Tak layak mengkerdilkan capaianwarga Palestina di gerbang-gerbang masuk Al-Aqsha beberapa hari lalu. Mereka mampumemaksa Israel membuka masjid tersebut. Sebelumnya Israel berkuasa penuh atasmasjid ini demi membaginya menjadi dua baik dari sisi waktu atau tempat. Warga Al-Qudsjuga mampu memaksa Israel secara politik menarik seluruh prosedur keamanan disana sekaligus.
Bahkan keberanian dan kegigihanspirit mereka telah membangkitkan semangat melawan di Tepi Barat Al-Quds danwilayah 1948 untuk melecutkan Intifadhah dimana Israel sangat ketakutan akanimplikasinya. Israel pun harus menarik semua hal bisa memicu Intifadhah meskiharus mengorbankan mukanya di public dunia.
Dari sini kita belajar faktorkeberhasilan revolusi target jelas bersatu tak perlu dikaitkan denganideologi tertentu karena ini kepentingan nasionalisme mengikuti kepadareferensi yang dipercahaya dan sesuai dengan syariat Islam yang menfatwakan &ldquolaranganmasuk Al-Aqsha&rdquo melalui pintu-pintu detektor Israel. Semua warga ikut dan tidakada fatwah aneh atau pendapat yang bertentangan dengan semangat memprotes dansemangat persatuan.
Namun pada saat yang sama kitajangan mendramatisasi peristiwa kemenangan antara kali ini. Ini bukan induksegala pertempuran. Seakan Al-Aqsha sudah terbebas dan bersih. Warga Al-Qudssadar benar bahwa Al-Aqsha masih diblokade dan penjajah Israel masih tegak disana. Gerbang Al-Magharibah masih ditutup. Dinding Al-Barraq masih dikuasaipenuh Israel sejak berdekade-dekade dan disebutnya sebagai &ldquotembok ratapan&rdquo. Selainitu Israel musuh yang licik mencari kelengan kita terus menerus.
Inilah yang harus diwaspadaioleh murabith di Al-Aqsha dan seluruh umat. Mereka harus bersiap menghadapiserial perjuangan selanjutnya. Bisa jadi pertarungan selanjutnya akan lebihdahsyat dari sebelumnya. Jangan sampai kompas perjuangan kita paling besaruntuk &ldquopembebasan utuh Palestina&rdquo menyimpang. (at/pip)
