamas Gerakan Islam Ikhwan atau ISIS. (at/infopalestina.com)