(2)
Organisasi-organisasi di luar system koordinasi perlawananada sekelompok sel yang tersebar milik Salafi Jihadi di luar system koordinasiperlawanan Palestina yang dibentuk oleh Hamas. Mereka ini sel-sel yang gagal bersatudalam organisasi pusat. Mereka kemudian membuat sel militer dengan nama brigadeBaitul Maqdis.
Sejumlah organisasi ini berusaha merusak gencatan senjatadan melepaskan roket ke Israel. Namun Hamas mampu mengekangnya dengan cara yangberbeda dan menghentikan serangan itu dimana sebagian besar menilai sebagaiperusakan dan bukan perlawanan atas Israel.
Meski berada di luar system koordinasi perlawanan dan tidakdiakui namun Hamas secara keamanan tidak bergerak (menangkapi atau mengadilimereka) karena melanggar keamanan seperti yang terjadi dalam kasus Majid IbnuTaimiyah atau peledakan di Salon atau pembunuhan terhadap aktivis pro SyiahMitsqal Salimi beberapa saat lalu.
Organisasi politik/partai tanpa sayap militer seperti PartaiRakyat Wafda Prakarsa Nasional Hizbut Tahrir. Mereka mereka tidak memilikilegalitas &ldquoperlawanan senjata&rdquo namun mereka bekerja dan beraktivitas politik diJalur Gaza.
Bagaimana Hamas Berhasil Mengatur Organisasi Perlawanan
Tidak mudah memenej dan menyatukan organisasi-organisasiyang saling kontradiksi dalam realita yang sulit di Jalur Gaza. Ada benturanbersenjata terutama di awal-awal banyak persoalan muncul dan kesalahan yangterjadi. Namun dengan berjalannya waktu Hamas mampu melakukannya. Salah satuprinsip yang membantu keberhasil Hamas adalah
Pertama kebebasan membawa senjata untuk melakukanperlawanan (terhadap Israel) terlepas dari latar belakang politik dan ideologikecil atau besar meski hanya terdiri beberapa puluh personel.
Kedua aturan yang disepakati semua pihak adalahmengarahkan senjata hanya kepada Israel dan haram menumpahkan darah warga Palestinakarena itu Hamas tidak main-main dan lembek terhadap kelompok yang mengarahkansenjatanya kepada organisasi kelompok atau personel yang bersaing.
Ketika Hamas terlibat kontak senjata dengan organisasi lainyang tidak komitmen dengan aturan di atas seperti kasus Masjid Ibnu Taimiahtahun 2009 dengan Jaish Islam (klan Daghmish) tahun 2007 atau klan Hils tahun2008 maka targetnya adalah memberikan pelajaran agar taat aturan bukanmenghapisi organisasi tersebut.
Hamas memberikan hukuman atas tindakan pembunuh relawan asalItalia Argoni atau pembunuh pro Syiah Mitsqal Salimi dan bukan karena afiliasipemikiran dan politik.
Ketiga memisahkan kerja perlawanan dan pemerintahanmasyarakat. Masing-masing instansi memiliki tugas polisi sipil memerangikejahatan dan bukan wewenang kelompok bersenjata. Namun kadang polisi sipilmeminta bantuan kepada kelompok bersenjata.
Keempat menjaga spirit dan kerja perlawanan di semua levelmasyarakat. Ketika meletus Intifadhah Al-Quds ratusan pemuda langsung mengarahke perbatasan dan melempari Israel dengan batu. Meski di awal menimbulkankerugian manusia besar dan banyak yang menuntut agar Hamas mengalangi namungerakan ini tetap membolehkan. Ini memberikan semangat kepada pemuda Palestina dial-Quds dan Tepi Barat untuk tetap melakukan aksi perlawanan.
Di awal-awal ada persoalan di Jihad Islami akibatpenyusupan unsur Salafi Jihadi di gerakan tersebut. Mereka menolak komitmendengan gencatan senjata dan melontarkan roket ke Israel tanpa koordinasi. Namunpendekatan dengan komandan tertinggi Jihad Islami Muhammad Hindi Hamaskemudian mampu meyakinkan JI untuk mengendalikan ini.
Sampai kemudian keputusan-keputusan diambil secara aklamasiterkait keputusan menentukan bagi perlawanan bersenjata di Gaza. Seperti yangterjadi di perang III di Jalur Gaza tahun 2014. Hamas pergi ke Kairo tidaksendiri. Semua unsur dilibatkan.
Ini partisipasi riil dalam pengambilan keputusan menentukanterkait Palestina. Bukan seperti yang dilakukan Arafat semua boleh jadioposisi tapi keputusan bersifat pribadi.
Keenam aturan kesepakatan antar perlawanan di Gaza tidakdipublish bahkan tidak ditulis. Sebab sebagiannya berisi hal-hal yang membuatfaksi perlawanan keberatan dipublish sehingga dirahasiakan di depan mediamassa.
Kesembilan penjamin hakiki system organisir perlawanan diGaza adalah Brigade Al-Qassam dan keamanan internal Hamas. Di mata faksi-faksiperlawanan Palestina unsur tersebut sangat disegani sehingga mereka engganmelanggar kesepakatan. Karena Hamas dan Al-Qassam memiliki system pengawasanketat. Sehingga mereka ingin menjadi agen bagi Israel juga berfikir keras.
Kesepuluh Hamas mampu menampung aspirasi dan banyakkelompok. Mereka yang pecah dari sebuah kelompok pusat bisa diterima oleh Hamasuntuk bergabung tanpa menimbulkan intrik dengan organisasi asal. Seperti yangdilakukan terhadap Jaish Islam setelah bentrok dengan Hamas 2007 justrukelompok didekati untuk masuk dalam organisasi perlawanan bersama. (at/pip)