Tak biasanya warga Gaza membagikankue ke pengendara di jalan-jalan Jalur Gaza pada pekan lalu. Tidak itu sajaanak-anak Gaza juga ikut membagikan bunga kepada warga lainnya yang tengahberjalan di jalanan Gaza. Biasanya warga Gaza melakukan hal itu ketika adaserangan pejuang Palestina ke target Zionis Israel. Atau salah satu anggotakeluarga warga Gaza gugur syahid karena ditembak oleh tantara Israel. Tapiuntuk kali ini agak berbeda. Karena tidak ada serangan ke Israel ke Gaza atau seorangwarga Gaza gugur syahid. Bahkan hingga kini Gaza masih diblokade makanantidak boleh masuk minuman bensin dan listrik pun tidak mendapatkan bagianyang pas sebagaimana warga Palestina lainnya yang tinggal di Tepi Barat. Tapikenapa sebegitu gembiranya warga dan anak-anak Gaza kali ini. Ternyata merekagembira dengan diumumkannya rekonsiliasi antara dua faksi besar di tanahPalestina Hamas dan Fatah di Kairo Kamis pekan lalu. Para petinggi Hamas danFatah dimediasi oleh Kepala Badan Intelijen Nasional Mesir Khalid Fauzisaling berpegangan tangan antara mereka untuk menyatakan rekonlisiasi danmengakhiri perpecahan internal Palestina yang sudah berlangsung sejak 11 tahunlamanya.
Lika-Liku Perundingan antara Fatahdan Hamas
Dalam catatan penulis ada beberapaperundingan antara Hamas dan Fatah yang diteken sejak tahun 2007 namun selalugagal di tengah jalan. Berikut perundingan-perundingan itu:
1.     PerjanjianMekah 2007: perjanjian ini diteken oleh Hamasdan Fatah pada tanggal 8 Pebruari 2007 di kota Mekkah Arab Saudi dandimediasi oleh Raja Arab Saudi kala itu Raja Abdullah. Isi perjanjiannyaadalah melakukan rekonsiliasi dan mengakhiri pertikaian internal Palestina diGaza serta pembentukan pemerintahan persatuan nasional. Hanya beberapa pekanperjanjian itu berjalan karena pada bulan Juni 2007 Hamas menguasai penuh diGaza karena kelompok Fatah ingin mencoba menumbangkan pemerintahan dibawahpimpinan Ismail Haneya saat itu yang memenangkan pemilu tahun 2006.
2.     MemorandumMesir 2009: dua tahun setelah perpecahan danberakhirnya agresi Israel ke Jalur Gaza tahun 2008 pihak Mesir menawarkan diriuntuk menjadi mediator antara faksi Palestina mengakhiri perpecahan.
3.     PerjanjianKairo 2011: sejumlah faksi Palestina berkumpuldi Kairo tanggal 20 Desember 2011 dimediasi oleh Mesir. Mereka membahas seputarmekanisme untuk melaksanakan perjanjian yang sudah disepakati antar faksi diKairo pada tanggal 4 Mei 2011. Isi perjanjian kali ini adalah untuk mencarisolusi bagi mandeknya rekonsiliasi. Bahkan sudah dibentuk panitia-panitia yangbersifat tehnis. Seperti panitia persiapan pemilu panitia persiapanpembentukan pemerintahan persatuan panitia efektivitas parlemen Palestinapanitia rekomposisi dewan nasional Palestina dan panitia-panitia lainnya.
4.     PerjanjianDoha 2012: pada awal Pebruari 2012 Hamas danFatah bertemu di Doha Qatar menandatangi perjanjian untuk mencapairekonsiliasi secara cepat. Yang menjadi mediator saat itu adalah Emir QatarSyekh Hamd ben Khalifah al-Thani. Salah satu isi perjanjian itu adalahmengefektifkan peran Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) melalui rekomposisianggota dewan nasional Palestina. Mempercepat pemilu legislatif dan presiden. Mempercepatrecoveri pembangunan Gaza yang hancur akibat agresi militer Israel.
5.     PerjanjianSyati 2014: perjanjian ini termasuk pentingkarena dilaksanakan di rumah pribadi Ismail Haneya di kamp pengungsi Syati dibarat Gaza pada 23 April 2014. Salah satu isinya adalah membentuk pemerintahankoalisi yang sebelumnya dilakukan pemilihan umum terlebih dulu. Sayang upaya iniberakhir dengan kegagalan.
6.     PerjanjianKairo 2017: tepat pada tanggal 12 Oktober2017 Hamas dan Fatah menandatangani perjanjian yang dimediasi oleh Mesir.Salah satu isi perjanjian terakhir ini adalah mengokohkan pemerintah PM RamiHamdallah untuk memimpin di Jalur Gaza dan pasukan presiden Palestin yangmengontrol keluar masuk perbatasan Rafah yang berbatasan dengan Mesir langsung.(aljazeera.net)
Latar Belakang
Menilik dan mencermati latarbelakang dari masing-masing gerakan untuk melakukan rekonsiliasi kali ini ada sejumlahhal yang perlu dicatat:
FATAH memang tak bisa dipungkirikepemimpinan Mahmud Abbas sebagai presiden Palestina dan ketua PLO hari-hariini diuji dengan semakin menurunnya popularitasnya. Ditambah ada pesaing AbuMazen panggilan akrab Mahmud Abbas datang dari kader Fatah sendiri MuhammadDahlan. Dia diprediksi oleh banyak pihak akan menggantikan Mahmud Abbas sebagaipresiden Palestina. Dengan gabungnya Hamas dalam rekonsiliasi ini maka posisiAbbas semakin kuat dan Dahlan semakin lemah.
HAMAS suka atau tidak Hamas memangmengalami masalah sumber dana dalam mengelola pemerintahan Jalur Gaza. Sejakblokade Gaza tahun 2007 nyaris kehidupan rakyat Gaza sangat mengenaskan.Obat-obatan makanan minuman bahan bakar minyak listrik suplainya minim danbahkan tidak ada. Sebelas tahun Gaza diblokade dan Hamas kehabisan dana.Ditambah lagi ribuan pegawai Otoritas Palestina yang tinggal di Gaza gajinyadistop oleh Mahmud Abbas. Sehingga mereka harus meminta kepada Hamas untuk membiayaikehidupan mereka. Derita di atas derita. Itulah barangkali yang bisadiungkapkan jika melihat kondisi Gaza hari ini. Hamas pun tidak ingin wargaGaza mati perlahan. Dan secara politis Hamas diblokade oleh Mesir dan Israeltentunya. Satu-satunya jalan adalah dengan membuka komunikasi dengan MuhammadDahlan anggota Fatah yang tahun 2007 berencana mengkudeta militer pemerintahanIsmail Haneya. Orang Fatah ini menetap di Dubai pascakudeta gagal di Gazaadalah sangat dekat dengan rezim Presiden Abdul Fattah as-Sisi. Terjadilahpertemuan antara Dahlan dengan petinggi Hamas yang dimediasi oleh Mesir.Setelah pertemuan itu Mesir segera mensuplai listrik bahan bakar minyak danbahan-bahan kebutuhan lainnya ke Gaza.
Pertanyaan selanjutnya kenapa Mesirdan Israel seolah memberikan &ldquolampu hijau&rdquo bagi suksesnya rekonsiliasi kaliini? Menurut amatan penulis minimal ada sejumlah alasan diantarannya kedua-duanyatidak ingin Jalur Gaza &ldquomeledak&rdquo akibat blokade yang berkepanjangan hinggapuluhan tahun. Mesir tidak ingin jika Gaza benar-benar meledak ketumpahanjutaan orang Gaza yang eksodus besar-besaran ke Mesir. Dan tentu ini akanmembebani Mesir secara ekonomi. Tanpa kehadiran warga Gaza saja Mesirmenghadapi krisis ekonomi yang semakin parah. Bahan-bahan kebutuhan pokok danbahan bakar minyak naik membumbung tinggi.
Sementara di pihak Israel jikabenar-benar Gaza meledak akan mengancam keamanan Israel. Pejuang Palestina akanterus melancarkan serangan rudal ke wilayah Israel. Peningkatan eskalasi initidak diinginkan oleh pemerintahaan Netanyahu yang sekarang ini menghadapi isutudingan korupsi. Ada alasan lagi yang ini sangat urgen bagi kepercayaanpemerintahan Netanyahu di mata rakyat Israel yaitu mengembalikan lagi tawananperang tentara Israel yang kini masih ditawan pejuang Palestina di Jalur Gaza. Denganbiaya yang tidak mahal. Daripada menyerang Gaza dengan agresi militer hanyaingin mengembalikan serdadu Israel yang ditawan pejuang Palestina. Tentu iniakan sangat mahal biayanya.
Antara Harapan dan Pesimistis
Sejumlah pihak berharap agarrekonsiliasi ini berjalan lama sehingga pemerintahan &ldquosipil&rdquo yang diharapkanoleh semua pihak bisa berjalan dengan baik. Bisa berkhidmat untuk rakyat danwarga Palestina yang sudah lama menginginkan adanya kehidupan tanpa perang.Walaupun tidak sedikit yang menyangsikan rekonsiliasi ini akan berjalan lama.Mereka beralasan sebagai berikut:
1.     Secaraprinsip Hamas dan Fatah masih belum sepakat soal rujukan negara merdeka yangdiinginkan sama-sama oleh kedua faksi besar ini. Fatah masih menganggapperjanjian Oslo sebagai rujukan yang masih relevan bagi tegaknya negaraPalestina merdeka. Sedangkan Hamas melihat perjanjian Oslo itu sudah usang dantidak layak dijadikan rujukan.
2.     Secaraprinsip lagi Hamas masih meyakini bahwa batas negara Palestina yang sah adalahbatas Palestina sebelum dijajah Israel tahun 1948. Sementara Fatah cukupberpegang pada perjanjian Oslo yaitu batas negara Palestina adalah Tepi Baratdan Jalur Gaza dengan ibukota al-Quds (Jerusalem).
3.     Secaratehnis mereka akan menghadapi tantangan berupa minimnya dukungan dana daripihak luar. Sebab negara-negara Arab dan kawasan tengah menghadapi persoalaninternal mereka sehingga susah untuk konsen dengan isu Palestina. Perangsaudara terjadi di Yaman Suriah Iraq dan negara-negara Timur Tengah lainnyayang dulu selalu mendukung dana bagi perjuangan rakyat Palestina. SedangkanAmerika dan negara-negara Barat lainnya juga menghadapi persoalannyamasing-masing baik isu terorisme keamanan dan tantangan dari Korsel yangsudah mengumandangkan perang kepada Amerika.
Apapun baik yang optimis maupunyang pesimis dengan rekonsiliasi kali ini penulis berharap rekonsiliasi bisaberjalan sesuai harapan semua pihak. Minimal bagi rakyat Gaza bisa bernapaslega. Bisa hidup sebagaimana rakyat dan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Hiduptercukupi sandang pangannya dan jauh dari hingar bingar meriam dan peluru. Semoga!#