Dr. Isham Shawir
Intifadhah Al-Quds bukan proyek politik. Sehingga para politisi tidak mungkin memetik hasilnya. Sederdahanya ia adalah Intifadhah (perlawanan) rakyat yang sudah memasuki bulan ke-4 dan akan berlangsung terus dengan izin Allah karena tekad rakyat Palestina. Rakyat sudah memutuskan untuk mengubah realita pahit hidup di bawah penjajah Israel dan carut marutnya perpecahan (disintregasi) internal Palestina. Dengan pahlawan-pahlawan kecil dan besarnya dari bangsa Palestina yang merupakan bahan bakar Intifadhah ini mereka ingin memanfaatkan peluang emas ini. Mereka tidak mau kecolongan ada orang yang mau memetik hasil sepintas dari jihad dan pengorbanan ini.
Setelah meributkan soal istilah yang tepat apakah Intifadhah atau aksi massa jalanan yang berakhir dengan kesepakatan bahwa ini Intifadhah justru terbesar di banding dua Intifadhah sebelumnya mulai kita mendengar statemen aneh. Salah satunya seruan agar menghentikan aksi penumpahan darah.
Mereka yang menuntut gencatan senjata atau menghentikan Intifadhah silahkan mereka menuntut Israel menghentikan kejahatan-kejahatannya dalam membangun pemukiman illegal yahudisasi penistaan Al-Quds dan tempat suci di sana. Silahkan mereka menuntut politisi Palestina menjamin dan memberikan kehidupan yang layak dan harapan cerah bagi rakyat Palestina. Jika itu dipenuhi bisa jadi Intifadhah akan meredah. Mungkin pemuda-pemuda Palestina akan berfikir mencari cara khusus mengakhiri penjajahan Israel dan memberikan politisi Palestina mewujudkan cita-cita bangsa Palestina dan mewujudkan rekonsiliasi.
Ada pembicaraan soal usaha Palestina menggelar kembali konferensi perundingan. Ini artinya politik akan kembali kepada nol seperti tahun 1991. Rakyat Palestina akan semakin pesimis. Usaha seperti ini akan semakin mengobarkan api Intifadhah. Usaha perdamaian itu juga salah satu upaya politik memanfaatkan Intifadaha. (at/infopalestina)