Dr. Naji Shadiq Sharab
Dari statemen sejumlah pejabat Israel bisa disimpulan bahwa opsi perang ke Gaza sangat terbuka dalam waktu dekat. Israel sedang mempersiapkannya.
Selama ini Israel sudah tiga kali menggelar perang besar ke Gaza. Tujuan Israel dalam setiap peperangan tidak berubah dari perang satu ke perang lainnya. Tujuan utama adalah agar Gaza terpisah dan jauh dari wilayah keseluruhan Palestina. Tujuan ini tak menghalangi adanya kelompok perlawanan dan Hamas sebagai kekuatan penguasa atau membuat hubungan gencatan senjata jangka panjang.
Kedua Israel ingin memancing Hamas terlibat dalam proses politik dan memberikan pilihan opsi antara jalan kekuasaan politik dan perlawanan pada pilihan terakhir.
Di antara tujuan Israel dalam perang Gaza adalah membiarkan wilayah ini tetap lemah dan bergantung kepada Israel dalam setiap kebutuhan dan ekonomi. Karena itu tujuan Israel dalam setiap peperangan adalah menghancurkan infra struktur Gaza sehingga harus bergantung selamanya kepada Israel.
Pada akhirnya Israel mengaitkan antara rekontruksi Gaza dengan pelucutan senjata kelompok perlawanan di sana yang dianggap sebagai ancaman.
Bisa jadi tujuan akhir perang ini juga adalah menghancurkan negara Palestina jika nantinya berdiri resmi dan membersihkannya dari segala penopang kemerdekaan.
Dengan terus menerus ditekan Israel ingin perlawanan di Gaza tidak berkembang atau memperoleh senjata canggih dan mengancap Israel. Israel ingin perlawanan di Gaza berada dalam kendali militer mereka melalui aksi penghancuran dan penghancuran serta blockade.
Jika demikian kelompok perlawanan Palestina tidak memiliki pilihan. Lantas seperti apa perang yang diinginkan Hamas dan perlawanan Palestina lainnya? Perang bukanlah tujuan ia hanya perpanjangan dari politik. Dengan kata lain ketika sebuah negara menggelar perang untuk meraih sejumlah target politik yang gagal diwujudkan melalui sarana politik.
Perang ke Gaza meski Israel yang memulai namun Hamas juga terpaksa menjadikannya sebagai pilihan yang harus memiliki target di antara blockade dibuka perlintasan dibuka pelabuhan dan bandara harus diaktivkan.
Perang berakhir dan Israel gagal mewujdukan tergetnya. Sementara Hamas bisa dibilang perang gagal mewujudkan target politiknya sampai saat ini meski ada kemungkinan gencatan senjata hingga lima tahun dengan kompensasi pembebasan blockade dan pembukaan perlintasan.
Soal normalisasi perlabuhan dan bandara yang merupakan indikator kedaulatan sebuah negara Israel menyaratkan agar Jalur Gaza dan Tepi Barat dipisah. Sehingga gagasan negara Palestina habis. Israel juga menysyaratkan agar senjata perlawanan harus dilucuti.
Bagi Israel jika bandara dan pelabuhan dibuka tak aka nada perang batu. Sebab tak mungkin Hamas akan membuka kemungkinan perang dan hanya ada kemungkinan gencatan senjata jangka panjang.
Namun demikian tetap saja perang ke Gaza ke depan bukanlah pilihan utama. Pilihan utama adalah rekontruksi Gaza. (ElKhaleejEmirat/at/infopalestina.com)