Dr. Adnan Bakriah
Sengitnya pemilihan ketua partai Kadema (partai penguasa di Israel) yang dimenangkan oleh mantan ketua Mossad Tsepi Livni menunjukkan akutnya krisis kekuatan politik Israel. Faktornya kembali kepada kemampuan partai-partainya dalam menggagas program social politik yang bisa mengeluarkan Israel dari mimpi buruk sebagai Negara penjajah.
Partai-partai politik Israel secara umum berusaha memanfaatkan lebar luka Palestina untuk mencari dukungan dan menampakkan diri sebagai aliran kejam dan ekstrim terhadap kompromi terhadap gagasan penjajahan sekalipun. Mereka menilai bahwa kompromi dari penjajahan akan menghabisi Israel. Mereka menipu warga Israel dan menunjukkan kekejaman terhadap Palestina dan Arab. Mereka tidak peduli dengan keamanan warga Yahudi di Palestina. Mereka berusaha menginvestasikan darah Palestina dalam bursa pemilu.
Partai-partai Israel berusaha menabuh generan perang siang dan malam dan mengancam akan menggerus Jalur Gaza dan Tepi Barat. bukan untuk menjamin ketenangan dan keamanan. Bahkan untuk mencatat hasil pemilu demi kepentingan mereka. Standar nasionalisme Israel terletak pada sejauh mana permusuhan mereka terhadap rakyat Palestina dan kekukuhannya terhadap kolonialisme. Tak heran bila mereka menebar ancaman menyerang Jalur Gaza sebelum pemilu Israel digelar. Tak heran mereka melakukan sejumlah operasi pembunuhan terhadap rakyat Palestina sebelum melakukan pemilu lagislatif mereka.
Calo-calo perang di Israel memahami bahwa jalan yang diaspal dengan darah dan mayat Palestina tidak akan menjamin keamanan dan stabilitas. Bahkan akan semakin memperuncing masalah dan semakin kritis. Namun demi kepentingan politik dan partai segala hal jadi remeh. Darah Palestina jadi remeh di mata mereka. Ya darah Palestina menjadi bursa pemilu yang paling laris di banding propaganda lain.
Agaknya elit Israel tidak pernah belajar dari pengalaman sejarah. Mereka selalu mengulang ekpesimen. Mereka mengira bahwa setetes darah Palestina sama dengan satu suara di kotak Pemilu. Mereka mengira bahwa singgasana kekuasaan tidak akan bisa dibangun kecuali dengan bangkai para syuhada Palestina dan bangsa Arab. Mereka mengira roket dan misil mampu menjamin keunggulan mereka dalam pemilu.
Perang yang meletus dalam isolasi Palestina dan kemah penjajahan tidak ada yang untung atau rugi tidak ada yang menang dan kalah. Yang ada adalah jagal dan korban pembunuh dan korban pembunuhan. Tidak ada yang menang kecuali Allah yang Maha Benar. Yang hebat dalam masa sekarang apabila korban luka menang melawan pisau yang menusuknya.
Siapa yang tidak ingat pembantain Qana I yang dilakukan menjelang pemilu Israel tahun 1996 untuk menaikkan harga saham Simon Perez terhadap Benyamen Netenyahu. Namun laknat yang dilemparkan korban syahid menyebabkan angin tidak berpihak kepada Simon.
Siapa yang tidak ingat pambantian Shabra dan Shatila tahun 1982 yang mengantarkan kehidupan politik Sharon ke pucuk pimpinan Israel. Namun laknat dari kaum syuhada masih menyisakan penyiksaan yang dirasakan Sharon hingga hari ini. siapa yang tidak ingat aksi massa perlawanan Al-Aqsha tahun 2000 yang hingga hari ini mengejar pada pemimpin perag Israel? Siapa yang tidak ingat kekalahan Israel di Libanon yang baru saja terjadi.
Krisis kepemimpinan Israel sesungguhnya terletak kepada kesiapan mereka untuk menyulut peperangan gila untuk meraup suara dalam pemilihan umum. Krisis kepemimpinan mereka juga terletak pada bahwa mereka tidak pernah mengambil pelajaran dari eksperimen sejarah dimana merekalah yang akan membayar harga peperangan yang mereka sulut.
Jika Israel menyerang kembali Jalur Gaza berapa korban meninggal dan luka-luka? Namun masuk ke Jalur Gaza bukan rekreasi. Rakyat Palestina tidak akan mengibarkan bendera putih. Sebab selama ini mereka sudah berjuang melawan blokade dan rela menahan lapar menjaga prinsi perjuangan.
Jika Israel berani menyerang salah satu Negara Arab seperti Iran apakah Israel akan selamat dari efek destruktif perang itu? Jika mereka tetap lalukan demi keuntungan politik dalam dan luar negeri dalam pemilu bukankah ini gila??
Pemimpin perang Israel berlomba-lomba menciptakan perang ganas demi meraup keuntungan suara dengan daya tarik kebencian dan permusuhan terhadap Palestina. Setiap kali gagal satu pemimpin Israel dalam solusi militer pemimpin Israel lain berteriak bahwa solusi perang yang ia pimpin akan lebih mampu menciptakan solusi. Maka bersabarlah wahai rakyat Palestina. Darah kalian tidak akan terpecah tapi akan menghanguskan Olmert dengan skandal korupsinya. Darah kalian tidak akan sia-sia untuk menghancurkan setiap pemimpin Israel. (bn-bsyr)