Nabil Sahli
Al-Hayat 16 Januari 2010
Beberapa tahun kemarin diadakan berbagai seminar dan symposium di Israel untuk membahas fenomena usia tua serta krisis yang mendera negara Zionis tersebut disamping kemungkinan-kemungkinan untuk mengatasinya.
Diantara fenomena itu adalah turunya jumlah imigran serta usia tua yang makin terus bertambah. Mengingat komposisi penduduk yahudi dalam satu sisi serta lemahnya tingkat kesuburan wanita Yahudi bila dibanding dengan wanita Arab yang tinggal di dalam garis hijau di Tepi Barat ataupun Gaza.
Kondisi ini bisa dilihat dari data-data yang dikeluarkan dinas catatan sipil Israel secara preodik.
Data menunjukan prosentasi penduduk Palestina di wilayah 48 pada tahun 2009 mengalami peningkatan tajam mencapai 17.5 % dari jumlah kesuluruhan 126 juta jiwa. Sementara jumlah imigran yang datang ke Israel terus menurut. Berbeda dengan apa yang disebarkan kantor pemberitaan Zionis beberapa waktu lalu. Catatan ini tak jauh berbeda dengan data pada tahun 2008 kemarin yang menambah krisis imigran Yahudi semakin dalam.
Berdasarkan data yang dikeluarkan dinas catatan sipil Israel menyebutkan jumlah warga Israel pada tahun 2009 mencapai 75 juta jiwa dan jumlah penduduk Arab sekitar 303 %nya. Namun data ini mencakup warga Palestina di Al-Quds terjajah yang jumlahnya tak lebih dari 250.000 jiwa.
Sementara itu warga Arab yang tinggal di sejumlah wilayah perbatasan di Golan dan Syuria jumlahnya mencapai 21.000 jiwa. Dengan demikian jumlah warga Israel di wilayah jajahan 1948 mencapai 724 juta jiwa. Sedang jumlah pertambahan penduduk Palestina di wilayah 48 mencapai 124 juta jiwa atau 175 % dari jumlah keseluruhan.
Jumlah penduduk Yahudi mendekati 6 juta jiwa. 250.000 jiwa diantaranya tidak diketahui identitas kagamaanya. 50.000 jiwa lainya berasal dari agama lain (Nashrani) yang ikut keluarga yahudi ketika mereka berimigrasi ke Palestina pada decade terakhir. Seperti para istri yang dibawa suaminya yang secara tidak langsung mengadopsi undang-undang imigrasi Yahudi.
Selain itu ribuan warga non yahudi dari Uni Soviet telah berimigrasi ke Israel menyusul runtuhnya sistem sosialis sejak awal tahun sembilan puluhan abad lalu.
Tampaknya fenomena usia tua merayap di masyarakat Israel dan menjadi momok yang menakutkan bagi para pembuat keputusan dan ahli strategi di Israel. Mengingat jumlah usia remaja di Israel hanya mencapai 29 % saja dan jumlah usia tua (65 tahun ke atas) mencapai 10 % dari jumlah warga Israel.
Kondisi ini tak mungkin diselesaikan tanpa pra kondisi untuk menarik kembali para imigran Yahudi dari Afrika dan Asia mengingat tingginya jumlah kelahiran di antara mereka. Tetapi masalahnya tidak segampang itu sebagaimana diungkapkan sejumlah peneliti. Mengingat faktor-faktor yang mendorong orang-orang Yahudi agar berpindah dari negara asalnya tidak matang. Disamping jumlah yahudi terbesar terkonsentrasi di sejumlah negara yang tingkat ekonominya lebih tinggi. Seperti Amerika Serikat misalnya. Jumlah Yahudi di sana mencapai 55 juta jiwa dari jumlah yahudi di seluruh dunia yang mancapai 13 juta jiwa. Ditambah 550 ribu di Perancis dan 250 ribu jiwa di Kanada.
Seandainya Israel berhasil mendorong bangsa yahudi yang tinggal di negara-negara tersebut untuk pindah ke Israel di Palestina tidak akan menyelesaikan masalah usia tua di Israel. Mengingat tingkat kesuburan wanita yahudi sangat kurang terutama wanita yahudi Ashkenazi yang berjumlah 40% dari jumlah keseluruhan warga Yahudi di Israel. Kebanyakan mereka tidak mau punya anak di usia-usia kesuburan mereka. Berbeda dengan perempuan arab yang mampu melahirkan lebih dari lima anak dalam usia suburnya.
Mencermati kondisi ini menunjukan para pemegang keputusan Israel tidak mempunyai kemungkinan untuk untuk menanggulangi masalah usia tua yang menghantui masyarakat Israel terutama juga karena terkait masalah-masalah politik secara langsung. (asy)