Tue 6-May-2025

Kereta Negara Palestina Terhenti di Annapolis

Rabu 5-Desember-2007

Prof. Dr. Sulaiman Shalih

Asy-Syarq Qatar

Apa hasil kesepakatan konferensi Annapolis? Statemen dan indikasi yang ada di sana menunjukkan konferensi ini gagal mencapai kesepakatan. Menteri-menteri negara Arab secara terang-terangan menolak berjabat tangan dengan Menlu “Israel” Tsepi Livni yang membuat menteri wanita “Israel” ini murka.

Namun ada bukti lain bahwa kesepakatan “remang-remang” sudah dicapai. Amerika Serikat sudah mengerahkan upayanya meyakinkan negara-negara Arab untuk menghadiri Annapolis agar menjadi saksi atas kesepakatan “remang-remang” yang sama sekali tidak mereka ketahui.

Namun tanpa intervensi

Arab yang diundang atau dipaksa hadir dalam konferensi Annapolis diminta oleh Olmert sebelum konferensi agar tidak intervensi dalam perundingan yang berlangsung antara “Israel” dan Palestina. Kenapa? Padahal Olmert menegaskan kehadiran Arab adalah syarat keberhasilan konferensi ini namun mereka tidak boleh intervensi dalam perundingan.

Olmert Menlunya dan tim perunding dari “Israel” meyakini bahwa Arab bisa jadi mendorong Abbas menjadi ekstrim. Ada juga tuduhan “Israel” bahwa sebagian negara Arab memotivasi Abbas untuk menolak tawaran Barak yang disampaikan di Cam David II.

Jika ini benar kenapa Amerika Serikat ngotot menteri-menetri Arab hadir di Annapolis? Dan kenapa Olmert mensyaratkan kehadiran mereka sebagai standar keberhasilan konferensi Annapolis?

Karenanya perlu dicari tujuan Amerika Serikat dan “Israel” atas tindakannya. Apakah mungkin tujuannya Arab menjadi saksi kegagalan?

Semuanya mendorong kita meragukan bahwa kesepakatan rahasia dan remang-remang sudah tercapai. Tahun 2008 informasi tentang kesepakatan itu akan menyebar. Kerenanya mau tidak mau kita harus menganalisis statemen “Israel” Amerika Serikat dan Palestina untuk mencari rahasia kesepakatan itu dimana Amerika Serikat memaksa Arab menghadirinya di awal konferensi untuk mendengarkan pasal penting kesepakatan itu. Mereka dipaksa diam sebagai bukti rela. Sebab bila Arab tidak memiliki keberania menolaknya pada saat itu maka maka mereka juga tidak akan berani menolaknya beberapa waktu ke depan.

Fase baru

Yang menarik di perhatikan adalah statemen Mahmod Abbas setelah ia pulang dari Annapolis bahwa “kereta negara Palestina terhenti di relnya” Karena statemen ini remang-remang maka kita pun tidak tahu rel yang mana?

Namun yang jelas ada pernyataan lain yang lebih bias oleh penasehat Abbas Shaeb Arekat bahwa “fase baru telah dimulai dalam sejarah Palestina setelah konferensi Annapolis”.

Ada statemen yang mungkin mengungkap statemen di atas. Yaser Abduh Rabbih menyatakan ““Israel” mengajukan usul kepada kami sebuah “negara kantung” tanpa batas dan kedaulatan. “Israel” juga ingin mengikat pendirian negara Palestina dengan kompromi paling mendasar yang mencakup masalah wilayah Al-Quds dan pengungsi Palestina”

Yaser Abdu Rabbih orang penting di OP. ia banyak tahun soal Abbas dan Olmert. Tidak mungkin statemennya dianggap enteng. Apalagi jika dikaitkan dengan pernyataan Hayem Ramon yang menyatakan “Israel” mengajukan kepada Palestina 70% sudah ditawarkan di Cam David. Ini artinya tawaran kepada Palestina yang akan dibahas dalam perundingan hingga akhir 2008. Apakah Abbas menerima tawaran ini.

Al-Quds di luar pembahasan

Itu ditegaskan oleh Olmert di depan pemerintahannya bahwa dirinya tidak memberikan kompromi apapun di Annapolis dan Al-Quds di luar pembahasan. Ia menambahkan bahwa dirinya memberikan lampu hijau terhadap pembangunan permukiman.

Namun di pesawat sepulang dari Annapolis Olmert menegaskan kepada para wartawan pernyataan berbahaya. Bahwa proyek solusi dua negara akan mewujudkan kepentingan “Israel” yang paling utama. Hancurnya proyek ini akan meletakkan “Israel” di depan satu pilihan yaitu Palestina tetap dibawah hukum “Israel”.

Apa yang diinginkan Olmert? Gambaran semakin jelas ia ingin benar-benar berdirinya negara Palestina namun sebagai penampungan bagi warga Palestina 48 yang akan diusir “Israel”. Negara itu dalam bentuk “kantung” terputus yang dibawah wewenang “Israel” dalam bidang politik ekonomi dan digunakan “Israel” sebagai alat melindungi keamananya. Karenanya Tsepi Levni ngotot agar Abbas menyatakan resmi mengakui “Israel” sebagai negara Yahudi.

Bush di awal pidato pembukaan konferensi Annapolis juga menegaskan bahwa dirinya mengakui “Israel” sebagai negara nasional untuk Yahudi.

Jadi…perjanjian kesepakatan sudah jelas didirikannya negara Palestina setelah perundingan setahun penuh dan Otoritas Palestina harus membuktikan “niat baiknya” dengan menjamin keamanan “Israel” serta memberangus perlawanan Palestina. Negara Palestina itu akan diberi wilayah seluas tidak lebih dari 40% wilayah Tepi Barat tidak termasuk Al-Quds dan warga Palestina 48 akan diusir ke negara baru ini sehingga “Israel” menjadi negara murni untuk Yahudi.

Koalisi Melawan Perlawanan

Ada informasi lain dari konferensi Annapolis. Dimana Amerika Serikat bekerja membangun koalisi “Israel” Amerika dan Arab melawan perlawanan Islam di kawasan Timteng yang dianggap sebagai musuh bersama. Sudah barang tentu Hamas adalah terdepan dari kekuatan Islam yang akan dimusnahkan oleh koalisi ini.

Jika ini benar maka kawasan Timteng akan mengalami prahara yang tidak diketahui batasnya kecuali Allah. Sementara OP sudah sepakat dengan “Israel” bahwa Hamas adalah musuh bersama. Karenanya setelah pulang dari Annapolis Olmert semakin memperparah isolasi Jalur Gaza.

Fayyadl memainkan perannya

Apakah OP mau berkolasi menghancurkan perlawanan Palestina yang akan semakin memecah rakyat Palestina?

Mari kita diskusikan tanpa emosi dan biarkan yang bicara logika saja. OP berusaha menerapkan komitmennya berdasarkan Peta Jalan damai dengan mengusir perlawanan Palestina dan pendukungnya. Bahkan karena ini rakyat Palestina di Tepi Barat mengalami ketakutan melebihi ketakutan terhadap “Israel”. OP memiliki sejumlah tim yang memiliki kepentingan tanpa mempedulikan prinsip-prinsip Palestina terutama Salam Fayyadl PM cabinet Abbas yang sudah menegaskan dirinya melepaskan diri dari hak kembali pengungsi Palestina.

Sebuah sumber media Palestina yang berpihak kepada Fatah yang menolak menegaskan identitasnya bahwa Salam Fayyadl meminta kepada “Israel” memutus listrik dan bahan bakar dari Gaza tidak membuka perlintasan mempekuat embargo sehingga tidak mungkin lembaga asing memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Banyak kader Fatah yang sesungguhnya menolak Salam Fayyadl. Namun Amerika mendukungnya dan tidak mungkin Abbas menolak dikte sang big bos.

Namun sampai kapan elit Fatah berkolisi dengan “Israel” memukul saudara-saudara mereka di Gaza yang sabar selama setahun terakhir diembrgo?

Harapan umat

Namun warga Gaza menaruhkan keberanian mereka dan kekuatan kemauan mereka serta kesdaran nurani sekitar setengah juta warga Palestina Gaza keluar dalam aksi yang digelar Hamas menolak konferensi Annapolis di Rafah.

Ketika menulis artikel ini empat nyawa syuhada terbang ke langit karena membela tanah dan kasus mereka kebebasan mereka dan hak kembali mereka. Gaza memberikan syuhadanya dengan sabar. Sementara para taghut berkonspirasi atas mereka. Namun para syuhada itu adalah harapan umat yang menolak kesepakatan apapun yang tidak menjamin kebebasan penuh atas Al-Quds secara penuh serta mengembalikan kedaulatan Islam di sana. Jika Olmert menganggap Al-Quds di luar pembahasan maka umat Islam menolak dengan penuh kekuatannya menjadikan kota suci itu untuk ditawar dalam perundingan.

Solusi satu-stunya menghadapi taghut Barat adalah Intifadhah Arab dan Islam yang utuh di setiap bumi Islam untuk membela Al-Quds hak kembali dan hak hidup serta membela warga Jalur Gaza yang pemberani menghadapi embargo. (bn-bsyr)

Short Url:

Coppied