Yaser Zaaterah
Tidak asing jika orang-orang Israel (seperti yang keluar dari lisan Menteri Pembangunan Silva Shalom) khawatir kemungkinan naiknya kelompok Islam ke pucuk pimpinan di Tunis setelah jatuhnya rezim lalim yang lebih dekat dengan negara Israel di kawasan Arab barat. Detail-detail sikap mereka mendukung Israel dapat diungkap melalui dokumen WikiLeaks.
Tidak asing sebab bukan hanya kebiasaan Israel bersikap anti kelompok Islam yang dianggap paling mengancam eksistensi mereka namun juga karena guru kelompok Islam Tunisia pimpinan gerakan revolusi Syekh Rasyid Ghanusi tidak pernah ragu dalam mendeklarasikan dukungannya terhadap perlawanan di Palestina terutama Hamas dan Jihad Islami. Termasuk kepada Fatah sebelum dikuasi anti perlawanan militer Palestina terhadap Israel. Syekh Ghanusi juga paling tegas di antara barisan Islam Arab dalam menolak segala bentuk pengakuan terhadap entitas Israel. Syekh Tunisia ini ogah melakukan tawar menawar soal Palestina yang dianggap dari laut dan sungainya adalah pyur Arab Islam.
Bukan hanya Israel Front Demokrasi Pembebasan Palestina pimpinan Nayef Khawatemah juga turut gusar dengan naiknya kelompok Islam ke pentas pimpinan Tunisia yang disebutkan akan mengarah kepada ekstrimisme dan terorisme. Ia kemudian mengingatkan masyarakat Tunisia akan naiknya Islam politik dan agar tidak terulang pengalaman Jalur Gaza di Tunisa. Sebelum keberhasilan revolusi rakyat Tunisia ini Bin Ali pernah mengingatkan barat soal kekuatan mereka.
Benar selama dua dekade Gerakan Kebangkitan Tunisia ini menjadi target penghabisan. Ini dilakukan karena dalam kancah politik gerakan ini sangat mencuat. Pada pemilu 89 misalnya gerakan ini mendapatkan suara signifikan yang mengagetkan semua pihak. Namun dengan cepat dimanipulasi dan ribuan pemimpinnya dijebloskan dalam penjara.
Dustur Jordania