Sat 10-May-2025

Menganalisis Pemilu Knesset Israel Tahun 2015

Kamis 12-Maret-2015

Divisi Studi – Asyraf Badr – Pusat Informasi Palestina:

17 Maret 2015 ini ditetapkan sebagai jadwal pemilu dini Knesset Israel. Persaingan memperebutkan kursi di parlemen Israel semakin sengit. Meski popularitas Netenyahu menurun namun sebagian besar publik Israel masih cenderung memilih partai berhaluan kanan.

Sistem pemilu Israel menetapkan sistem pemilihan proporsional. Partai pemenang pemilu adalah yang berhasil meraup suara 120 kursi dengan selisih kemenangan multak 1% berubah 15% di pemilu 1992 berubah lag 2 persen di tahun 2006 kemudian untuk menggencet daftar partai Arab menjadi selisihnya 325 persen.

Sistem pemilihan proporsional memaksa partai-partai Israel yang menang untuk membangun koalisi dalam membentuk pemerintahan. Sebab sangat sulit satu partai bisa memimpin pemerintah. Partai Buruh (partai kiri moderat) selalu memimpin koalisi sejak tahun 1977. Setelah itu terjadi “kudeta politik” dimana partai Likud (kanan moderat) dan pertama kalinya dalam sejarah membentuk pemerintahan Israel. Sejak itulah arah dan kecenderungan pemilih (voter) Israel terus ke arah kanan dan semakin ekstrim.

Sejak digulirkan proses perundingan damai di Madrid tahun 1991 tak pernah terjadi pemerintah Israel menyelesaikan masa periode pemerintahan selama 4 tahun. Sistem kepartaian dan persaingan antar partai Israel dalam bidang politik (perang dan perdamaian) dan ekonomi. Hanya dalam tujuh terakhir terjadi peralihan kekuasaan selama tiga kali.

Perimbangan kekuatan:

Dalam jajak pendapat terakhir di situs berita utama Israel Yediot Aharonot antara Desember 2014 hingga Februari 2015 menunjukkan adanya kedekatan perolehan suara dengan selisih 1 atau 2 kursi antara daftar partai-partai Poros Zionis (partai Buruh pimpinan Herzoq dan partai Gerakan pimpinan Tsepi Livni) yang berhaluan Kiri Moderat dan partai Likud pimpinan Netentahu. 22 hingga 25 kursi untuk masing-masing partai. Ini artinya persiangan sangat panas sebab daftar koalisi yang menang meski hanya selisih satu kursi akan diberikan wewenang menjadi perdana menteri dan membentuk pemerintahan.

Jajak pendapat di atas menunjukkan partai The Jewish Home mengalami penurunan dengan raihan 18 kursi selama Desember 2014 dan jajak pendapat Februari hanya mendapat 12 kursi partai Beitenu pimpinan Lieberman menurun dari 11 kursi menjadi 6 saja karena pengaruh kasus korupsi yang menerpanya. Smentara masa depan partai moderat seperti Yair Lapid mengalami kenaikan dari 9 kursi menjadi 12 kursi partai Kulanu sosialis dari 10 menjadi 7 Meretz kiri dari 7 menjadi 5.

Sementara partai berhaluan kanan bertahan dalam jajak pendapat seperti Shas dan Yehudat Hetorat.

Partai-partai Arab (Front Demokrasi untuk Perdamaian dan lainnya) yang menjadi satu dalam daftar koalisi bersama mendapat 12 kursi.

Faktor Pengaruh Voter Israel

Jajak pendapat terakhir digelar oleh lembaga studi demokrasi Israel pasca pemilu 2013 menegaskan 52 persen memilih karena faktor capaian ekonomi dan sosial sebagai faktor utama. Sementara 42 persen memilih karena faktor keamanan. 51 persen di antara mereka memilih juga karena faktor ideologi 27 persen memilih karena kepribadian pemimpin partai 60 persen memilih karena faktor hubungan mereka dengan Palestina.

Sementara itu Netenyahu masih mengandalkan program keamanan dalam pemerintahannya. Dia menampakkan diri sebagai sosok pemimpin yang mampu melindungi warga Israel dari ancaman Iran dan Hamas. Karena itu dalam pidatonya di Kongres Amerika soal Iran yang menampakkan bahwa dia pembela dan penjaga keamanan Israel.

Lawan politik Netenyahu mengedepankan ekonomi dan mengkritik kegagalan PM saat ini dalam mewujudkan keadilan sosial disamping program keamanannya. (at/infopalestina.com)

Short Url:

Coppied

Menganalisis Pemilu Knesset Israel Tahun 2015

Divisi Studi – Asyraf Badr – Pusat Informasi Palestina:

17 Maret 2015 ini ditetapkan sebagai jadwal pemilu dini Knesset Israel. Persaingan memperebutkan kursi di parlemen Israel semakin sengit. Meski popularitas Netenyahu menurun namun sebagian besar publik Israel masih cenderung memilih partai berhaluan kanan.

Sistem pemilu Israel menetapkan sistem pemilihan proporsional. Partai pemenang pemilu adalah yang berhasil meraup suara 120 kursi dengan selisih kemenangan multak 1% berubah 15% di pemilu 1992 berubah lag 2 persen di tahun 2006 kemudian untuk menggencet daftar partai Arab menjadi selisihnya 325 persen.

Sistem pemilihan proporsional memaksa partai-partai Israel yang menang untuk membangun koalisi dalam membentuk pemerintahan. Sebab sangat sulit satu partai bisa memimpin pemerintah. Partai Buruh (partai kiri moderat) selalu memimpin koalisi sejak tahun 1977. Setelah itu terjadi “kudeta politik” dimana partai Likud (kanan moderat) dan pertama kalinya dalam sejarah membentuk pemerintahan Israel. Sejak itulah arah dan kecenderungan pemilih (voter) Israel terus ke arah kanan dan semakin ekstrim.

Sejak digulirkan proses perundingan damai di Madrid tahun 1991 tak pernah terjadi pemerintah Israel menyelesaikan masa periode pemerintahan selama 4 tahun. Sistem kepartaian dan persaingan antar partai Israel dalam bidang politik (perang dan perdamaian) dan ekonomi. Hanya dalam tujuh terakhir terjadi peralihan kekuasaan selama tiga kali.

Perimbangan kekuatan:

Dalam jajak pendapat terakhir di situs berita utama Israel Yediot Aharonot antara Desember 2014 hingga Februari 2015 menunjukkan adanya kedekatan perolehan suara dengan selisih 1 atau 2 kursi antara daftar partai-partai Poros Zionis (partai Buruh pimpinan Herzoq dan partai Gerakan pimpinan Tsepi Livni) yang berhaluan Kiri Moderat dan partai Likud pimpinan Netentahu. 22 hingga 25 kursi untuk masing-masing partai. Ini artinya persiangan sangat panas sebab daftar koalisi yang menang meski hanya selisih satu kursi akan diberikan wewenang menjadi perdana menteri dan membentuk pemerintahan.

Jajak pendapat di atas menunjukkan partai The Jewish Home mengalami penurunan dengan raihan 18 kursi selama Desember 2014 dan jajak pendapat Februari hanya mendapat 12 kursi partai Beitenu pimpinan Lieberman menurun dari 11 kursi menjadi 6 saja karena pengaruh kasus korupsi yang menerpanya. Smentara masa depan partai moderat seperti Yair Lapid mengalami kenaikan dari 9 kursi menjadi 12 kursi partai Kulanu sosialis dari 10 menjadi 7 Meretz kiri dari 7 menjadi 5.

Sementara partai berhaluan kanan bertahan dalam jajak pendapat seperti Shas dan Yehudat Hetorat.

Partai-partai Arab (Front Demokrasi untuk Perdamaian dan lainnya) yang menjadi satu dalam daftar koalisi bersama mendapat 12 kursi.

Faktor Pengaruh Voter Israel

Jajak pendapat terakhir digelar oleh lembaga studi demokrasi Israel pasca pemilu 2013 menegaskan 52 persen memilih karena faktor capaian ekonomi dan sosial sebagai faktor utama. Sementara 42 persen memilih karena faktor keamanan. 51 persen di antara mereka memilih juga karena faktor ideologi 27 persen memilih karena kepribadian pemimpin partai 60 persen memilih karena faktor hubungan mereka dengan Palestina.

Sementara itu Netenyahu masih mengandalkan program keamanan dalam pemerintahannya. Dia menampakkan diri sebagai sosok pemimpin yang mampu melindungi warga Israel dari ancaman Iran dan Hamas. Karena itu dalam pidatonya di Kongres Amerika soal Iran yang menampakkan bahwa dia pembela dan penjaga keamanan Israel.

Lawan politik Netenyahu mengedepankan ekonomi dan mengkritik kegagalan PM saat ini dalam mewujudkan keadilan sosial disamping program keamanannya. (at/infopalestina.com)

Short Url:

Coppied