Dr. Yusuf Kamel Ibraheem
Pembicaraan kemungkinan meletusnya perang baru di kawasan Timur Tengah sudah menjadi consensus di antara para pakar peneliti dan media penentu kebijakan. Masalahnya hanya masalah waktu yang tidak mungkin diprediksi. Harian Times Amerika menyebutkan kebanyakan warga Israel meyakini bahwa perang baru dengan Hizbullah sudah menjadi barang pasti dengan kemungkinan melibatkan Suriah. Sementara pengamat militer mengkhawatirkan perang semakin runcing karena muncul Jalur Gaza sebagai entitas baru yang dikuasai Hamas layaknya Hizbullah di sayap kanan Israel.
Mesir bergabung dalam negara-negara yang bersiap akan perubahan di kawasan Timteng dari sisi keamanan dan militer. Harian Yediot Aharonot Israel menyebutkan maneuver militer besar selama lima hari yang berakhir di gurun Sinai sudah dilakukan oleh pasukan darat dan udara militer Mesir. Di sela-sela itu mereka melakukan maneuver fiktif untuk melalui terusan Suwez seperti yang pernah terjadi di perang Oktober 1973.
Harian ini menyebutkan bahwa kantor berita resmi Mesir menyatakan kemarin pihaknya sudah menyelesaikan maneuvernya yang dipimpin oleh Menhan Mesir Husain Thantawi. Mereka menegaskan berdasarkan laporan-laporan maneuver itu melibatkan pesawat tempur dan heli tempur untuk menrunkan pasukan pasukan terjun payung dan pasukan tank.
Harian menambahkan sebutan bagi maneuver itu adalah “10 Ramadhan” yang merupakan nama di Mesir untuk perang Oktober. Maneuver terakhir yang dilakukan Mesir untuk melalui terusan Suwez dilakukan di akhir tahun 2002.
Sudah jelas bahwa nama maneuver itu memiliki indikasi jelas. Ia sebagai misi politik dan militer. 10 Ramadhan adalah momen kemenangan pasukan Mesir terhadap pasukan Israel. Momen kemenangan non klasik Mesir dalam menyerang garis benteng Barlive. Seakan misi dari maneuver itu adalah jika perang meletus di kawasan Timur Tengah maka pasukan Mesir siap penuh mewujudkan kemenangan non klasik. Dan Mesir tidak akan tinggal diam jika meletus perang. Para pakar strategi menyebutkan pasukan Mesir melakukan maneuver berdasarkan sejumlah sekenario pertama menghentikan perdamaian dengan Israel dan kedua menginvasi pasukan Israel di Sinai jika mereka menyerang target di Mesir.
Harian tersebut menilai bahwa maneuver itu memicu Israel – di satu sisi – untuk mengakui sebuah hakikat bahwa pilihan Mesir untuk invasi masih ada. Mengutip sumber keamanan penting Israel bahwa meski pembicaraan ini bukan masalah ril namun sejumlah perubahan seperti suksesi di Mesir dan naiknya hukum Islam ‘ekstrim’ akan berlangung cepat. Semua itu Israel haris mengambil keputusan militer di masa mendatang.
Dari penjelasan di atas tegaslah bahwa semua indikasi di kawasan Timur Tengah sudah bersiap-siap memasuki format baru di kawasan ini. Indikasi politik keamanan militer laprangan menunjukkan bahwa perang itu melibatkan semua pihak. Suriah sudah menghimpun kekuatannya dan mendekati perbatasan. Laporan Israel menegaskan bahwa Suriah menyebar 200 meriam tercanggih untuk roket darat – udara di perbatasannya dengan Israel. Laporan menyebutkan penempatan pasukan itu adalah terbesar yang pernah terjadi di dunia. Israel sendiri menghadapi pukulan dari perlengkapan militer yang dimiliki Suriah. Elit militer Israel meyakini bahwa Hizbullah kembali menghimpun simpanan roket jangka pendeknya dari Suriah dan Iran di perbatasan dengan Israel. perbatasan Libanon masih mengalami ketegangan meski lebih dari 13 ribu pasukan penjaga perdamaian milik PBB UNIFIL menjaga Hizbullah untuk kembali membangun pos-pos militer di kawasan perang. Pada saat yang sama Israel tidak mampu melakukan apa-apa terhadap Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Israel hanya bisa mengembargo yang sewaktu-waktu bisa hancur.
Jika demikian maka kita bisa membaca kemana perubahan geopolitik di kawasan Timteng? Namun kapan akan terjadi? Biarkan waktu ke depan menjawabnya. (bn-bsyr)