Fahmi Huwaidi
Asy-Syarqul Ausath
Bagaimana mengubah krisis menjadi peluang? Pertanyaan inspiratif asal negeri Cina terdiri menegaskan bahwa krisis bisa mengundang tragedi dan peluang. Jika menyerah kepada yang pertama maka Anda akan menemukan kegagalan putus asa keraguan kekalahan dan keruntuhan. Namun jika membuka kedua mata Anda dengan baik dan belajar dari krisis maka anda akan menemukan peluang untuk meluruskan kesalahan dan meningkatkan kekuatan untuk bangkit. Saat ini kita sangat butuh dengan kata-kata hikmah ini dalam menghadapi invasi Israel ke Palestina yang menelan 100 lebih warga dalam 4 hari.
Jika kita berkaca kepada persepsi ini ada sejumlah pelajaran dari invasi Israel tersebut
۞ Peristiwa terbaru di Gaza mengembalikan ingatan kita tentang gambaran sesungguhnya tentang Israel. Wajah kejam dan jahat. Tapi ditutupi oleh kedok perdamaian dan perundingan selama beberapa tahun terakhir. Meski tak sedikit tertipu oleh srigala berbulu domba. Namun akhirnya kedok itupun terbuka ketika sebagian warga Palestina menolak menyerah kepada Israel.
۞ Israel tidak siap untuk saling memahami dan tidak mau bertemu dengan Palestina dan Arab di tengah perjalanan. Israel hanya mengenal “tunduk” “atau “hancur”. Israel tidak mau menerima gencatan senjata dua bela pihak. Sebab menurut Israel “gencatan dua pihak” berati tanggungjawab bersama. Israel hanya ingin menjadi tangan di atas. Karenanya menurut Israel hanya menghentikan serangan hanya Palestina dan negara zionis terus melakukan kekejaman dan pembantaian.
۞ Masalah Israel bukan dengan roket perlawanan dari Gaza bukan dengan Hamas namun dengan “perlawanan”. Yang dilakukan Israel di Gaza bukan hal baru. Ini hanya “kloning” dari tindakan-tindakannya yang sudah dilakukan sejak tahun 1948. Jika diperhatikan Israel sudah melakukan 35 lebih pembantaian besar dan 100 lebih peristiwa pembantaian massal. Israel tidak pernah ragu melakukan setiap pembantaian kejam penyitaan kepemilikan rakyat Palestina meracuni sumur-sumur mereka dan membakar lahan pertanian. Arafat dikurung dan terbunuh dengan racun karena ketundukannya tidak cukup. Komprominya tidak berlanjut hingga akhir. Gaza diblokade karena tidak mau tunduk dan menyerah. Tepi Barat tidak pernah menyerang Israel dengan roket tapi dua pemudanya di kamp pengungsi Balathah dibunuh Israel. Keduanya tidak terkait perlawanan.
۞ Perundingan dengan Israel yang dilakukan Abu Mazen hanya upaya pembiusan untuk menyempurnakan rencana-rencana mengubah realitas. Pengalaman membuktikan bahwa perundingan hanya tipuan Israel bagi elit Otoritas Palestina. Perundingan tidak menghasilkan apa-apa hingga sekarang. Perlintasan-perlintasan dan pagar pembatas yang dipasang Israel masih utuh. Tahanan masih mendekam di balik jeruji besi. Penangkapan masih berlansgung dan perluasan permukiman belum pernah berhenti. Obrolan berdirinya negara Palestina hanya main-main belaka.
۞ Pembicaraan soal peran Amerika dalam menemukan solusi adil bagi hak-hak Palestina yang paling minimal adalah kebohongan besar. Esensinya adalah menyerahkan kunci masalah kepada pihak yang berpihak kepada Israel sepenuhnya. Benar peran AS tidak boleh dilupakan. Namun menyerahkan semuanya kepada AS sama saja menceburkan diri kepada ranjau yang dipasang Israel.
۞ Perpecahan Palestina memberikan peluang kepada Israel sendirian menyerang Gaza. Israel tenang saja karena elit Otoritas Palestina di Ramallah sudah berpihak kepadanya dan tak akan mencegahnya melakukan invasi. Sebab Otoritas Palestina justru berkhayal Hamas hancur. Sementara Israel ingin melempar dua burung dengan satu batu.
۞ Abu Mazen – yang memusuhi Hamas – lupa masalah Palestina secara utuh. Sehingga pembebasan Gaza bagi Abbas lebih penting dari membebaskan Palestina. Ia larut dalam perundingan dengan Israel padahal juru rundingnya dari penjahat perang dan pembantai rakyat Palestina. Anehnya Abbas berpaling dari saudaranya sendiri di Gaza. Lebih dari itu Abu Mazen menyatakan bahwa di Jalur Gaza ada unsur Al-Qaidah. 24 jam setelah statemen ini dikeluarkan Israel melakukan operasi militer ke Gaza sebab negara zionis yakin jika Al-Qaidah berada di Gaza berarti berhadapan dengan dunia luar.
۞ Diamnya DK PBB dan ketidakberdayaannya mengeluarkan keputusan mengecam Israel memunculkan hakikat dua hal penting dunia Arab sudah tidak memiliki kawan di tataran dunia internasional. Setelah Uni Soviet runtuh tata dunia menjadi goyah dan memberikan dampak buruk kepada masalah dunia Arab yang tanpa penolong. Kita tidak mendapatkan pengganti dari Uni Soviet baik India atau Cina. Semua negara sekarang kerja sama dengan Israel dalam hal militer. Kedua hilangnya reaksi Arab terhadap invasi Israel di Jalur Gaza justru mendorong masyarakat internasional untuk menghindar dari tema Palestina dan meremehkan pembantaian terhadap mereka.
Apa harus dilakukan?
Tujuan Israel dalam invasinya jelas ingin menghabisi perlawanan. Tentu juga tujuan Amerika. Pengiriman kapal tanker ke lepas pantai Libanon menegaskan misi Amerika ini. Tujuan akhir dari semua itu adalah menekuk lutut Palestina dan Arab seluruhnya serta menghabistuntaskan daya tahan dan tekad perlawanan dalam diri mereka. Jika demikian kita hanya dihadapkan dua pilihan tak ada yang ketiga menyerah atau tegar melanjutkan perlawanan. Pertama adalah jalan penyesalan tapi kedua adalah jalan keselamatan. Tapi bagaimana melakukannya? Ini masalah lain yang panjang pembicaraanya dan ijtihadnya. Yang penting saat ini menyepakati prinsip ini sebelum memasuki masalah detail. (bn-bsyr)