Wed 7-May-2025

Israel Takut Bukan kepada Arab

Rabu 17-Desember-2008

Abdul Bari Athwan

Al-Quds Arabi London

Statemen Livni akan mengusir warga Palestina 48 semuanya jika Negara Palestina berdiri yang merupakan simpatinya kepada kelompok kanan ekstrim Yahudi adalah wujud ketakutan mendalam di kalangan internal masyarakat Israel. Statemen itu adalah wujud klimaks ketidapercayaan mereka terhadap kemampuan negaranya sendiri untuk bertahan sebab ada perubahan perimbangan di kawasan Timteng dan dunia.

Sejumlah perubahan kawasan Timteng dan inetrnasional yang mempengaruhi langsung atau tidak terhadap masa depan Negara Israel dan kemampuannya untuk bertahan adalah sebagai berikut:

Pertama Meningkatnya kemampuan militer di kawasan Arab. Bahaya yang dihadapi Israel sekarang dan masa mendatang bukan saja dari Negara-negara resmi Arab sebab kebanyakan mereka sudah menyerah dan sudah melakukan hubungan langsng dengan Israel dalam kesepakatan damai. Ancaman bagi Israel berasal dari organisasi-organisasi Jihad kecil atau besar seperti Hizbullah Jihad Islami gerakan Hamas Komite Perlawanan Rakyat Al-Qaedah. Militer Israel dengan kecanggihan senjatanya tidak siap dan tidak dilatih menghadapi organisasi-organisasi tersebut dan tidak siap menang melawan mereka perang dengan Libanon terbaru adalah contohnya.

Kedua solusi dunia Negara yang didukung Amerika sudah hancur. Sebab pihak di Palestina yang mendukung solusi perundingan ini sudah merugi dan popularitasnya di Palestina sudah jatuh. Sebab hingga akhir tahun ini janji berdirinya Negara Palestina merdeka seperti dijanjikan Bush tidak ada wujudnya. Warga Palestina kini terbagi menjadi dua kubu kubu moderat yang dulunya yakin dengan solusi dua Negara. Mereka kini condong kepada solusi satu Negara dunia bangsa. Pernyataan Ahmad Qorei sebagai bukti kecenderungan ini. Kubu kedua mereka meminta kemerdekaan penuh bagi Palestina. Kegagalan pemerintah Ramallah dan kegigihan gerakan Hamas dan hilangnya kesempatan dialog internal Palestina semakin memperkuat pilihan solusi ini.

Ketiga kegagalan pengaruh pemerintah resmi Arab di Palestina. Perlawanan Palestina sama sekali tidak mengandalkan dukungan Arab resmi baik materi atau militer. Hal yang sama berlaku bagi perlawanan Hizbullah. Lebih penting dari itu peran Mesir sebagai gerobak perdamaian Arab tidak lagi bertaji selama 10 tahun terakhir.

Keempat hegemoni Israel terhadap dunia barat dan pemanfaatannya untuk kepentingan mereka sudah mulai berkuran dengan cepat. Sebab pamor barat mulai pudar digiyang krisis keuangan dunia di satu sisi dan di sisi lain muncul kekuatan dunia baru seperti Brazil India Rusia dan Cina di sisi lainnya.

Dunia barat mulai sadar bahwa Israel bukan saja beban keamanan bagi mereka namun juga beban moral. Generasi-generasi barat baru terutama di Eropa tidak akan mau membawa dosa terhadap Yahudi karena pembantian Holocaust. Generasi baru barat mulai menyampaikan jatidiri mereka dalam pemilu legislative.

Kelima perang terhadap Afganistan dan Irak membuktikan bahwa strategi perang militer yang dulu berhasil kini tidak lagi bisa diandalkan dalam mengendalikan situasi Negara yang diserang untuk kepentingan penjajah. Bahkan sebaliknya berubah menjadi perang yang membebani penjajah. Setelah lima tahun perang atas Irak dan kerugian 700 milyar USD kini AS masih belum berdaya mewujudkan keamanan dan mengumumkan kemenangan. Setalah tujuh tahun perang terhadap Afaganistan gerakan Taliban masih menguadai lebih dari 70 wilayah Afganistan. Bahkan bisa mengancam pemerintah Pakistan. Sementara Al-Qaedah makin kuat dan menjadi ancaman serius setelah menemukan induk semangnya di Afganistan.

Keenam peran Iran di kawasan dengan dukungan teknologi militer yang semakin canggih ditambah koalisi Cina Rusia dan India kemudian kegagalan blokade ekonomi terhadap Iran tidak mampu memaksa Iran untuk meralat proyek nuklirnya.

Pengaruh Iran mulai meluas sehingga menjadi kepungan bagi Israel. Dari utara oleh Hizbullah dan Suriah dan selatan oleh gerakan-gerakan perlawanan dan Hamas.

Ketujuh citra Israel terguncang di dunia akibat pembantaian langsung atau tidak terhadap warga Palestina demi pembantian di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Seperti serangan di Hebron pagar blokade perluasan permukiman blokade pemiskinan termasuk penyetopan bahan bakar obat-obatan dan makanan. Ini bukan gambaran sebagai Negara demokrasi dan bukan sifat bangsa berperadaban yang merupakan citra umum Barat. karenanya 60 persen Eropa dalam polling menyatakan bahwa Israel mengancam stabilitas keamanan dunia dan menjadi sumber terorisme.

Pengalaman selama 60 tahun yang merupakan umur Negara Israel membuktikan bahwa semakin banyak ketakurtan dan kondisi kegelisahan di kalangan Israel maka semakin mereka menuju sikap ekstrim. Mereka memilih pemerintah kanan ekstrim yang mampu menciptakan perang ke wilayah-wilayah yang berbahaya. Inilah yang menafsirkan naiknya popularitas Benjamen Netenyahu dalam polling dan kemungkinan terbentuknya pemerintahan Israel masa mendatang dimana diperkirakan koalisi Likud yang dipimpinnya akan memperoleh 30 persen kursi di Knesset.

Netenyahu memastikan bahwa prioritas program pada dua hal pertama menggerus gerakan perlawan Palestina seperti Hamas dan Jihad Islami dan focus kepada “perdamaian ekonomi”. Kedua mencegah Iran memiliki senjata nuklir dan menghancurkan programnya dengan semua sarana yang ada.

Program ekstrim ini telah mendorong Livni untuk berbicara soal keinginannya mengusir warga Arab Palestina dari Israel ke Negara Palestina yang akan dibentuk. Artinya tragedy pengusiran tahun 48 akan terulang.

Kesimpulannya Israel yang menjadikan keamanan sebagai prioritasnya dan memahami perdamaian dengan Palestina harus meletakkan mereka sebagai penjaga Negara penjajah itu kini mereka (Israel) meras bahwa otoritas Abbas tidak mampu mewujudkan cita-cita tadi. Israel melihat ancaman Iran begitu serius dan tanpa di depan mata.

Tahun baru 2009 bisa jadi akan merupakan cerminan bagi ketakutan Israel. Mereka akan menyerang Jalur Gaza dan menghabisi pemerintah Hamas dan kekuatan roketnya yang terus berkembang atau mengutus pesawat-pesawat tempur ke Iran.

Benar Amerika yang masuk dalam dua perang yang gagal di Afganistan dan Irak akan mendukung Israel menyerang Iran. Namun kita meski ingat bahwa Israel pernah menghancurkan industri nuklir Irak tahun 1981 yang pada saat itu Irak menjadi koalisi AS. dan Israel melakukan dua perang ke Arab tahun 1956 dan 1967 tanpa koordinasi penuh dengan AS.

Perbedaan antara perang-perang Israel di masa lalu dan di masa mendatang adalah di masa lalu ia bisa menang. Namun di masa mendatang tidak. Kemenangan AS di Irak tidak menciptakan stabilitas. Juga di Afganistan. Dendam Iran sangat mungkin terhadap Israel dengan roket atau melalui Hizbullah. Inilah kenapa Ehud Barack selalu menebar ancaman ke Jalur Gaza namun belum terwujud hingga sekarang. (bn-bsyr)

Short Url:

Coppied