Ali Badwan
El-Bayan Emiret
Kunjungan mantan presiden Amerika dari Partai Demokrat Jimmi Carter ke Timur Tengah sejak 17 April lalu dan pertemuannya dengan sejumlah pimpinan gerakan Hamas di Kairo dan Damaskus bukan kejadian tiba-tiba tanpa permulaan. Ia terjadi setelah perubahan demi perubahan di masa lalu dalam konflik Palestina – Israel. Perubahan itu mengantarkan Hamas secara otomatis untuk menempati posisi kuat dalam masyarakat dan perimbangan kekuatan. Kunjungan itu dilakukan setelah pengaruh Hamas dalam pusaran politik semakin membesar dalam beberapa tahun terakhir. Kunjungan dan pertemuan Carter dengan sejumlah tokoh memberikan banyak indikasi politik dan petunjuk. Ketua biro politik Hamas yang bertemu dengan Carter di Damaskus juga merepresentasikan semua faksi-faksi perlawanan Palestina.
Selama tiga bulan lalu gerakan Hamas mampu mewujudkan dua lompatan efektif secara berurutan dalam konteks kehadiran dan pengaruhnya di publik Palestina dan di latar kerja politik di Jalur Gaza sejak Juni 2007. Pertama para pendukungnya mampu menghancurkan perbatasan dan menghancurkan tembok blokade. Kedua ketangguhannya dan perlawanan Palestina lainnya dalam menghadapi operasi militer ke Jalur Gaza.
Dalam dua lompatan ini gerakan Hamas lebih banyak pengaruhnya di publik Palestina di dalam dan luar negeri. Juga dalam perimbangan internal Palestina dengan kutub lainnya.
Karenanya kunjungan mantan presiden Amerika Jimmi Carter peraih nobel perdamaian dan pahlawan kesepakatan Cam David antara presiden Anwar Sadat (Mesir) dan Monahem Begen Israel tiga dekade yang lalu dan pertemuannya dengan pimpinan Hamas berbeda dengan kunjungan dan pertemuan manapun. Bahkan pertemuan itu membahwa persepsi baru Amerika di luar instansi resmi. Persepsi ini mulai menemukan jalannya sejak beberapa tahun lalu.
Apalagi Washington dan Israel tidak lagi memiliki peluang untuk berhasil dalam menggalang aksi internasional dalam melawan Hamas. Meski cara Israel dalam menekan Hamas lebih kentara dengan melakukan aksi pembunuhan kader-kadernya dan seluruh kader perlawanan Palestina lainnya.
Di tengah kegagalan Amerika dan Israel mengisolasi Hamas dari dunia itu setelah berhasil memenangkan pemilu legislatif Palestina yang berlangsung 25 Januari 2006.
Sikap Rusia yang mendukung Hamas dalam kancah perpolitikan internasional yang dibuktikan dengan kunjungan resmi delegasi Hamas ke istana Carmelen adalah fenomena menggembirakan. Ini artinya Hamas sesungguhnya diterima dalam “clup internasional”. Disamping itu sikap Rusia ini mengingatkan bahwa realitas kehidupan politik internasional yang berbeda-beda mengapresiasi semua perubahan.
Pertemuan Carter dengan pimpinan Hamas di Kairo dan Damaskus mengungkapkan bahwa ada perubahan di Amerika Serikat yang mulai menemukan jalannya untuk menerima Hamas sebagai sebuah urgensi. Meski masih ada nuansa malu dan takut. Serta berhenti meminggirkan dan mengisolasi gerakan perlawanan Islam Palestina ini. Di masa mendatang peluang dialog amat terbuka antara Hamas dan Washington secara langsung tanpa akses rahasia dengan siapapun. Pertemuan Carter merupakan langka A menuju ke sana.
Pengaruh Hamas di dunia internasional cenderung berkembang. Sebuah laporan di komite parlemen Inggris bersama antara semua partai-partai di sana menyatakan pentingnya menghentikan isolasi terhadap Hamas. Sebab isolasi politik terhadap Hamas terbukti gagal. Disusul kemudian pertemuan pertengahan Maret 2008 antara Menlu Rusia Sargie Larv di Damaskus dengan ketua biro politik Hamas Khalid Misyal. Setelah itu muncul laporan lain laporan terakhir tentang “Kelompok Krisis Dunia” 19 Maret 2008 yang mengakui bahwa politik yang mengisolasi Hamas dan penerapan sanksi telah gagal dan memberikan dampak sebaliknya dari harapan.
Kemudian muncul prakarsa dari Majlis Senior sebuah lembaga internasional yang terdiri dari pemimpin dan diplomasi senior di dunia. Mereka mengajukan sebuah usulan kepada Israel. Usulan itu diajukan oleh empat anggotanya mantan sekjen PBB Kofi Annan mantan presiden Amerika Jimmi Carter Al-Askaf Dezmond Tutu mantan presiden Irlandia Marry Robinson. Mereka mengajukan agar dilakukan gencatan senjata dengan Hamas melalui dialog dengan Israel secara langsung dan mengakui perannya. (bn-bsyr)