Gaza menderita. Bukan hanyakarena dan oleh Israel namun juga akibat dari kelompok penganut madzhab Osloyang masih hidup dalam awang-awang dan ilusi masa depan yang hanya mendalkanjanji dan janji kosong serta statemen abadi tak ada alternatif selainperundingan kecuali perundingan. Maka Gaza pun diblokade dengan pedang &ldquosanksimassal&rdquo dengan alasan perpecahan yang sesungguhnya yang paling bertanggungjawabadalah Mahmud Abbas dan Muhammad Dahlan karena perilaku politik dan keamananmereka yang buruk usai kekalahan mereka dalam pileg Palestina tahun 2006.
Kemarin mereka adalah teman.Keduanya berpisah dan pecah karena ada permusuhan karena hal-hal sepele dankecil terutama karena usaha Dahlan melanjutkan kepemimpinan menggantikan MahmudAbbas dengan dukungan Mesir dan Emirat secara langsung. Bagi Mahmud Abbas inipenghinaan dan tindakan menantang secara pribadi. Alih-alih mendekati Hamasyang ambisius mewujudkan rekonsiliasi nasional menghadapi Dahlan &ndash yang sekalilagi didukung Mesir dan Emirat – justru Abbas mengekang Jalur Gaza denganmemotong gaji pegawainya di sana dan jatah para syuhada dan tawanan serta menyetoppemberian surat rujukan medis dan meminta kepada Israel penjajah mengurangisuplai listrik. Abbas mengira itu akan bisa menolongnya di depan presidenAmerika Trump agar bisa menghidupkan kembali perundingan yang sudah mati sejakApril 2014.
Arogansi dan kekakuan politiksudah menjadi sifat melekat dalam presiden Mahmud Abbas. Lawan bebuyutannyaMuhammad Dahlan memanfaatkan &ndash dengan sponsor Mesir &ndash untuk maju menuju JalurGaza sebagai pihak yang mampu membantu menembus blokade dengan kesepahaman yangdibangun dengan Israel sebagai teman lama. Ditambah lagi jaringan pengaman danamelalui Saudi dan Emirat.
Dengan latar belakang sepertiitu terjadi pertemuan antara Hamas di Gaza yang dipimpin Yahya Sinwar denganMuhammad Dahlan dan timnya di Kairo untuk membahas peluang kerjasama membukablokade atau menguranginya.
Pertemuan itu dengan segaladetilnya tidak mudah digelar dalam lembaga-lembaga Hamas yang menyikapi inidengan sangat hati-hati dan sensitive tingkat tinggi karena bersama sosokseperti Muhammad Dahlan pihak yang pernah bertanggungjawab di belakang&ldquopembelotan keamanan bersenjata&rdquo terhadap pemerintah Haniyah tahun 2007. Akibatitu ada implikasi diskusi dan perbedaan tajam dalam internal Hamas soalmanfaat pertemuan dan timingnya dengan Dahlan. Pada saat yang sama SaudiEmirat dan Mesir memboikot Qatar pendulung kemanusiaan terbesar di Jalur Gazadan yang menampung sebagian elit politik Hamas.
Melihat statemen elit Hamas didalam dan luar negeri ada dua pendapat bertolak belakang dalam hal ini
1.      Sebagian melihat bahwaHamas di Gaza menghadapi bencana situasi kemanusiaan di tengah pilihan yangsangat berbatas atau bahkan tidak ada pilihan dalam waktu dekat. Khususnyasemakin meningkatnya kampanye anti Islam Politik yang dipimpin Amerika. Makaperjanjian dengan Dahlan selain akan menjaga dari usaha membidik Gaza &ndash meskihanya sementara – ia juga peluang menembus blokade dengan suplai listrikdukungan dana dan logistic membuka perlintasan Rafah bagi lalu lintas manusiadan pertukaran perdagangan tanpa syarat politik atau tanpa menyentuh senjataperlawanan.
Dengan kompensasi Dahlan diberikan hak kembali ke Jalur Gaza melakukanaktivitas sebagai pimpinan Palestina sebagai patner politik melaluikesepahaman. Mereka berpendapat bahwa Muhammad Dahlan tidak seburuk MahmudAbbas yang meningkari seluruh usaha rekonsiliasi naisonal melalui denganmelakukan pembiaran dan provokasi terhadap Gaza.
Sebagian kelompok di Hamas ini melihat &ndash meyakinkan kecurigaan terhadap niatDahlan dan pendukungnya dari negara-negara Arab &ndash bahwa Hamas di Gaza memilikikekuatan militer dan keamanan yang bisa menjaganya dari pembelotan MuhammadDahlan seperti kebijakan militer di tahun 2007.
2.      Sebagian kelompok di Hamas melihatbahwa barter dan perjanjian dengan Dahlan akan membuka peluang bagi sosok ini untukmenerobos dan menembus Jalur Gaza secara politik keamanan dan ekonomikemudian menguasai secara bertahap. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkansituasi internal menjalankan agenda politik di kawasan yang dikendalikan MesirSaudi dan Emirat dengan mengorbankan Palestina. bahkan mereka dicurigai akanmeminta perlindungan Amerika melalui gerbang Israel jika terjadi chaos internaldan konflik regional.
Kelompok di internal Hamas ini melihat bahwa tidak mungkin masuk akalQatar diserang dengan alasan mendukung Hamas. Langkah mereka harus dicurigaisebab pada saat mereka menekan Qatar tapi justru menolong Hamas di Gaza. Timingperjanjian Dahlan dengan sponsor Mesir Saudi dan Emirat memberikan indikasikemauan negara-negara itu mengisolasi Hamas dari Qatar agar Qatar mudahdibidik. Di fase selanjutnya Hamas akan dihalangi dari jaringan persahabatandi kawasan.
Sudah tentu masing-masing pendapat memiliki alasan apalagi di tengahketerbatasan opsi dan pilihan dan sulitnya kondisi Gaza Palestina dan jugakompleksitas persoalan kawasan Arab.
Sejumlah hal yang menjadi catatan:
1.       Agenda politik Hamas ditolak oleh poros &ldquoArab moderat&rdquo (porosSaudi). Meski Hamas menunjukkan diri sebagai moderat melalui dokumen politikdan kerjasamanya dengan Mesir untuk mengendalikan perbatasan dengan Sinaistrategi dan sikap negara-negara Arab itu (Saudi Emirat dan MEsir) danpermusuhannya dnegan Hamas dan perlawanan tidak akan berubah. Kecuali bilaHamas mengubah sikap dengan menerima syarat-syarat Tim Kuartet dan berkamuflasibersama Prakarsa Perdamaian Arab (prakarsa Saudi di KTT Beirut 2002). Jika yangterakhir ini terjadi Hamas hanya tinggal sejarah dan kenangan.
2.       Sikap &ldquoArab Moderat&rdquo jelas memusuhi &ldquoIslam Politik&rdquo karenadianggap bahaya eksistensi &ndash menurut sangkaan mereka yang terdepan adalahIkhwanul Muslimin sebagai pondasi sejarah Hamas dan Menlu Saudi Adil Jabil yangmenyatakan bahwa Qatar harus berhenti mendukung Hamas dan IM memberikanindikator jelas bahwa saat ini adalah fase penentuan.
3.       Hamas sebagaimana membutuhkan sumber dukungan agar tidak mudahdicekik oleh pihak sana sini gerakan ini juga perlu membangun hubungan positifdengan negara-negara kawasan Arab dan Islam secara berimbang dan mendalam agarisu Palestina tetap terjaga. Yang menjadi prioritas di sini adalah memperkuathubungan strategi dengan negara-negara dan semua pihak yang masih mendukungHamas meski Arab Moderat lain memutusnya. Dari sini bisa dikatakan Hamas dibanding masa sebelumnya membutukan bangunan hubungan dengan semua komponentermasuk dengan poros yang selama ini dikenal dengan &ldquoperlawanan dan kontra&rdquoselain Turki Qatar untuk menghadapi bahaya yang ada datang yang diusung olehWashington yang bekerjasama dengan Saudi Emirat Mesir yang ingin mengenyahkanIslam Politik.
Jika sebagian diHamas menilai bahwa mendekati Dahlan hanya langkah taktik yang bisa membukablokade Gaza namun kesalahan besar adalah mendahulukan sesuatu taktik daripadastrategi. Apapun taktiknya itu tak boleh bertentangan dengan strategi. Ini timbangansensitive yang harus melihat hauh ke depan terutama di kawasan yang terusberubah dan mengalami kerusuhan. (at/pip)