Dr. Abdus Sattar Qasim
Emosi barat terutama di Amerika dan Inggris tersulut setelah publikasi sejumlah dokumen perang Irak di Wikileaks. Bukan karena sedih atas ratusan ribu warga yang terbunuh dalam perang itu. Namun mereka khawatir publikasi menjadi ancaman atas pasukan “penjahat” mereka yang menduduki Irak. Tak ada satupun pejabat barat yang menangisi Irak atau mengecam tindakan brutal dan kejam yang dilakukan pasukan koalisi barat di Irak atau mengatakan “satu kata baik” kepada seorang bocah Irak yang dibunuh oleh bom saat berada di dekapan ibunya. Justru yang mengganggu emosi mereka adalah perasaan dendam memuncak dalam diri warga Irak. Bahkan mungkin di kawasan Arab dan negara-negara Islam lainnya lainnya sehingga pasukan-pasukan barat akan mengalami celaka atau leher mereka ditodong pisau.
Selama dunia berbicara soal rasialisme dan diskriminasi berdasarkan warna kulit dan etnis atau kebangsaan atau lainnya maka rasialime barat kali ini membuktikan rasialisme paling biadab dan rendahan terhadap bangsa Arab dan kaum muslimin. Mereka rindu membunuh warga Irak. Mereka menjadikan pembunuhan itu sebagai hiburan kesenangan dan kebanggaan. Lihat bagaimana pasukan Amerika yang menembaki warga untuk menguji siapa yang paling tepat bidikan tembakannya dan paling fokus dalam membunuh dan menumpahkan darah. Sesungguhnya mereka memperlakukan warga Irak Afganistan Pakistan Palestina Libanon Mesir Suriah seperti halnya serangga yang layak diinjak dengan sepatu atau menaikkan anggaran belanja dan membunuh dengan peluru. Sebelum ini mereka membunuh ratusan ribu bangsa Indian bahkan jutaan memperbudak bangsa kulit hitam mencoba semua jenis methode peperangan. Kini mereka membantuan ratusan ribu warga Arab. Semua yang mereka anggap aib mereka kejar. Mereka menikmati tindakan pembunuhan mereka. Mayat-mayat anak dan wanita menjadi permainan modern mereka untuk meringankan krisis kejiwaan mereka.
Tidak tanpak tanda-tanda barat ingin melepaskan rasismenya dan perasaan lebih hebat dari yang lain. Sangat jelas barat mendapatkan pelajaran rasisme sejak kecil dan terdidik di rumahnya untuk bertindak rasis dan menghinakan bangsa lain. Semua kecaman dan undang-undang anti rasisme tanpaknya tidak merepresentasikan hal riil. Seakan kecaman dan undang-udang itu mengatakan kepada kita “Jangan condong kepada mereka yang bernyanyi tentang warisan budaya drakula pahlawan melegenda Eropa dan Amerika.”
Ada problema kita Arab adalah perasaan lebih rendah di hadapan bangsa barat dan negara-negara barat. Faktornya adalah kita lebih memilih pasrah bermalas-malasan tidak mendiri bergantung terus kepada orang lain menundukkan kepala kepada pemimpin diktator yang mendukung perang Irak dengan dana dan fasilitas dan lain-lain. Kitalah yang membukakan pintu-pintu kita bagi para agresor yang tamak itu kita juga yang memberikan hal yang sakral kami kepada pelacur tanah air kita. Barangsiapa yang menetapkan dirinya sebagai manusia hina maka ia akan terus hidup sebagai pengecut.
Di pundak para ilmuwan umat pemikirnya akademisinya pemimpin-pemimpinya terletak tanggungjawab besar yang akan ditanya oleh Allah sejarah dan semua manusia. Yakni tanggungjawab berhadapan dengan pemimpin Arab otoriter menghalangi kezhaliman barat dan pasukan penjajah. Mereka bertanggungjawab di membebaskan umat dari realitas pahit ini. Kita bangsa Arab menjadi bangsa paling hina di bumi yang dimangsa bangsa lain sampai kita menjadi mainan dan bahan tertawaan. Jika para penguasa berlaku otoriter dan tunduk kepada penjajah maka ulama umat harus konsisten terhadap tanggungjawabnya menolong harga diri umat dan tempat sucinya. (bn-bsyr)