Wed 7-May-2025

Israel dan Kehilangan Arah Politik

Senin 10-November-2008

Yasin Izzuddin

Pasca mundurnya Olmert dari jabatan PM dan gagalnya Livni membentuk pemerintahan Israel baru dipastikan akan diselengarakan pemilu dini di Israel. Dalam sejumlah poling Israel kelompok kanan Israel pimpinan Netenyahu akan menjadi pemimpin Israel. Sementara pendukung Oslo berharap Livni menang sehingga bisa melanjutkan hubungan perdamaian dengan Palestina dan Arab. Bagaimana sesungguhnya gambaran politik ril Israel setelah ini.

hal itu tidak terlepas dari pandangan politik aliran di Israel terhadap masalah Palestina dan cara mereka berhubungan dengan rakyat Palestina. Bagaimana kelompok perlawanan Palestina memanfaatkan hal ini?

Latar belakang sejarah

Gagasan politik Israel muncul 150 lalu yang didasarkan kepada impian-imoian sejarah. Hingga akhirnya datang Hartezl menerjemahkan impian ini ke dalam dunia nyata. Konferensi pertama soal ini digelar tahun 1896. Dalam bukunya “negara yahudi” Hartezl mengungkapkan hubungannya dengan negara Arab di sekitarnya. Menurutnya mungkin didirikan negara dalam bentuk permukiman permukiman yang menghubungan dengan negara-negara besar. Ia yakin Arab akan menyambut baik pemukim Yahudi ini yang memiliki kemajuan teknologi.

Setelah kedatangan penjajah Inggris gagasan-gagasan Hartezl lebih berpengaruh di dalam biro-biro Yahudi dan gerakan zionisme. Hingga terjadi perpecahan gerakan zionisme awal tahun 1930an di tangan yahudi Belanda Vlandemir Zaev Gabonsky yang membentuk partai Hairot. Ia mengaku sebagai zionis yang meluruskan.

Gabonsky sendiri banyak terpengaruh dengan paham nasionalisme Fasis Eropa. Ia meminta agar mengusir warga Arab dan memboikot barang-barang Arab dan tidak memanfaatkan buruh Arab. Dalam buku terbarunya “tembok baru” Gabonsky menegaskan bahwa Palestina harus dihuni oleh mayoritas Yahudi. Dan bahwa Arab menurutnya tidak akan menerima negara Yahudi kecuali dengan kekuatan senjata. Meski Arab menerima dengan terpaksa negara Yahudi pengakuan itu hanya sementara dan suatu saat mereka akan melakukan revolusi. Karenanya menurut Gabonsky Arab harus selalu diserang dirikan tembok baja beton senjata sehingga mampu mengungkung Arab selamanya.

Sejak saati itu gerakan zionis terpecah menjadi dua. Antara kiri dari buruh yang memungkinkan bisa mengurung Arab dan menjajah mereka dengan cara-cara klasik dan aliran kanan nasionalisme yang yakin bahwa kekuatan militer adalah bahasa dialog satu-satunya yang mungkin dibangun dengan Arab. Gabonsky sendiri mati tahun 1941. namun pada pengikutnya mengikuti gagasan-gagasannya dan membentuk mafia-mafia Argon dan Alleihi yang dipimpin oleh Manahem Bagin dan Yitshak Shamer. Kejahatan mereka terbesar adalah pembantaian Deer Yasen tahun 1948.

Sementara David Ben Gorion pendiri sebenarnya ‘negara Israel’ meski ia terlibat persiangan politik dengan Gabonsky ia menerapkan rencana di perang 1948 yakni dengan menempatkan warga Yahudi di Palestina menjadi mayoritas. Akibatnya ribuan warga Palestina terbunuh dan 2/3 lagi diusir.

Partai Buruh memerintah Israel lebih dari 30 tahun. Sejak perang 1967 partai ini berusaha menerapkan gagasan “penjajahan liberal” yakni dengan membangun permukiman Israel memanfaatkan buruh Palestina dengan upah rendah memeras sumber saya alam.

Partai Buruh terus menikmati kemenangannya hingga partai Herot bentukan Gabnsky termasuk partai Likud menang dalam pemilu 1977 setelah melakukan koalisi dengan sejumlah partai. Kepercayaan terhadap Partai Buruh mulai luntur.

Partai Likud memanfaatkan keberadaannya di pemerintah dengan menerapkan infansi. Ia menginvasi Libanon tahun 1978 dan 1982. 18 tahun kemudian mereka terpaksa hengkang dari Libanon di masa Barack.

Dua Intifadhah dan pengaruhnya di pentas politik Israel

Namun perubahan politik Israel sejak Intifadhah meletus di Palestina tahun 1987 ketika “penjajahan liberal” Israel gagal. Perang antara Israel dan Palestina berpindah ke dalam wilayah Palestina. meletusnya Intifadhah ini diikuti oleh hancurnya system rasis di Afrika Selatan hancurnya Uni Soviet. Komandan Partai Buruh Israel kemudian menyimpulkan bahwa penjajahan klasik tidak lagi layak dipraktikkan terhadap Palestina. Simon Perez kemudian menelurkan gagasan Timur Tengah Baru dengan memberikan pemerintah otoritas terbatasan kepada Palestina (Kesepakatan Oslo). Ini digunakan jembatan untuk menembus dunia Arab dengan berbagai proyek ekonomi. Gagasan Perez ini didasarkan kepada prinsip bahwa “dana teluk Arab pekerja Mesir dan akal Yahudi”

Dengan proyek ini Israel ingin memberikan sejumlah kompensasi dan kompromi ‘seremonial’ untuk membonsai Arab dan menembusnya. Namun proyek ini tidak menarik bagi kelompok Kanan Israel yang ingin berpegang teguh kepada Gabonsky yang menolak dialog dengan Israel. Kekecewaan Likud bertambah dan akhirnya Yishak Rabin dibunuh.

Ehud Barack memerintah Israel tahun 1999 dengan gagasan menarik diri sepihak dari selatan Libanon. Barack yakin bisa memaksakan kesepakatan damai dengan Palestina. namun Intifadhah Al-Aqsha meletus tahun 2000. kelompok kiri Israel mengalami hantaman keras. demikianlah Partai Buruh jatuh di pemilu 2001. Dua intifadhah ini telah menghabisi gagasan politik kelompok kiri Israel.

Kadema: lahir dengan mati suri

Sharon menerima pemerintah tahun 2001 dan memiliki peluang membangun tembok baja. Ia berjanji memadamkan Intifadhah dalam waktu kurang dari 100 hari pemerintahanya. Namun ketegaran perlawanan menggagalkan ambisinya. Tahun 2004 Sharon menelurkan gagasan Barack untuk menarik diri dari Jalur Gaza. Langkah mundur dari ideology tembok baja. Alih-alih menyerang Arab Sharon memandang pentingnya Israel menarik diri dari pos-pos pertahanan. Sharon berjanji seperti halnya Perez ini sebagai penarikan terakhir.

Sharon menghadapi perlawanan keras di dalam dalam Likud karena langkahnya bertetangan dengan gagasan “Israel kekuatan penekan yang menakutkan”. Tembok rasial di Tepi Barat pun menghadapi penentangan dari kanan Israel karena dianggap sebagai ikatan bagi ekpansi negara Israel. Menurut mereka Palestina adalah milik Yahudi semunya.

Maka pilihan Sharon untuk memisahkan diri dari Likud dan membentuk Partai Kadema. Partai baru ini ingin lebih Israel bertahan dari pada menyerang. Sharon ingin pemerintah otoritas Palestina mengabisi perlawanan Palestina. ia ingin Palestina hancur oleh Palestina.

Namun perkiraan Sharon salah. Roket terus menyerang Israel setelah mereka menarik diri dari Jalur Gaza. Sesaat Sharon terkena kanker otak dan opname ia sempat menggebrak meja dan mengatakan kepada orang disekelilingnya “roket harus berhenti” karena ia mengira dengan menarik dari Jalur Gaza roket berhenti.

Olmert mewarisi Kadema dari Sharon dan ingin menerapkan teori “kami di sini dan mereka di sana” dan melakukan penarikan dari Tepi Barat ke balik tembok pemisah Israel. Namun tekanan besar dilakukan badan keamanan Israel yang meyakinkan bahwa prosentase aksi perlawanan Palestina di Tepi Barat mulai menurun drastic. Kemenangan Hamas dalam pemilu legislative mengakhiri rencana penarikan Israel dari Tepi Barat. Akhir serangan Israel adalah ke selatan Libanon dan Jalur Gaza.

Perang terus dilancarkan ke Gaza teori Sharon di atas menghadapi benturan keras pada saat perang Libanon II. Peluang kedikdayaan militer Israel sudah tidak dipercaya. Perang gagal perundingan gagal.

Olmert lari mengadposi rencana Amerika karena tidak ada alternative lain. Yakni rencana Dayton dimana keamanan Israel dijaga oleh sekutunya di Otoritas Palestina. Namun rencana mengalami benturan keras dari pejuang perlawanan di Gaza setelah Hamas menerapkan kebijakan ketegasan militer tahun 2007. harapan Olmert bisa diterapkan rencana itu di Tepi Barat.

Selain Tepi Barat Israel tidak memiliki rencana dan pandangan yang jelas. Baik soal Jalur Gaza Libanon atau bahkan wilaya Palestina jajahan 48. sementara Hizbullah di Libanon semakin memperkokoh persenjataannya. Demikian juga di Jalur Gaza berdasrkan pengakuan Israel blokade berpengaruh kepada segala sesuatu di sana kecuali persenjataan perlawanan.

Pasca pemilu mendatang

Pengamat politik menegaskan setelah partai Syahs kanan Israel sejak dipimpin Eili Yashe mengadopsi sikap-sikap kanan Israel dalam hubungannya dengan rakyat Palestina. partai ini di pemilu Israel mendatang akan memperoleh perinkat ketiga setelah Likud dan Kadema.

Berbeda dengan Kadema Likud menolak berinteraksi dengan pemerintah Abu Mazen karena dianggap pemerintah lemah dan tidak mampu komitmen terhadap Israel. Likud akan bekerja sepihak secara politik di Tepi Barat tanpa berkoordinasi dengan pemerintah Palestina di sana.

Namun demikian Likud akan melakukan perundingan seremonial dengan Otoritas Palestina karena tekanan Amerika.

Karenanya baik Kadema memerintah Israel kembali atau Likud tidak akan ada perubahan mendasar dalam politik Israel. Mungkin Netenyahu (Likud) akan melakukan serangan ke Jalur Gaza untuk menunjukkan kedigdayaan militernya. Namun jika melihat ancaman-ancaman mereka yang hanya sekedar bicara maka tidak sebenarnya militer Israel tidka memiliki kesiapan khusus untuk menjajah Jalur Gaza kembali.

Kesimpulan:

Perkembangan politik Israel dalam hubungannya dengan rakyat Palestina dan Arab terbagi dalam beberapa fase: fase gagasan penjajahan (koloni) klasik. Kemudian dikembangkan oleh Gabonsky dengan menggunakan kekuatan militer untuk memperluas koloni ke seluruh dunia Arab. Perez dan Rabin berusaha membuka kesepakatan politik untuk membukan penjajahan ekonomi dunia Arab. Namun Intifadhah Al-Aqsha datang untuk menjatuhkan aliran kiri Israel. System politik Israel memasuki fase try and error dan kehilangan persepsi.

Kini Israel berusaha menggunakan rencana Dayton di Tepi Barat. Perlawanan Palestina berhasil memaksa Israel masuk dalam kebingungan politik sebab tidak lagi memiliki perspeksi ke depan. Kekhawatiran ini diungkap oleh Martin Sherman guru besar ilmu politik di Universitas Tel Aviv dan mantan penasehat politik Shamir bahwa “antara sungai dan laut mungkin bisa dibangun kedaulatan Yahudi penuh atau kedaulatan Arab penuh. Sementara pihak penguasa adalah pihak yang memiliki kemauan dan tekad nasionalime yang lebih kuat dan pandangan politik yang jelas”

Bagaimana perlawanan Palestina memanfaatkan peluang ini:

1. Konsentrasi kepada penggagalan rencana Dayton di Tepi Barat dengan berbagai macan cara yang mungkin. Baik dengan eskalasi perlawanan melawan Israel di Tepi Barat atau dengan menyukseskan dialog nasional di Kairo atau lainnya. Jika berhasil ini maka Israel akan merugi.

2. Mewujudkan kemenangan militer terhadap Israel. Terutama dengan menjatuhkan akidah Israel “tembok besi” dan meyakinkan Israel bahwa kekahalan adalah bagian mereka. Sebab Israel selama ini masih menganggap kekalahan mereka di Libanon dan Gaza hanya sementara.

Jika perlawanan berhasil mencapai dua tujuan ini maka mereka akan bisa memindahkan fase ketersesatan (kebingunan) prespektif politik Israel ke fase hilangnya politik Israel. (bn-bsyr)

Short Url:

Coppied