Sun 11-May-2025

Hamas Hadapi Tiga Blok

Rabu 12-Januari-2011

Ir. Ibrahim Ghaushah

Terutam di tahun 2010 blokade yang dihadapi Hamas mengkristal menjadi tiga blok:

1. Blok Jalur Gaza

Sebagian pengamat politik menilai pemerintah Netanyahu disibukkan dengan hasil-hasil kegagalan perundingan dengan Abbas akibat ngototnya PM Israel berhaluan kanan dalam menolak pembekuan perundingan dan hubungan dengan Obama di paruh kedua periode pemerintahannya sibuk dengan hasil agresi Gaza dua tahun sibuk menghadapi Turki dalam kasus serangan terhadap Freedom Flotilla 31 Mei 2010 lalu problemnya dengan Menlunya Lieberman belakangan dan menjelang pergantian Panglima Perang Israel Eskanazi kepala Mossad Dagan dan kepala Shabak “Shinbet” Daskin dan kepala Intelijen Militer Yadlin dan lain-lain yang bisa jadi akan ada gelaran agresi baru ke Jalur Gaza dalam rangka menaikkan raport mereka sebagai bukti pembela yahudi ekstrim.

Sebagian pengamat politik menilai bahwa agresi “Cast Lide” Israel 2008 ke Jalur Gaza tidak berhasil mewujudkan taergetnya dalam menghabisi Hamas di Jalur Gaza sehingga masih membutuhkan untuk menggelar aksi “Cast Lide” jilid II. Saat itu Hamas masih tegar dan Brigade Izzuddin Al-Qassam mempersenjatai diri dengan senjata yang belakangan terungkap mampu meruntuhkan tank Mirkava 3 dengan roket Cornet dan roket jarah jauh. Sebagian roket itu melesat hingga kota Eskolan yang jatuh dekat sekolah TK seperti yang dilansir oleh media-media Israel. Selain itu kopral Gilad Shalit kini sudah memasuki tahun kelima ditawan Al-Qassam yang ini membuat Israel terpojok.

Apapun Hamas harus waspada tentu bersama semua faksi perlawanan jika sewaktu-waktu menghadapi agresi Israel ke Jalur Gaza kembali atau pembantian terhadap tokoh militer dan politik Hamas. Hamas juga harus waspada atas serangan dadakan Israel seperti yang pernah terjadi pada 27 Desember 2007 yang menewaskan 250 komandan dan polisinya dalam tiga menit saja.

Ini sebenarnya yang dilakukan sebab tidak ada makna bagi peringatan Hamas ke 23 atau pemilu legislatif Palestina atau pembentukan pemerintahan selama masih berada dalam bayang-bayang penjajah Israel.

2. Blok Al-Quds dan Tepi Barat

Meski situasi dan konsisi sulit di Tepi Barat dan Al-Quds karena penjajahan Israel dan pemukiman yahudi yang begitu ganas bak kanker disertai dengan kerjasama mereka dengan Otoritas “Oslo” secara penuh dalam mengeringkan sumber-sumber perlawanan bersenjata dan perlawanan rakyat yang luas namun Hamas harus tetap bekerja meski – itu dianggap mustahil – untuk mempertahankan akar perlawanan di Tepi Barat dan Al-Quds.

Yang paling menonjol adalah operasi serangan Hebron pada 31 Agustus 2010 yang dipimpin oleh pejuang Natasyah dan Al-Karmi pada 6 Mei 2008 pimpinan Abu Dahim. Demikian juga aksi Gerakan islam di Al-Quds pimpinan Syekh Raid Shalah yang menjadi kekuatan inti dalam menghadang yahudisasi Al-Aqsha dan Al-Quds juga menghadang Israel di Al-Quds Kuno (kota Lama) dan perkampungan Al-Quds di sekitarnya seperti Silwan Raas Amud Isawiyah Syekh Jarrah Mukabbir Suwar Bahe Wadi Jooz Betshafafa dan lain-lain. Sampai-sampai pasukan Israel menangkap bocah 15 tahun pada tahun kemarin 2010 karena dianggap sebagai “dinamo” Intifadhah.

3. Blok Otoritas Abbas di Tepi Barat

Akibat kesepakatan keamanan antara Otoritas Abbas dan penjajah Israel hingga berujung pada penangkapan lebih dari 3000 kader Hamas di tahun 2010 di Tepi Barat separuhnya adalah eks tawanan dan sekitar 1000 kader Hamas di penjara intelijen dan keamanan Palestina di Tepi Barat. Ini semua dilakukan dalam satu rangkaian koordinasi keamanan dengan komandan dan jenderal Israel Amerika dan Eropa terutama Dayton kemudian Muller. Kini sudah dibentuk sekitar 10 batalion Palestina baru yang siap memerangi kelompok perlawanan dengan cara yang sangat intimidasi dan teror.

Pemadaman nafas setiap pejuang perlawanan juga dilakukan di lembaga sosial pemerintah daerah perguruan tinggi masjid-masjid lembaga zakat dan lain-lain. Belakangan enam tapol Hamas yang ditahan sejak 2009 dan 2008 menggelar mogok makan setelah Mahkamah Tinggi Palestina mengeluarkan vonis bebas namun tidak diterapkan oleh milisi Abbas. Mereka menggelar itu setelah mendapat siksaan keras. Setelah mogok mereka dibebaskan namun ditangkap lagi oleh Israel. Disamping itu milisi Abbas juga menangkap wanita Palestina seperti Tamam Abu Suud Maha Asyatih Mervat Shabri.

Sikap otoritas Abbas ini hampir membuat Hamas memutuskan untuk menghentikan pertemuan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah. “Hamas menolak pemanfaatan pertemuan rekonsiliasi sebagai legitimasi penangkapan politik dan penyiksaan” tegas Izzat Rasyq.

Langkah Hamas ini menurut penulis sah-sah saja. Sebab gap Hamas dan Fatah sulit dijembatani. Hamas berpegang teguh dengan semua wilayah Palestina Al-Quds kembalinya pengungsi Palestina semuanya ke tanah air mereka di wilayah jajahan 1948 berpegang dengan kaidah perlawanan jihad untuk membebaskan tanah air Palestina yang sudah dimulai bangsa Palestina sejak 100 tahun lalu menolak mengakui Israel menolak membangun kembali PLO berdasarkan demokrasi Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza serta jajahan 48.

Sementara Fatah (bukan Fatah era 1965) ia lepas tangan dari 78% wilayah Palestina (yang dikangkangi Israel) dari Al-Quds Barat dari hak kembali pengungsi Palestina dan menjadikan kesepakatan Jenewa dan prakarsa Arab sebagai ganti pedomannya menolak perlawanan meski dengan batu mengganggap perundingan sebagai jalan membangun negara meski dikelilingi tembok rasis Israel berpegang dengan kesepakatan Oslo mendominasi PLO sebagai mainan di tangannya serta menjadikan anggota DPP Fatah saat ini dari kader yang terlibat dalam pemusnahan elit Hamas di tahun 90-an seperti Yahya Ayyash Muhyiddin Syarif Adil Emad Iwadullah Kamal Kahil dan lain-lain.

Gap besar antara dua faksi dalam pandangan politik program politik tindakan di lapangan membuat sebagian besar kita putus asa dan mustahil akan keberhasilan rekonsiliasi nasional atau persatuan nasional antara kedua pihak. (bsyr)

Short Url:

Coppied