Fri 9-May-2025

Jika Dahlan Menjabat Maka Abbas Telah Lama Menjabat

Selasa 20-April-2010

Dr. Ali Haji

Percaturan politik Fatah saat itu menunjukan pergerakan yang tidak biasa sementara para pemain politik sedang sibuk mempermainkan bidak caturnya ke sana dan kemari untuk segera mengakhiri permainan masalah Palestina dengan hasil akhir kepentingan Zionis dapat tercapai.

Dalam aturan permainan catur raja tidak boleh mati dan tidak boleh digantikan. Jika raja terkepung dikatakan padanya skak. Jika dia tidak bisa berpindah dan tidak bisa mengamankan rajanya maka permainan akan berakhir.

Akan tetapi semua itu tidak berlaku bagi “raja Fatah” dalam semua kondisi tidak ada baiknya. Ia juga mempunyai pengeculian dalam bidak catur. Karena permainannya tak kan berhenti. Raja Fatah bisa diganti dengan raja baru yang dapat mentahbiskan dirinya sebagai pembaharu. Ia dapat menyandera para pemain.

Menjelang santernya isu pengangkatan Dahlan sebagai wakil bagi raja Abbas (wakil Abbas dalam permainan bidak catur). Walau kedudukanya sebagai menteri tapi ia mempunyai kedudukan sangat kuat dan paling urgen dalam permainan politik Fatah. Namun bersamaan dengan memuncaknya obsesi para pengusung Dahlan untuk menjadi wakil Abbas namun tampaknya Abbas semakin mendekati skak. Ada sejumlah sinyalemen yang menunjukan permaianan akan segera berakhir.

Pertama: Merendahnya dukungan rakyat Palestina terhadap Abbas bahkan di kalangan gerakan Fatah sendiri. Apalagi setelah penolakan Abbas pada laporan Goldstone. Sementara aturan dalam permianan catur tidak boleh mengulangi langkah yang sudah dilakukan. Akan tetapi seperti yang saya katakan hal itu tidak berlaku bagi penguasa Fatah. Karena kapak ada di tangan Abbas.

Kedua: kebobrokan yang terungkap dari orang-orang sekeliling Mahmud Abbas. Membuat Abbas jadi bahan perolok-olokan. Kepala kantornya misalnya tersangkut masalah hakim agungnya pencuri harta anak yatim. Sementara itu anak Abbas sendiri terkenal sebagai pencuri jutaan dollar uang negara. Disamping ada kecurigaan bahwa Dahlan dan konconya Thairawi sangat berperan dalam penggelapan uang negara tersebut.

Ketiga: Salam Fayad (perdana menteri Ramallah) yang sering mengeluarkan keputusan yang bertentangan dengan PLO bahkan tidak peduli denganya.

Keempat: Mundurnya sejumlah negara internasional dan tidak mau menerima kunjungan Abbas. Padahal diantara negara tersebut ada yang selalu mengekor keputusan Amerika seperti Tunisia yang menolak beberapa kali rencana kunjungan Abbas.

Kelima: Kegagalan Abbas dalam meraih Hamas walau ia mendapat dukungan dunia internasional dan Arab. Disamping pengkhianatan dan pemberangusan terhadap gerakan Hamas di Tepi Barat. Bahkan ada kemunduran drastis dari para pendukungnya akibat keterpurukan ekonomi pada pemerintahan Fayad.

Keenam: Banyaknya lingkaran yang membenci Abbas di dalam tubuh Fatah sendiri akibat kebijakan Abbas yang salah terhadap mereka. Sebagai contoh Faruq Qudumi Abbas Zaki Munir Qaduh dan sejumlah kader Fatah lainya.

Ketujuh: Kegagalan Abbas dalam mencalonkan penggantinya Abu Maher Ganem akibat penolakan orang dalam di lingkungan komisi pusat PLO yang bersamaan dengan menyebarnya kaset video tentang kebobrokan Ganem di Tunisia dan Al-Jazair. Tampaknya Ganem mendapat pesaing berat Wafiq Husain yang juga berkompitisi dengan Ganem. Padahal Ganem ini hanya berpaut 2 tahun dari Abbas lebih muda Ganem. Masalahnya apakah ia akan didengan oleh Dahlan dan Thairawi atau tidak. Seperti sebuah judi Abbas di masa yang akan datang.

Delapan: Aksi Dahlan yang menghimpun tim loby di sejumlah negara dimana terdapat warga Palestina seperti Jordania Libanon dan negara-negara Teluk. Sejumlah tim loby itu membuat media masa sebagai corong Dahlan dalam mensosilisasikan dirinya. Bahkan pada satu kesempatan terakhir menurut sebagai koresponden Dahlan adalah wakil dari Ababs. Bahkan di Jenin dan Nablus para pendukung Dahlan memajang foster Dahlan yang bergendengan dengan Mahmud Abbas. Namun foto Dahlan tampak lebih besar daripada Abbas.

Sembilan: Sikap Amerika yang masa bodoh dengaan Abbas. Amerika belum beranjak dari sikapnya semula bahkan di beberapa kesempatan Amarika memberikan keluasan ada rivalnya (Zionis) untuk melanjutkan program penjajahan seperti perluasan permukiman dan yahudisasi Al-Quds. Hal mana Abbas menjadi semakin terpojok.

Terakhir sepuluh: Tampaknya di masa yang akan datang kita akan menyaksikan sejumlah konspirasi dan kemunduran-kemunduran. Seperti masalah Al-Quds dan devortasi warganya dan juga akan semakin terkuak sikap Abbas yang sangat loyal pada penjajahan yang tentunya butuh pada seorang raja yang kuat yang sangat dibutuhkan oleh Mahmud Abbas.

Pada pase yang akan datang kita akan menyaksikan penerapan solusi secara paksa akibat persaingan politik antara masing-masing kandidat pengganti Abbas antara Muhammad Dahlan dan Salam Fayadh. Namun keduanya antek Zionis yang bekerja untuk kepentingan Zionis dan Amerika. Kondisi ini membuat Israel bingung siapa sih yang harus dipilih dalam permain catur tadi. (asy)

Short Url:

Coppied