Fri 9-May-2025

Kasus Dubai dan Sejarah Panjang Kejahatan Mossad

Kamis 4-Februari-2010

(Pusat Studi Strategi Teluk Harian Akhbar Khaleej Bahrain)

Elit Hamas Mahmud al-Mabhuh bukan pimpinan Palestina atau Arab pertama yang dihabisi Mossad Israel di luar negeri. Tentu bukan pula yang terakhir. Sebelumnya bukan saja tokoh dan pemimpin politik atau tokoh perlawanan nasional menjadi target Mossad. Tapi juga ulama akademisi tokoh pemikir sastra yang enyahkan entitas Israel dari kancah kehidupan dengan cara berdarah dan jahat.

Jika cara pembunuhan Israel terhadap bangsa dan tokoh Palestina sepanjang sejarah konflik Palestina – Israel yang menyebabkan banyak tokoh perlawanan seperti Syekh Ahmad Yasin Abdul Aziz Rantisi dan sebelumnya Yahya Ayyash Shalah Shahadah Abu Ali Mustafa dan lain-lain maka itu juga berlaku di luar Palestina. Baik di negara-negara Arab atau negara lainnya. Ini menggambarkan prilaku jahat dalam mengobrak abrik kedaulatan negara lain tanpa mempedulikan ekses politik diplomasi atau keamanan.

Anehnya meski sebagian negara menempuh cara ini dengan rahasia untuk menyingkirkan lawan politik namun Israel melakukannya secara terang-terangan. Pemerintah Israel tidak segan-segan mengumumkan secara terang-terangan dan menebar ancaman hendak menghabisi tokoh terutama dari perlawanan Arab dan Palestina.

Parahnya politik ini berlalu tanpa ada kekhawatiran dimintai pertanggungjawaban atau dicerca oleh masyarakat dunia karena memanfaatkan kondisi perang atas terorisme pasa serangan 11 September 2001. Mereka menuding kelompok perlawanan sebagai teroris. Knesset Israel tahun 2002 dan pengadilan tinggi Israel tahun 2006 membolehkan pembunuhan terhadap kelompok teroris itu.

Israel bukan sekedar mengancam. Ada upaya membunuh Ismael Haniya PM Palestina dan Mahmud Zehar saat menjabat Menlu Palestina. Juga terhadap Hasan Nashrullah pimpinan Hizbullah. Perilaku dan politik ini sudah menjadi ciri khas Tel Aviv dibanding negara-negara dunia lainnya. Tak peduli hukum internasional kadang mereka beralasan membela diri.

Pertanyaannya apa yang mendorong Israel menempuh cara berdarah-darah dan tidak manusiawi ini terhadpa mereka yang dianggap musuh?

Pertama Talmud adalah landasan ajaran agama yang diletakkan oleh rabo-rabi Israel yang menguasai dan mengendalikan logika Israel. Di sana ditegaskan Israel menilai hubungan dengan aghyar (orang asing) selain yahudi sebagai penilaian yang sangat hegemonis dan rasis. Israel merasa memiliki hak untuk membunuh dan menguasai harta benda mereka jika mereka dianggap berbahaya. Ini pandangan menyimpang dari Taurat yang melarang membunuh dan menumpahkan darah.

Berangkat dari logika ini kejahatan pembunuhan terhadap bangsa Palestina dan Arab sepanjang konflik Arab – Israel tidak pernah berhenti.

Kasus paling ramai hingga kini dan masih menyisakan tanda tanya adalah keterlibatan Mossad dalam membunuh pakar nuklir Mesir Samirah Musa di Amerika pada 15 Agustus 1952 pakar nuklir Mesir Dr. Yahya Mushid di Paris 13 Juni 1980. Tujuan pembantaian ini adalah agar bangsa Arab tidak memiliki kader ilmuwan yang bisa menjadi landasan proyek nuklir yang maju. Apalagi Mushid memiliki peran mengembangkan nuklir Irak.

Sebelum era Oslo Agrimen Israel menargetkan elit PLO dan Front Rakyat Palestina setelah era itu mereka membidik perlawanan Palestina dari gerakan Hamas dan Jihad Islami juga perlawanan Libanon.

Mayoritas pembunuhan terhadap tokoh Palestina di luar negeri terjadi selama dua dekade 1970-an hingga 1980-an dan awal tahun 1990-an. Selama rentang itu ada 42 pembunuhan semuanya dari tokoh PLO. Sebut saja misalnya Kamal Adwan Muhammad Yusuf Najjar Dr. Kamal Nasher yang semuanya terbunuh dalam satu operasi di Beirut pada 10 April 1073 Khalil Wazir (Abu Jihad) tokoh kedua PLO pada 16 April 1988 Shalah Khalaf di Tunis 14 Januari 1991 Basyam Abu Syarif pada 25 Juli 1972 dan Ghassan Kanafani di Beirut 28 September 1972. Dari kalangan sastrawan dan budayawan Abdul Wahhab Kayali dibunuh di Beirut 7 Desember 1981.

Usai era Oslo Israel membunuhi kelompok perlawanan seperti Fathi Syiqaqi di Malta 26 Oktober 1995 dan upaya pembunuhan terhadap Khalid Misyal ketua biro politik Hamas di Jordania pada 25 September 1997 terhadap Emad Muganiah pejabat perencana militer Hizbullah di Damaskus pada 12 Februari 2008 juga upaya pembunuhan terhadap Usamah Hamdan jubir Hamas di Beirut akhir Desember 2009.

Mahmud Mabhuh pun tidak selamat dari pembunuhan ini meski ia bukan tokoh barisan pertama Hamas. Namun Israel menilai ia sosok berbahaya dan berkali-kali melakukan operasi militer berbahaya bagi Israel.

Terlepas dari cara membunuh entah dicekik distrum atau diracun timing Israel dalam melancarkan aksi pembunuhan ini tetap mengundang tanda tanya. Para pengamat menilai pembunuhan terhadap al-Mabhuh bertujuan memberi sanksi kepada operator aksi perlawanan menggagalkan rencana perlawanan secara antisipasi menggertak perlawanan menendang spirit perlawanan menyiapkan situasi untuk kepentingan politik tertentu.

Pengamat lain menilai aksi ini dilakukan Israel untuk menekan Hamas agar menandatangani perjanjian pertukaran tawanan agar menerima syarat Israel.

Pengamat lain menilai operasi pembunuhan ini untuk menyiapkan operasi militer baru ke Jalur Gaza. Apalagi banya informasi Hamas memperoleh selundupan senjata dalam jumlah besar.

Terlepas dari situ pembunuhan terhadap al-Mabhuh memiliki sejumlah indikasi:

  1. Israel membuka perang terbuka terhadap perlawanan Palestina untuk menghabisinya dan melemahkannya karena dianggap satu-satunya hambatan perundingan damai.
  2. Israel memiliki daftar panjang target pembunuhan yang dianggap berbahaya bagi Israel baik dari kelompok perlawanan atau tokoh Arab yang memiliki bobot ilmiah dan pemikiran meski bukan dianggap ancaman. Namun ini tindakan prefentif Israel agar tidak menjadi ancaman bagi Israel di masa depan.
  3. Persiapan menembus keamanan dan kedaulatan negara lain tanpa peduli ekses diplomasi atau politik. Seperti terhadap Khalid Misyal di Jordania.
  4. Israel selalu memanfaatkan kondisi instabilitas keamana sebuah negara untuk melancarkan aksi pembunuhan. Misalnya di Libanon antara tahun 1970-an hingga 1980-an. Ini menjadi miliu ideal bagi Mossad untuk melakukan aksi ini. Selama rentang Israel melancarkan pembunuhan sebanyak 8 di Beirut di Roma 7 kasus Paris 8 kasus Cyprus 6 kasus dan Athena 4 kasus.
  5. Kelengahan sejumlah tokoh Arab dan Palestina yang menjadi target dimanfaatkan Mossad di luar negeri. Apalagi Mossad dikenal sangat lihai menembus prosedur keamanan negara-negara lain.

Di tengah situasi dunia yang menghormati kemanusiaan apa yang dilakukan Israel menumpahkan darah mereka yang diangap ancaman dan musuh mengharuskan negara-negara dunia terutama negara Arab untuk berhati dan tegas menyikapi ini dan memberikan sanksi tegas terhadap mereka yang terlibat. Keadilan harus ditegakkan. (bn-bsyr)

Short Url:

Coppied