Thu 8-May-2025

Hamas – Fatah dan Upaya Gagal Rekonsiliasi Kenapa?

Rabu 22-Juni-2016

Banyak peristiwa di negara-negara Arab yang patut disoroti.Namun hanya sebagian yang perlu dianalisis mendalam dan sungguh-sungguh.

Kunjungan pangeran Muhammad bin Salman Menteri PertahananSaudi ke Washington barang kali patut disoroti. Namun peristiwa Falujah dan apayang terjadi di Irak adalah penting yang membutuhkan diskusi mendalam danserius. Atau penarikan/rencana penarikan Emirat Arab dari koalisi Arab pimpinanKerajaan Arab Saudi juga membutuhkan analisis dan dampaknya jangka panjang ataupendek terhadap Negara-negara Kerjasama Arab dan masa depan kawasan.

Belum lagi bicara Yaman dan Suriah yang tercabik-cabik olehrezim Asad dan sekutunya dari Rusia dan Persia (Iran) dan milisi-milisisectarian. Demikian halnya Libia Aljazair Tunis yang banyak khawatir gagaldalam pengalaman politiknya. Dan &hellipdan &hellip Negeri Arab saat ini benar-benar beradadalam lautan musibah dan bencana yang membutuhkan ahli fikir untuk menemukanjalan keluar dari badai besar ini.

Saya mencoba menyentuh salah satu sisi persoalan bangsa Arabyakni Otoritas Palestina. inilah Otoritas yang di eranya Israel makinmeluaskan wilayah jajahannya di Palestina. Di era Otoritas Palestina inijumlah tawanan Palestina di penjara Israel makin banyak dan Tepi Barat makinajang empuk bagi pasukan Israel untuk memburu mengejar dan menangkapi wargapemuda-pemuda Tepi Barat di depan mata pasukan keamanan Otoritas Palestinahanya hanya diam tak mampu membela mereka. Di era Otoritas ini juga aksi penggusuranrumah yang dilakukan Israel terhadap rumah-rumah warga Palestina. lantas apakewajiban dan tugas Otoritas ini sebenarnya yang seharusnya menjaga danmelindungi warganya dan asset mereka?

Di tahun 2006 digelar pemilu legislative Palestina di Tepi Baratdan Jalur Gaza. Ini pemilu pertama yang diikuti Hamas. Partai (gerakan) Hamasmenang telak dan mendapatkan kursi mayoritas di parlemen Palestina. Namunsayang tokoh Fatah Muhammad Dahlan menegaskan &ldquoAib jika Fatah menerima danikut dalam pemerintah yang dipimpin Hamas.&rdquo Ahmad Qurai elit Fatah yang jugaperunding Oslo mengatakan live di televise dengan nada marah &ldquoBiar kita lihataja mereka mampu berbuat apa?&rdquo artinya apakah Hamas mampu memerintah TepiBarat dan Jalur Gaza.

Otoritas keamana di Gaza yang dipimpin Muhammad Dahlan dandidukung oleh elit Fatah menolak bekerjasama dengan pemerintah di Gaza yangdisumpah jabatan di depan presiden Abbas. Ketegangan keamanan dan pembantaiansemakin banyak. Sehingga Mendagri membentuk kekuatan keamanan pendukung yangdisebut &ldquoPasukan Eksekutif&rdquo. Namun pasukan keamanan di bawah Fatah terbenturdengan pasukan baru itu.

Pembunuhan dan kericuhan keamanan semakin meningkat. Tiba diGaza mantan PM Syekh Hamd bin Jasim Aali Tsani (Qatar) untuk menciptakanformat solusi perbedaan antara Fatah dan Hamas dan menjaga keamanan di wilayahOtoritas Palestina. Namun mediasi Qatar ini tak berhasil. Saudi turun tangandan mengungdang semua pihak di Palestina untuk datang ke Makah yang disebutdengan Rekonsiliasi Damai Makah Februari 2007. Setelah itu dibentuk PemerintahPersatuan Nasional. Namun usaha ini gagal sebab ada sikap ngotot tidak menerimaHamas dari Israel Otoritas Palestina yang dipimpin Fatah.

&nbsp

Upaya rekonsiliasi terakhir dilakukan di Doha 15 Juni lalu(2016 ini) selain masalah lain juga dibahas soal pegawai Jalur Gaza yangdiangkat oleh pemerintah terpilih (pemerintah Haniyah) sebab pihak pegawai dariFatah di sana menolak bergabung baik pegawai keamanan atau sipil. Namunpembicaraan di Doha gagal lagi. Pemerintah Persatuan Palestina yang dibentukbelakangan menolak mengakui pegawai pemerintah di Gaza selama Hamas tidakmenyerahkan semua keputusan kepada Abbas. Dengan kata lain semua pegawai (dariFatah) harus kembali menerima gaji mereka meski mereka hanya di rumah tanpamenjalankan tugas mereka. Termasuk guru hakim dan dokter dan lainnya. Hamasdiharusnya bertanggungjawab secara dana memberikan gaji pegawai pemerintahmereka bentuk. Sebab pemerintah Otoritas tak berkewajiban membayar mereka.Sekarang masuk akalkah para pegawai selama 10 tahun bekerja namun Abbas begitusaja menghapus mereka dengan satu coret pulpen.

Pertanyaannya jika kader Fatahmenolak bekerja di pemerintah saat dipimpin Hamas dengan intruksi dari Abbasbukankah hak pemerintah bentukan Hamas menggantikan mereka? Semua pihakmengakui bahwa kejahatan di Jalur Gaza dengan berbagai jenisnya kini sudah hilangsaat keamanan Otoritas Abbas berakhir dan beralih. Keamanan di Gaza lebihkondusif. Layanan kesehatan dan pendidikan di Gaza juga cukup baik meski dengandana minim sejak Hamas mengendalikan pemerintahan.

Kini pimpinan Fatah terbelah di Amman Riyad dan Doha. AntaraAbbas Ahmad Azzam dan lainnya.

Terakhir Mesir menolak rekonsiliasi di Doha. Israel menolakkontak Abbas dan timnya dengan Hamas. Abbas tidak peduli dengan rekonsiliasidengan Gaza sebab dia yang memetik hasil perpecahan ini. (at/Asy-SyarqQatar/melayu.palinfo.com)

Short Url:

Coppied