Pekan lalu warga Jalur Gaza terbangun didepan sebuah gambar/tayangan macan tutul yang pernah mereka pindahkan darikebun binatang di Jalur Gaza selatan ke Afrika Utara. Macan itu sudah kembali aktif dan beratbadannya telah pulih setelah sebelumnya menjadi seonggok jasad binatang hampirmati yang saat itu tersebar di jejaring sosial yang heran atau kaget ataukhawatir atau senang karena akhirnya mendapatkan &ldquokebebasan&rdquo dari penjara besarbernama Gaza.
Atau marahkepada dunia ini yang rela menyelamatkan seekor binatang dengan jarak tempuh ribuankilometer. Namun mereka meninggalkan bangsa sejumlah 2 juta manusia tersanderadi dalam perbatasan geografis yang digerus oleh kemiskinan dan pengangguran. Merekadisanksi dan dihukum selama 10 tahun &ndash dan kemungkinan berlanjut &ndash oleh blokadedan agresi selama tiga kali dalam kurun kurang dari 6 tahun. Dan kini bekas danimbas perang memilukan itu masih terlihat dan dirasakan dengan keras.
Sungguhpun demikianmasyarakat internasional yang berjanjimemberikan milyaran dolar untuk rekontruksi Jalur Gaza tak segera memenuhijanjinya. Namun mereka menempuh ratusan kilomter untuk menyelamatkan seekorhewan karena lelah oleh blokade. Padahal setiap hari di jejaring sosial terpostinggambar dan video anak-anak di Gaza yang merintih dan menuntut hak mereka untukberobat ke luar negeri karena RS dan fasilitas kesehatan tidak ada di sana. Namunmereka dihalangi perbatasan. Tak jarang mereka harus mengkhiri hidupnya sebelumada satu saja orang bisa menyelamatkan mereka.
Ada juga seorang tuarenta yang berjuang mendaftarkan anak perempuannya untuk menemuhi suaminya diluar negeri. Ada juga pelajar yang berjuang bisa keluar Jalur Gaza  untuk mengambil bea siswanya setelah menunggusetahun penuh. Namun ia tak berhasil. Ia berjuang lagi mendapat bea siswa namungagal lagi untuk bisa keluar. Bahkan ia mendaftar untuk bea siswa ketiga namun jugagagal lagi. Itulah potret derita akibat blokade Jalur Gaza.
Lembaga-lembaga hak hewandan tim medis setelah pemerintah-pemerintah berkepentingan mendengar ada macantutul di Jalur Gaza  yang harusdiselamatkan. Pihak Israel membuka perlintasan Erez dan menjalankannya kebandara udaranya hingga sampai di Afrika Selatan. Namun suara jerita 2 jutamanusia di Jalur Gaza  tidak didengar. Padahal80% warga di Jalur Gaza  mengandalkanbantuan. Masyarakat internasional tak mendengar suara pasukan kanker dimanafaslitas pengobatan di Jalur Gaza  tidakmemadai. Mereka tak medengar suara derita pasien ginjal yang tidak ada alatcuci darah di Jalur Gaza. Tak mendengar suara kaum miskin yang tinggal di rumahkardus dan bedeng tak layak huni yang dijemur matahari di musim panas dandibekukan oleh suhu dingin di musim dingin.
Kekesalan dan kemurkaanwarga Jalur Gaza pesimistis pemudanya akan menimbulkan dampak berbahaya. JalurGaza  akan meledak dan itu tidak diinginkanoleh siapapu. Keadilan tidak ada lagi di sana. Hak pun diabaikan begitu saja. Harusnyaisu hak asasi manusia didahulukan dari isu teroris.
Mesir memang memberikankemudahan belakangan ini selama beberapa hari melalui Rafah. Namun langkah itu tidakcukup. Perlu lompatan besar sesuai dengan deklarasi piagam kemanusiaaninternasional. Termasuk terakhir terkait janji rekontruksi Gaza dan rekonsiliasinasional.
Tulisan di atas darisaya namun isinya merupakan kandungan dari surat yang saya terima dari emailseorang aktivis Palestina yang tinggal di Gaza Muhammad Yunus Hasanah. (Asy-SyarqQatar/at/pip)