Wed 7-May-2025

Gaza Gate dan Pelajaran Penting

Senin 17-Maret-2008

Isham Ali

Dengan sejumlah kesaksian dari sejumlah mantan pejabat Amerika terutama penasehat presiden Amerika Urusan Timteng David Wormsir yang mengundurkan diri sejak Gaza dikuasai Hamas apa yang diungkap oleh majalah Amerika “Vanity Fair” menegaskan keberhasilan Hamas dalam melalui perangkap Amerika dan Israel. Mereka gagal memaksa Hamas menyepakati syarat-syarat Tim Kwartet dengan mengakui Israel dan ikut perundingan. Ada sejumlah pelajaran dari peristiwa di atas agar kita tidak membuang-buang waktu dalam aksi mengibarkan menyerah kepada Israel.

Pertama kekalahan kejahatan Amerika dan Israel sebuah keniscayaan

Israel dan Amerika yang didukung Barat Eropa dan Arab tidak lagi memiliki kemampuan mencukupi untuk membekuk perlawanan atau arus Islam. Amerika Israel dan agen-agen Fatah selama dua tahun merencanakan tidak mampu mengalahkan Hamas yang hanya sekumpulan kecil manusia yang menjual nyawa mereka kepada Allah. Padahal terbukti ada dukungan 30 juta USD yang benar-benar diterima Dahlan dimana sebagian dokumen menyebutkan dana itu melalui negara Arab karena tidak mungkin melalui langsung dari Kongres AS. Konspirasi dalam dan luar negeri menciptakan chaos dan kudeta terhadap legalitas Hamas secara demokratis juga upaya menciptakan perang saudara di Palestina hanya berakhir dengan kegagalan.

Dengan kemampuan terbatas ketimpangan persenjataan ditambah blokade Arab dan Barat perlawanan Palestina tetap tegar dan menang melawan pasukan Fatah yang lebih lengkap terlatih dan didukung dana sejak April 2003. Setelah perang Irak proyek AS terhuyung-huyung di penjuru dunia di Irak Afganistan Libanon Korea Utara Venezuela Kuba dan lain-lain. Laporan di atas juga menegaskan penurunan kemampuan Israel setelah kota-kota menjadi target serangan Hizbullah dan Hamas serta beberapa faksi Palestina lainnya.

Kedua presepsi yang jelas soal konflik internal Palestina

Dari laporan di majalah Vanity Fair tegas bahwa konflik internal Palestina adalah konflik antara dua proyek. Lahirnya adalah konflik anyara Hamas dan perlawanan Palestina di satu sisi dan tim pelaksana Fatah di sisi lain. Namun hakikatnya adalah konflik antara kebenaran dan kebatilan antara nasionalisme dan penghianatan antara pejuang kebebasan dan penyeru penghambasahayaan. Sebab selama ini presiden Palestina seperti yang ditegaskan dalam laporan di majalan AS tersebut menerima intruksi dukungan dana dan politik dari Amerika dalam membengkuk perlawanan dan melakukan kudeta terhadap Hamas. Bahkan berkali-kali Abbas mengeluarkan ketetapan yang tidak sesuai dengan undang-undang di Palestina dan memicu perpecahan. Di antara keputusan menjual tanah Palestina di Tepi Barat kepada investor asing mengecam perlawanan menyamakannya dengan terorisme mendukung perundingan sia-sia dan tak henti-hentinya memberikan sejumlah kompromi kepada Israel dan Amerika.

Tidak kalah pentingnya konspirasi jahat itu melibatkan Dahlan sejak kali pertama Hamas menang dalam pemilu.

Ketiga demokrasi dusta yang sudah siap pakai

Melalui media massa selama ini Amerika hanya berbohong sebagai pejuang demokrasi. Sebab meski sebagai kekuatan militer terbesar di dunia ternyata terbukti terlibat dalam konspirasi terhadap rakyat Palestina yang kecil dan terisolasi. Amerika yang berkoar-koar soal pejuang demokrasi adalah yang membantai setengah juta bocah Irak ketika negeri muslim itu diembargo di masa Clinton. Sama dengan Amerika yang membunuh jutaan warga Irak di masa George W. Bush menciptakan kekacauan dan kehancuran di sana sini. Kini Amerika ingin mengkudeta pemerintahan yang disahkan oleh rakyat melalui demokrasi melalui Mesir dan Fatah agar tidak melakukan pemilu. Namun Amerika berikut CIAnya tidak kenal baik pilihan rakyat Palestina yang dipahami oleh Mesir. AS terbukti mendukung negara Arab paling diktator seperti Tunis dan paling korup seperti Mesir dua negara yang mendukung kebebasan dan demokrasi. Politik Amerika ini mengisyaratkan bahwa dana pembayar pajak di Amerika digunakan untuk mendukung diktator atas nama demokrasi dan mendukung terorisme atas nama perang anti terorisme.

Amerika sudah kehilangan kredibelitas dalam pembuatan keputusan. Seperti halnya negara Arab Amerika mengimani demokrasi yang sudah siap pakai. Demokerasi di negara Arab dan negara-negara Islam harus datang dari pendukung Amerika.

Keempat Arab kehilangan orientasi strategi

Laporan di atas mengisyaratkan peran empat negara Arab yang berusaha memperoleh dana dari Amerika. Negara-negara ini jelas kehilangan orientasi strategis dan keamanan. Sebab mereka berpihak kepada proyek Bush dan Israel.

Kepentingan pemerintah Arab adalah biarkan Amerika tetap kalah di Irak dan proyek Barat terseok-seok di Palestina. Ini yang dipahami oleh badan-badan intelijen asing. Karenanya sebagian badan intelijen itu tidak menutup penuh dalam menggadapi perlawanan. karenanya mereka membiatkan Hizbullah dan Hamas menjadi duri dalam tenggorokan proyek Israel Amerika. Kekalahan kelompok politik Islam hanya akan melahirkan arus Al-Qaedah dan Salafiah Jihadiah yang menyerukan perang dan membunuh semua pihak.

Kelima rakyat tak terkalahkan

Laporan di atas mengisyaratkan secara tidak langsung bahwa rakyat tidak akan terkalahkan. Terutama rakyat Palestina Arab yang muslim. Hamas bisa bertahan karena ia mewakili hati nurani rakyat muslim Arab yang bebas dan tidak menerima kekalahan dan rela di bawah ketiak Israel dan tak rela masjid dan tempat suci lainnya diinjak-injak dan dinodai.

Kesimpulan

Semua pihak harus paham bahwa dalam menghadapi konspirasi kejahatan maka harus mendukung perlawanan dan pembebasan. Dukungan dimulai dari pantaian mengetahui hakikat menghancurkan anggapan-anggapan salah pihak yang ingin tunduk kepada Israel. Jangan pernah remehkan satu kalimat membela kebenaran atau sekecilpun dana yang diberikan untuk perlawanan. (bn-bsyr)

Short Url:

Coppied