Pusat Informasi Palestina: Menurut pengamat Palestina Husam Dajni target utama dari pengurangan layanan bantuan dari Badan Bantuan dan Pemberdayaan Pengungsi Palestina milik PBB (UNRWA) adalah pengungsi dan persoalan mereka. Selain itu Jalur Gaza juga menjadi yang paling dirugikan ditambah lagi lima wilayah tempat pengungsi Palestina Libanon Suriah Yordania Tepi Barat termasuk Jalur Gaza sendiri. Di wilayah ini bisa akan terjadi bencana riil. Padahal dalam situasi saat ini pengungsi Palestina di semua wilayah itu sedang sangat membutuhkan bantuan.
Pertanyaannya apakah keputusan UNRWA ini politis? Apakah UNRWA bisa melalui defisit keuangannya sebesar 101 juta dolar? Bagaimana dampaknya terhadap Gaza dan apa opsi Palestina keluar dari krisis ini?
Bagi Husam Dajni keputusan UNRWA ini politis. Jika sampai layanan bantuan terhadap pengungsi Palestina ditiadakan maka itu pertanda sejumlah kekuatan dunia ingin menghapus Palestina sebab mereka menilai persoalan pengungsi Palestina sebagai batu sandungan bagi kesepakatan politik apapun antara Otoritas Palestina dan Israel.
Lantas bagaimana sebenaranya persoalan defisit 101 juta dolar yang menjadi alasan UNRWA? Menurut Husam Dajni ada tiga persoalan yang mesti diungkap:
1. Ada niat busuk dari negara-negara donor. Nilai 101 juta dolar itu tidak seberapa dibanding dengan persoalan kemanusiaan yang dihadapi pengungsi Palestina dan sandaran konstitusinya. Bangsa Palestina tanah dan asset mereka disikat habis oleh Israel. Maka ganti rugi bagi itu minimal adalah jaminan PBB terhadap kehidupan yang layak bagi bangsa Palestina.
2. Kegagalan menejerial UNRWA yang bisa dinilai mirip ada korupsi. Misalnya UNRWA menganggarkan untuk sector jaminan pegawai asing dan lembaga sebesar 5 juta dolar 60 juta dolar untuk program computer bagi pegawai. Sementara mereka melalaikan tugas pengumpulan dana dan layanan bantuan.
3. Ketidakmampuan daya tekan rakyat organisasi politik dan pemerintah terhadap UNRWA dan dunia seluruhnya untuk mendukung persoalan pengungsi Palestina dan hak-hak merkea yang sah hingga mereka kembali ke kampong halaman mereka di Palestina.
Dampak pengurangan ini sangat besar bagi Jalur Gaza sebab ada 22 ribu guru di lima wilayah pengungsian 8500 di Jalur Gaza (38%) jumlah pelajar Jalur Gaza yang sekolah di sekolah-sekolah UNRWA sebanyak 250 ribu pelajar.
Bagaimana opsi Palestina? Ingat Jamaah Ikhwanul Muslimin dan partai Komunis Palestina pernah menggelar unjuk rasa besar menolak “proyek politik pemberian kewarganegaraan” kepada pengungsi Palestina di Sinai di tahun 1950-an dan unjuk rasa ini berhasil menggagalkan proyek busuk ini.
Karena itu menurut Dajni sejumlah langkah yang harus ditempuh adalah menggelar sidang parlemen Palestina yang diikuti oleh semua fraksi menggelar unjuk rasa massa Palestina besar-besaran dan aksi mogok makan di depan kantor UNRWA di lima wilayah di atas pegawai UNRWA dan keluarganya harus menekan badan PBB itu untuk membatalkan keputusannya harus ada strategi media massa penekan UNRWA disertai dukungan massa warga Palestina yang diaspora dan aktivis pro Palestina harus menggelar unjuk rasa di depan kantor-kantor PBB selain itu PLO juga harus mulai bergerak secara politik menyelesaikan krisis ini. (at/infopalestina.com)